Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hamparan Warna-warni Momiji di Kuil Kuhonbutsu Tokyo

8 Desember 2018   08:00 Diperbarui: 8 Desember 2018   11:58 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan yang bernama Shou-rou yang merupakan yang ditetapkan sebagai warisan peninggalan budaya oleh pemda Tokyo (Dokumentasi Pribadi)

Menikmati bunga Sakura (Bahasa Jepangnya disebut ohanami) sudah mempunyai sejarah yang panjang yaitu bermula pada zaman Heian (794-1185). Namun, menikmati momiji (daun yang berubah menjadi warna merah, kuning dan lainnya) sejarahnya tidak begitu panjang dibanding ohanami. 

Menikmati momiji dalam Bahasa Jepangnya disebut momijigari, dan ini baru ada sejak zaman Muromachi (1336-1392). Momijigari menjadi sangat populer di zaman Edo (1603-1868) pertengahan.

Walaupun kebanyakan momiji hanya bisa dinikmati di alam terbuka seperti di pegunungan ataupun di lembah, namun Tokyo juga mempunyai beberapa lokasi yang menarik untuk momijigari. 

Kali ini saya akan bercerita tentang salah satunya, yaitu momiji di Kuil Kuhonbutsu Joushin-ji, yang juga merupakan lokasi momiji favorit yang sering saya kunjungi.

Ojizou-sama dan Momiji (Dokumentasi Pribadi)
Ojizou-sama dan Momiji (Dokumentasi Pribadi)
Tentang Kuil Kuhonbutsu

Nama lengkap kuil ini adalah Kuhonzan Yuzainenbutsu-in Joushin-ji, yang merupakan kuil Buddha dari aliran Joudoushinshuu. Namun, nama kuil lebih dikenal dengan nama pendeknya yaitu Kuhonbutsu Joushin-ji, seperti yang tertulis pada pintu masuknya. Kuil dibangun oleh Kaseki Shonin pada tahun 1678.

Asal-usul nama Kuhonbutsu karena ada 9 ("Ku" pada kata "Kuhonbutsu" ditulis dengan huruf kanji yang berarti sembilan) patung Buddha Amida-nyourai yang diletakkan di 3 bangunan terpisah bernama Amida-dou yang lokasinya berjajar di dalam area kuil. 

Luas area kuil adalah 120.000 meter persegi. Sebenarnya lokasi ini dahulunya bukan kuil, tapi merupakan Kastel Okusawa (Okusawa-jou). Ketika kastel tidak dipakai lagi, maka lokasi bekas berdirinya kastel dihibahkan untuk lokasi pembangunan kuil.

Sembilan patung yang berada di dalam bangunan di area kuil, termasuk satu lonceng, sudah ditetapkan sebagai warisan peninggalan budaya oleh pemerintah Kota Metropolitan Tokyo. 

Sedangkan pohon Ichou (Ginkgo biloba) besar yang lokasinya berada di tengah-tengah area kuil ditetapkan sebagai warisan kekayaan alam. Sehingga total jumlah warisan peninggalan budaya (ditambah warisan kekayaan alamnya) di kuil ini ada sebelas.

Sebagian daun sudah mulai berguguran (Dokumentasi Pribadi)
Sebagian daun sudah mulai berguguran (Dokumentasi Pribadi)
Momiji di Kuhonbutsu

Menurut pendapat saya pribadi, kuil ini mempunyai pemandangan momiji yang tidak kalah dengan pemandangan momiji yang terkenal seperti di Kuil Nanzenji Kyoto. 

Walaupun begitu, momiji di kuil ini termasuk "anaba"kalau dalam Bahasa Jepang. Artinya, lokasi mempunyai pemandangan yang bagus, namun pengunjung tidak begitu banyak yang datang.

Namun saat ini, dengan maraknya SNS maka lokasi momiji di kuil ini pun menjadi tidak "anaba" lagi, karena sudah banyak foto momiji yang diambil dari kuil ini tersebar di jagat internet. Sehingga, dari beberapa postingan foto tersebut, orang menjadi tertarik dan mengunjungi kuil. 

Meskipun begitu, lokasi ini masih layak dikunjungi karena orang tidak begitu banyak yang datang bila dibanding tempat lain, apalagi jika dibandingkan dengan lokasi momiji yang berada di Kyoto. Setidaknya, kepadatan orang di Kuil Kuhonbutsu masih dalam batas wajar.

