Peka terhadap kejadian yang sedang berlangsung dalam masyarakat, akan membuat dia mampu mengambil keputusan dengan tepat (bukan cuma asal reaktif yang asal-asalan). Dan yang paling penting adalah fokus pada pekerjaan, dan tidak terpengaruh oleh berbagai macam kepentingan (yang dalam praktiknya akan susah, apalagi jika menteri dipilih dari partai).
Lalu, bagaimana kalau ada orang yang merengek-rengek (walaupun bukan bayi) untuk ikut orkestra dan mau memainkan alat musik, misalnya selo? Apa kita mau begitu saja membiarkan dia bermain selo?
Tidak bisa semudah itu. Karena konser musik bukanlah untuk sesuatu yang coba-coba. Walaupun sebelum konser digelar, bisa dilakukan beberapa kali latihan (rehearsal) untuk melihat apakah orang itu cakap bermain biola atau tidak.
Begitu juga untuk jabatan menteri.
Jabatan menteri--kalau dipikir dengan akal sehat--tidak bisa untuk diminta. Ah, zaman sekarang mungkin sudah kuno kalau berbicara tentang akal sehat. Istilahnya, "akal sehat" kalau diobral pun, belum tentu ada yang mau beli.
Karena tidak menggunakan akal sehat, jadi ya lumrah saja jika banyak yang minta jabatan menteri. Padahal, kita tahu bahwa kabinet itu tidak ada rehearsal dan masa probation (alias tidak bisa coba-coba).
Dalam orkestra, anggota harus paham dan bisa membaca partitur not balok. Tiap anggota orkestra diserahi tugas untuk memegang suatu alat musik, dan dia harus bisa memainkan alat tersebut hanya pada saat gilirannya.
Contohnya, kalau dia ditugasi untuk memegang piano, tentu harus memainkan nada yang ditandai untuk bagian piano pada partitur. Bukan saat tanda untuk memainkan biola, maupun trompet.
Jadi, kalau dia pengang piano, tapi dia memainkan bagian yang seharusnya dimainkan oleh biola, hasilnya akan kedengaran aneh.
Sehingga pasti aneh kalau ada menteri yang melakukan pekerjaan yang bukan wewenangnya, atau turut campur dengan memberikan komentar kepada hal yang bukan wewenangnya.
Harmoni adalah bagian yang terpenting dalam suatu orkestra. Jika ada satu saja anggota yang tidak bermain sesuai dengan birama waktu yang ditentukan dalam partitur, atau tidak mengacuhkan tanda kontras atau dinamika, misalnya tanda "piano" (dari Bahasa Italia yang berarti dimainkan pelan/lembut), maka musik yang dimainkan bisa menjadi kacau. Akibatnya, tidak enak untuk didengar.