Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dari Enola Gay, Lalu Proklamasi, Kemudian Menuju Asian Games 2018 dan Setelahnya

17 Agustus 2018   06:30 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:35 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk Hiroshima sedang melakukan kegiatan sehari-hari pada tanggal 6 Agustus 1945 yang panas dan pengap. Masyarakat tidak mengetahui bahwa di saat yang sama jauh di langit, rombongan pesawat bomber B-29 milik Amerika perlahan mendekat, bak gerombolan cheetah yang mendekati dan siap menyerang kerumunan rusa di sabana. Salah satu pesawat yang bernama Enola Gay, yang merupakan nama ibu dari sang pilot pesawat Paul Tibbets, membawa bom uranium "Little Boy" yang berkekuatan 15 kiloton.

Kemudian pukul 9:12 bom diaktifkan, dan pukul 9:15 ruang penyimpanan bom dibuka sehingga "Little Boy" meluncur kebawah dan hasilnya seperti kita semua tahu, meledaklah bom atom pertama yang dipakai sebagai senjata pemusnah dalam peperangan, yang kemudian juga dicatat sebagai sejarah hitam dunia. 

Selanjutnya tanggal 9 Agustus, bom plutonium "Fat Man" dijatuhkan di Kota Nagasaki. Dua peristiwa itu mengakibatkan hancurnya kota Hiroshima dan Nagasaki, dengan korban manusia lebih dari 250 ribu orang, yang meninggal sebagai efek langsung pada saat bom itu meledak, maupun tidak langsung misalnya akibat efek radiasi yang ditimbulkan setelahnya.

Hal itu pula yang menjadi pemicu siaran Gyokuon Housou di Radio NHK pada tanggal 15 Agustus jam 12 siang. Dalam siaran itu yang merupakan suara rekaman dari piringan hitam, Kaisar Jepang Hirohito mengumumkan kepada rakyatnya bahwa Jepang telah menerima hasil dari Deklarasi Postdam tanpa syarat, yang otomatis merupakan pernyataan bertekuk lututnya Jepang terhadap Amerika dan sekutunya. Ini juga kemudian menjadi momentum berakhirnya Perang Dunia ke-2.

Dengan menyerahnya Jepang kepada Amerika dan sekutunya, maka hal ini juga tidak disia-siakan oleh Indonesia. Dua hari setelah siaran itu, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Naskah teks proklamasi dibacakan oleh Bpk.Ir.Soekarno dengan didampingi oleh Bpk.Drs.Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Proklamasi ini merupakan titik puncak perjuangan kita dan merupakan awal lahirnya negara dan bangsa Indonesia yang berdaulat penuh. Kekuasaan kemudian berpindah dari tangan para penjajah atau pemerintah kolonial kepada pemerintah nasional Indonesia.

Kita tahu bahwa beberapa peristiwa sejarah terjadi pada waktu dan lokasi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, bukan suatu hal yang mustahil bahwa meskipun waktu dan lokasi berbeda, ada kemungkinan diantara peristiwa itu saling bersangkutan satu dengan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti juga terjadi pada bulan Agustus, di Jepang dan Indonesia.

Keadaan Jepang porak-poranda, setelah dijatuhkannya bom atom dan kalah dalam peperangan 73 tahun yang lalu. Sejak saat itu, maka pemerintah dan masyarakat Jepang bertekad untuk mengalihkan energi yang dipakai pada saat peperangan yang sudah lewat, untuk pembangunan di dalam negerinya, baik itu pembangunan fisik maupun mental.

Kesibukan para pekerja di Stasiun Shinjuku (Dokumentasi Pribadi)
Kesibukan para pekerja di Stasiun Shinjuku (Dokumentasi Pribadi)
Mental orang Jepang memang sudah terbentuk sejak dahulu, yang juga dikenal oleh dunia bahwa mereka itu mempunyai mental yang gigih dan keras bak baja dan tidak gampang menyerah. Sebagai akibatnya, Jepang mampu menggenjot ketertinggalannya selama perang dan mulai pembangunan besar-besaran setelah kekalahannya pada PD-II.

Bagaimana hasilnya?

