Manusia tentunya tidak bisa melarikan diri dari penderitaan. Apalagi, orang yang hatinya masih terbelenggu oleh dosa masa lalu.
Namun ada cara untuk meringankan atau menghapus beban hidup (penderitaan) yang manusia alami saat ini. Manusia perlu dan harus mempunyai pegangan, perlu penyelamat, agar bisa mengurangi (menghapus) efek negatif dari masa lalunya. Sehingga, hadirlah Sang Juru Selamat bagi kita, umat manusia.
Dengan pegangan dan kekuatan yang didapat dari Sang Juru Selamat itulah, maka manusia bisa mengurangi, bahkan mengubah efek buruk/negatif masa lalu menjadi kekuatan. Dengan begitu, maka manusia bisa membuat diri/hatinya bebas dari belenggu. Sehingga manusia bisa menikmati atau memberi manfaat bagi hidupnya saat ini.
Paskah, masih berhubungan dengan masa lalu, yaitu perayaan atau kenangan kita akan peristiwa kebangkitan Kristus. Dalam siklus masa liturgi---yaitu perayaan dalam gereja untuk menentukan kapan hari-hari untuk orang kudus, peringatan dan lainnya---Easter Triduum merupakan puncaknya, yaitu dimulai saat Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi kemudian Minggu Paskah.
Paskah merupakan puncak dan kejadian terpenting dari siklus liturgi ekaristi. Sehingga peristiwa Paskah ini juga menjadi inti dari iman Katolik.
Seperti kita bisa baca dalam 1 Korintus 15:17
"Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosa."
Misteri Masa Depan
Walaupun manusia tentu tidak bisa mengubah masa lalu (sejarah) kehidupannya, namun dengan ketamakan dan egonya, manusia terkadang ingin (secara serakah) menguasai masa depan.
Kenapa bisa seperti itu?
Sebabnya adalah masa depan bak magnet yang menarik kita, karena kita semua selalu berharap (terkadang dengan berlebihan) kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan, terutama jika itu menguntungkan bagi diri kita sendiri.
Manusia terkadang tidak sadar bahwa, apa pun yang ingin diperbuat oleh manusia, hal itu adalah sebatas rencana. Tuhan juga lah yang akhirnya menentukan semua rencana kita. Seperti dalam idiom Bahasa Jepang dikenal kata "Koto wo hakaru wa hito ni ari, koto wo nasu wa Ten ni ari."