Setelah penyeberangan pejalan, ishi-datami sepanjang 100m akan membawa kita ke depan pintu gerbang utama kuil (Dokumentasi Pribadi)
Setelah penyeberangan pejalan, ishi-datami sepanjang 100m akan membawa kita ke depan pintu gerbang utama kuil (Dokumentasi Pribadi)
Menikmati Momiji

Lokasi dimana kuil berada tidak jauh dari stasiun kereta api, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan. Suasana lingkungan sekitar pun tidak begitu ramai, sehingga kita bisa menikmati perjalanan menuju ke kuil.

Setelah berjalan sebentar dari stasiun dan melintasi penyeberangan pejalan, kita bisa melihat jalan yang dibuat dari batu (disebut ishi-datami) sepanjang 100 meter. Dan jika kita berjalan menelusuri ishi-datami ini, dari kejauhan momiji sudah terlihat dibalik pintu gerbang utama yang disebut sou-mon. 

Sesampainya kita di gerbang utama, disebelah kanan pintu tertulis "Pintu masuk utama Kuil Kuhonbutsu Joushinji". Diatasnya, terdapat papan yang dalam Bahasa Jepangnya disebut hengaku dengan tulisan yang berbunyi "hanjukujou", dibaca dari kanan ke kiri. 

Arti tulisan ini mengingatkan pada pemeluk agama Buddha agar selalu menyuarakan (mengingat) Sang Buddha dalam perjalanan berkeliling di dalam area kuil.

Sebagai catatan, walaupun tulisan Bahasa Jepang umumnya dibaca dari kiri ke kanan (atau dari atas ke bawah), namun ada beberapa tulisan di kuil, gedung maupun di beberapa lokasi seperti restoran, yang dibuat zaman dahulu, masih banyak yang dibaca dari kanan ke kiri.

Pintu gerbang utama atau Sou-mon (Dokumentasi Pribadi)
Pintu gerbang utama atau Sou-mon (Dokumentasi Pribadi)
Momiji setelah pintu masuk utama memang terbanyak yang bisa kita nikmati. Sehingga banyak sekali orang yang berfoto disini. Kalau ingin memotret "terowongan" momiji tanpa latar belakang orang, anda harus sabar menunggu beberapa saat.

Ada beberapa patung dewa kecil yang disebut "ojizou-sama", di sebelah kanan jalan setelah kita masuk pintu utama. Kita juga bisa menemukan satu bangunan kecil, dimana didalamnya ada patung Enma Daiou. 

Enma Daiou adalah penguasa neraka, sehingga tujuan diletakkannya patung ini di dekat pintu masuk adalah mengingatkan pengunjung agar selalu berada di jalan yang benar, kalau tidak mau diseret ke dalam neraka.

Ojizou-sama yang berada di kanan jalan setelah pintu masuk (Dokumentasi Pribadi)
Ojizou-sama yang berada di kanan jalan setelah pintu masuk (Dokumentasi Pribadi)
Setelah melalui pintu utama, kita harus belok ke kiri untuk masuk ke area utama kuil. Setelah berjalan sesaat, di sisi kiri kanan kita bisa melihat beberapa bangku yang dibuat dari pahatan batu, sehingga bangku ini bisa terlihat menyatu dengan pemandangan sekelilingnya.

Saya biasanya duduk sebentar di bangku ini. Karena bagi saya merupakan kenikmatan tersendiri duduk di bangku, sambil memandangi keindahan momiji (tentunya kalau hari tidak sedang hujan).

Karena suhu udara sudah dingin saat musim momiji, maka biasanya saya membeli teh hangat di vending setelah keluar dari stasiun, dan meminumnya sambil duduk. Keasyikannya persis seperti menikmati nodate (upacara minum teh yang diselenggarakan di luar ruangan).

Kalau kita terus melangkah, maka akan terlihat gerbang lagi yang bernama "san-mon (atau niou-mon)". Orang Jepang biasanya membungkuk sedikit sebelum melalui gerbang ini.

Gerbang yang bernama San-mon atau Niou-mon (Dokumentasi Pribadi)
Gerbang yang bernama San-mon atau Niou-mon (Dokumentasi Pribadi)
Setelah melewati gerbang, di sebelah kiri terlihat bangunan yang bernama shou-rou, dan didalamnya tergantung lonceng yang dalam Bahasa Jepang disebut bonshou. Saya tidak tahu pasti apakah loncengnya masih dibunyikan untuk menandakan waktu, karena selama saya disana tidak terdengar bunyi lonceng ini.