Seperti yang kita ketahui, pada tahun 1964 Jepang berhasil menyelenggarakan pesta olah raga musim panas dunia, yaitu Olimpiade yang ke-18 di Tokyo. Olimpiade ini berlangsung pada masa pertumbuhan ekonomi Jepang yang sangat drastis yang dinamakan masa koudo-keizai seicho (Japanese Economic Miracle) yang dimulai hanya 10 tahun saja setelah mereka kalah perang!  Jepang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi dimasa itu, yaitu periode antara tahun 1955 sampai 1973, sebesar 10 persen. Di tahun 1968, Jepang bahkan mampu menempati posisi ke 2 dalam GNP (Gross National Product) dunia. Dari sini Jepang mulai menunjukkan kemampuan, dan kemudian menempatkan dirinya untuk menjadi raksasa ekonomi dunia.

Dibidang teknologi pun, Jepang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu menguasai teknologi. Pada tahun 1964, seminggu sebelum perhelatan Olimpiade berlangsung, Jepang unjuk gigi dengan meluncurkan kereta super ekspres Shinkansen. Selain itu, teknologi yang mereka kuasai untuk kepentingan militer selama masa perang seperti teknologi optik, lalu juga teknologi alat berat, kemudian mereka aplikasikan untuk kepentingan non militer. Sehingga lahirlah produk seperti kamera, alat berat yang digunakan untuk industri manufaktur seperti mesin tekstil, juga mobil, motor dan lainnya, yang tentunya juga banyak kita kenal sampai saat ini. Kita juga tahu bahwa akhirnya Jepang masuk dalam deretan negara dengan penguasaan teknologi yang maju.

Hasil yang dicapai oleh Jepang itu tentunya tidak melulu berdasarkan hasil usaha keras dari pemerintah saja. Namun kita juga harus melihat fakta bahwa masyarakat Jepang secara aktif ikut ambil bagian untuk menyukseskan pelaksanaan program dan rencana yang disusun oleh pemerintah.

Selain itu, sebagai negara yang pertama kali mengalami dahsyatnya akibat dari bom atom (kita juga sekaligus berharap agar ini juga menjadi yang terakhir), maka Jepang mulai dari jauh-jauh hari gencar berkampanye untuk menjaga perdamaian dunia. Bahkan pada tahun 1974, Satoh Eisaku yang menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang saat itu dianugerahi medali Nobel dalam bidang perdamaian. Pemberian gelar itu berdasarkan pidato Satoh tentang hi-kaku sangensoku(tiga aturan untuk tidak menggunakan nuklir),  yaitu pedoman pemerintah untuk tidak membuat, mempunyai atau membawa masuk ke Jepang persenjataan nuklir.

Bagaimana dengan Indonesia?

Momentum bertekuk lututnya Jepang bisa kita manfaatkan dengan baik untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Lalu kita juga boleh berbangga kepada dunia bahwa hanya 17 tahun setelah itu, yaitu tepatnya pada tahun 1962, Indonesia bisa menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games yang ke-4. Dengan segala keterbatasan Indonesia saat itu, kita bisa melaksanakan pergelaran dan bahkan mempunyai stadion yang megah dan besar seperti Gelora Senayan, yang sekarang bernama Stadion Gelora Bung Karno. Di bidang teknologi, saat itu kita juga bisa mempunyai stasiun siaran televisi yang pertama yaitu TVRI.

Namun setelah pesta pergelaran itu, banyak sekali peristiwa politik yang terjadi, sehingga gaung proklamasi tidak begitu terasa di dalam negeri. Demikian juga gaung Indonesia dalam kancah dunia menjadi tidak signifikan. Meskipun, kita juga bisa mencatat beberapa peran besar Indonesia dalam kancah politik dunia. Misalnya, memelopori gerakan Non-Blok, dan juga turut berperan aktif dalam pembentukan ASEAN. Bahkan untuk menjaga perdamaian dunia, Indonesia juga kerap berpartisipasi secara aktif dengan mengirim Pasukan Garuda ke daerah-daerah konflik peperangan di berbagai penjuru dunia. Lalu Indonesia juga pernah duduk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Relief Perjuangan di kompleks Monas (Dokumentasi Pribadi)
Relief Perjuangan di kompleks Monas (Dokumentasi Pribadi)
Sebenarnya, gaung proklamasi itu secara nyata hasilnya bisa kita rasakan setelah masa reformasi. Dimulai dengan perombakan struktur pemerintahan sistem lama yang mencengkeram kehidupan kita berdemokrasi bak gurita selama puluhan tahun. Walaupun melalui reformasi, kita tidak bisa memungkiri bahwa ada efek negatifnya, selain juga tentunya efek positif yang dapat kita rasakan. 

