Saya pikir perseteruan antara Amerika dan Tiongkok bukanlah perang dagang yang sesungguhnya. Memang yang kasatmata adalah, "perang" (saling menaikkan) tarif dari masing-masing produk negara tersebut. Walaupun kita tahu bahwa kenaikan tarif adalah "menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri".
Namun yang sesungguhnya terjadi adalah "perang" teknologi. Mungkin Amerika sedikit "gerah", karena mereka selama ini menjadi yang terdepan dalam teknologi, akan tetapi dalam teknologi telekomunikasi 5G yang terbaru, mereka sudah satu langkah tertinggal dari Tiongkok.
 Sebagai catatan, 5G merupakan salah satu faktor utama untuk implementasi teknologi yang lain, misalnya IoT.
Produk 5G Tiongkok banyak digunakan di Eropa dan Asia. Ditambah lagi, Tiongkok sudah lama menutup "tirai bambu" nya rapat-rapat, bagi raksasa teknologi seperti Google dan Facebook.Â
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Kita juga harus bersiap diri, karena mau tak mau, imperialisme model baru ini juga akan (bahkan sedikit demi sedikit sudah) masuk.Â
Tentunya kita tidak perlu "alergi" pada imperialisme model baru. Karena kita bisa bersiap dengan "mempersenjatai" diri. Caranya adalah, belajar tentang teknologi terbaru, karena sekarang informasi sudah terbuka dan banyak tersedia, bahkan gratis, di Internet.Â
Jadi yang terpenting saat ini untuk menghadapi imperialisme model baru adalah, kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, untuk belajar. Supaya kita tidak jatuh (kembali) ke lubang yang sama, seperti pada imperialisme model kuno.Â
Kita harus bisa paham, memanfaatkan, bahkan nantinya harus bisa menguasai teknologi. Supaya jangan sampai terjadi yang sebaliknya, yaitu kita "terjajah" oleh teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H