Bangunan yang bernama Shou-rou yang merupakan yang ditetapkan sebagai warisan peninggalan budaya oleh pemda Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan yang bernama Shou-rou yang merupakan yang ditetapkan sebagai warisan peninggalan budaya oleh pemda Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Jika kita terus berjalan, maka disebelah kanan kita bisa melihat bangunan utama yang disebut Hon-dou. Di dalamnya orang Jepang bisa berdoa dan juga terkadang ada perayaan pada hari keagamaan. Disini ada patung Buddha besar yang bernama syaka-nyourai-zazou.

Bangunan utama (Hon-dou) di area Kuil (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan utama (Hon-dou) di area Kuil (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan utama (hon-dou) tampak dari depan (Dokumentasi Pribadi)
Bangunan utama (hon-dou) tampak dari depan (Dokumentasi Pribadi)
Di dekat Hon-dou kita bisa melihat pohon Ichou (Ginkgo biloba) besar yang telah ditetapkan sebagai warisan kekayaan alam. Usia pohon ini kira-kira 300 tahun lebih! 

Memang jika kita melihat batang pohon yang besar dengan banyak ranting, maka kita juga bisa merasakan bahwa pohon ini sudah "melihat" dan menjadi "saksi" atas banyak kejadian dan sejarah yang terjadi di sekelilingnya selama ratusan tahun. 

Saya juga membayangkan rimbunnya daun pohon ini saat musim semi, dengan daun-daun hijau yang tumbuh dirantingnya bergerak ditiup angin.

Pohon Ichou yang usianya sudah ratusan tahun (Dokumentasi Pribadi | OlympusXA on Fuji Superia400)
Pohon Ichou yang usianya sudah ratusan tahun (Dokumentasi Pribadi | OlympusXA on Fuji Superia400)
Di beberapa tempat kita juga bisa melihat Stupa yang dalam Bahasa Jepang disebut Ashouka-Outou. Stupa ini memang versi Jepang yang bentuknya meniru bentuk stupa yang ada di India (dan kita juga bisa saksikan di beberapa candi di Indonesia). Stupa ini dibangun sekitar tahun 1830-an.

Stupa (Ashoka-Outou) yang bisa ditemui di beberapa tempat di area kuil (Dokumentasi Pribadi)
Stupa (Ashoka-Outou) yang bisa ditemui di beberapa tempat di area kuil (Dokumentasi Pribadi)
Di depan Hon-dou ada tiga bangunan Amida-dou, dimana di dalam masing-masing bangunan ditaruh 3 patung Buddha. Menurut kepercayaan aliran Joudoushinshuu, setelah manusia meninggal akan menuju ke 3 dunia dengan urutannya dari yang paling tinggi masing-masing bernama Jou-bon, Chuu-bon dan Ge-bon. Kemana manusia pergi setelah meninggal akan ditentukan oleh perbuatannya selama dia hidup di dunia.

Tiga bangunan terpisah Amida-dou (Dokumentasi Pribadi)
Tiga bangunan terpisah Amida-dou (Dokumentasi Pribadi)
Itulah keseluruhan suasana musim gugur dan keindahan hamparan momiji yang bisa kita nikmati di Kuil Kuhonbutsu. 

Kuhonbutsu bisa diakses dengan menggunakan kereta api Tokyu Ooimachi Line dari stasiun Kuhonbutsu-eki (kode stasiun OM11). Untuk berkeliling area kuil dibutuhkan waktu sekitar 1 jam (tentunya tergantung juga berapa lama anda mau menikmati pemandangan/berfoto disini). Tidak ada pungutan biaya untuk masuk ke dalam kuil. 

Terakhir, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan jika pembaca berkunjung ke kuil. Pertama karena ini adalah area kuil, maka kita harus bisa menjaga sopan santun.

Misalnya tidak berisik, bersenda gurau maupun melakukan hal-hal yang bisa menggangu orang lain yang datang ke kuil. Perhatikan juga jam kunjungan, karena pintu utama akan ditutup sekitar jam 5 sore.

Suasana Stasiun Kuhonbutsu dengan Kereta api Tokyu Line (Dokumentasi Pribadi)
Suasana Stasiun Kuhonbutsu dengan Kereta api Tokyu Line (Dokumentasi Pribadi)
Semoga pembaca bisa mengunjungi kuil ini kalau berkesempatan datang ke Tokyo, terutama saat musim gugur, untuk menikmati keindahan momiji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun