Kelebihan itu adalah, peningkatan kecepatan dan besarnya pertukaran data, peningkatan kemampuan jumlah koneksi yang dilakukan secara simultan dan terakhir adalah penurunan (meminimalkan) Â latency dari komunikasi.
Kalau dirangkum, peningkatan kemampuan 5G dibanding dengan 4G bisa dilihat dari gambar berikut ini.
Peningkatan jumlah alat yang bisa terkoneksi ini sangat penting, karena untuk IoT (Internet of Things) misalnya, akan ada banyak device yang mempunyai kemampuan dan harus terkoneksi dengan Internet. Contohnya, alat-alat (elektronik) yang ada di setiap rumah tangga seperti kulkas, lampu ruangan, meteran listrik/air, sistem sekuriti dan lainnya.
Kemudian yang terakhir, penurunan latency (keterlambatan) dari sekitar 10ms di sistem 4G menjadi hanya 1ms di sistem 5G merupakan pencapaian yang penting. Latency merupakan kendala yang paling besar, misalnya dalam penerapan teknologi self-driving, ataupun misalnya jika kita mengoperasikan suatu alat dari jarak jauh (remote operation).Â
Dengan kemampuan meminimalkan latency menjadi hanya 1ms, menjadikan teknologi self-driving dan remote operation bukanlah sesuatu hal yang mustahil.
Untuk sekedar catatan, rencana pemerintah Jepang untuk memanfaatkan teknologi 5G sudah pernah saya bahas disini. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Perlukah 5G bagi Indonesia?
Ada 3 faktor penentu bagi implementasi teknologi baru, terutama teknologi seluler 5G. Yang pertama adalah pemerintah, kemudian operator/provider telekomunikasi, dan yang terakhir adalah masyarakat pengguna teknologi itu sendiri.
Pemerintah sebagai regulator dari kebijakan, termasuk kebijakan dalam penggunaan teknologi merupakan faktor utama yang menentukan kesiapan dari penerapan teknologi baru, dalam hal ini teknologi 5G.Â