Namun, tangki bahan bakar satelit berada pada ruang hampa yang tidak ada gaya gravitasi, sehingga cara ini otomatis tidak bisa dipakai.
Ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya adalah menghitung berapa bahan bakar yang sudah dikonsumsi berdasarkan data seberapa banyak dan lamanya bahan bakar dipakai untuk mengatur posisi satelit. Hal ini dimungkinkan karena para teknisi sudah faham betul berapa banyak bahan bakar yang telah dipakai untuk menggerakkan berbagai macam  motor di satelit sampai saat tertentu, sehingga mereka pun bisa memprediksi berapa banyak yang masih tersisa.
Cara lain adalah dengan menggunakan rumus atau hukum gas ideal, dimana mereka memonitor temperatur dan tekanan gas dalam tangki, lalu dari situ mereka bisa menghitung berapa banyak kandungan bahan bakar (yang masih tersisa) di dalamnya.
Akurasi sangat diperlukan karena jika hitungan perkiraannya meleset, maka jutaan dolar uang akan "melayang" dengan sia-sia.Â
Misalnya, jika satelit digunakan untuk siaran televisi berbayar atau untuk komunikasi data (suara) komersial, maka jika prediksi persediaan bahan bakar meleset, misalnya jika ternyata bahan bakar habis jauh sebelum prediksinya, maka pelanggan akan komplain dan perusahaan (yang mengoperasikan satelit) harus membayar ganti rugi yang besar. Â
Begitu juga sebaliknya, jika bahan bakar masih tersisa banyak, namun satelit sudah ditarik dari orbit untuk dihancurkan di atmosfir atau dipaksa untuk keluar jalur dan pergi menjauh ke lokasi terakhirnya (graveyard), maka perusahaan (yang mengoperasikan satelit) akan merugi karena satelit sebenarnya masih bisa menghasilkan uang, misalnya pemasukan biaya penggunaan satelit perharinya dari pelanggan.
Bahan bakar satelit yang ramah lingkungan
Mungkin tidak asing lagi bagi kita, bahwa bahan bakar untuk kendaraan di bumi sekarang sudah banyak beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan. Maka para ilmuwan pun sekarang sedang berusaha untuk menemukan bahan bakar baru untuk satelit yang ramah lingkungan.
Bahan bakar satelit yang kebanyakan dipakai saat ini adalah Hydrazine. Â
Hydrazine adalah cairan bening yang mempunyai bentuk dan sifat yang mirip dengan air. Dia mempunyai titik beku, kepadatan, viskositas yang sama dengan air. Uapnya mirip dengan asap rokok yang berwarna putih dan baunya seperti bau amonia dan ikan segar. Hydrazine mudah terbakar jika ada katalis atau sumber panas walaupun sedikit. Â
Dengan sifat yang dimilikinya itu maka hydrazine cocok untuk dijadikan sebagai bahan bakar satelit. Akan tetapi, bahan ini sangat berbahaya bagi mahluk hidup, karena selain mudah terbakar, bahan ini sangat beracun dan bisa menyebabkan penyakit kanker yang serius.