Kita bisa memaklumi hal itu, sebab keran demokrasi akhirnya terbuka setelah tersumbat sekian lama. Sehingga tidak aneh juga kalau ada (banyak) perilaku politisi dan masyarakat yang kebablasan, karena mereka bak ikan yang hidup kekeringan kekurangan air kemudian sekonyong-konyong mendapatkan air, walaupun bisa saja itu cuma "kubangan", yang menimbulkan euforia.

Kemajuan teknologi, atau tepatnya teknologi yang "lebih mudah" dijangkau, juga menjadi katalis pada dinamika aktivitas masyarakat, terutama pada kehidupan ber "politik". Bahkan ada beberapa yang kemudian memanfaatkan euforia kebebasan berpendapat itu, lalu lebih mengedepankan emosi dan egonya, dibanding dengan pemikiran rasional.

Besok, tepatnya mulai tanggal 18 Agustus 2018, Indonesia akan menyelenggarakan Pesta Olahraga Asian Games ke-18, di dua kota yaitu Jakarta dan Palembang. Asian Games ini merupakan yang kedua kali, 56 tahun setelah yang pertama diselenggarakan di Indonesia.

Karena sudah lebih dari setengah abad lebih berlalu, dihitung setelah Asian Games yang pertama digelar di Indonesia, maka otomatis sudah banyak kemajuan yang bisa kita lihat pada penyelenggaraan Asian Games kali ini. Misalnya saja, kita mampu mempersiapkan fasilitas-fasilitas olahraga, termasuk juga fasilitas penunjang yang bagus, untuk menyambut Asian Games saat ini. Bahkan beberapa karena kecanggihan fasilitas dan juga kemegahannya, sudah bisa memberikan rasa kebanggaan pada diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Walaupun, ada fasilitas penunjang seperti transportasi yang masih membutuhkan beberapa perbaikan beberapa hari ini. Namun kita juga tidak boleh berkecil hati karena kita pasti "bisa" menyajikannya lebih baik ke depan, sebab kita juga sudah "bisa" memulainya. Kita harus mencatat bahwa keinginan dan kemampuan untuk memulai ini, adalah hal yang paling penting, yang tidak bisa dilakukan pada era pemerintahan sebelumnya.

Keberhasilan dari pelaksanaan Asian Games, selain tergantung pada pemerintah dan para pejabat dari segenap departemen dan dinas yang terkait beserta pihak swasta, tentunya juga tergantung dari kemauan dan semangat kita sebagai bangsa Indonesia untuk berperan serta secara aktif.

Dengan ikut serta berperan secara aktif untuk menyukseskannya, tentunya kita juga secara tidak langsung sudah menghormati dan kemudian menjaga kesinambungan hasil jerih payah para bapak bangsa yang telah rela berkorban segalanya untuk memproklamirkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat penuh.

Perjuangan mereka, selain perjuangan pikiran tentunya juga perjuangan fisik. Perjuangan yang harus kita lakukan saat ini, sebagai orang yang bisa menghirup udara kebebasan dari hasil jerih payah mereka, tentunya tidak sama bentuknya dengan perjuangan yang mereka lakukan dahulu.

Lalu apa yang bisa kita perbuat?

Tidak perlu sesuatu yang muluk-muluk. Sebelum kita bisa ikut menciptakan perdamaian di dunia, tentunya kita harus terlebih dahulu mencoba dengan skala yang lebih kecil, yaitu menciptakan perdamaian di Indonesia dengan menjaga persatuan bangsa. Dengan skala lebih kecil lagi, kita harus menjaga persatuan dengan teman di lingkungan rumah, di kantor, di sekolah dan dimana saja, agar kemudian rasa aman dan damai bisa kita rasakan bersama di Indonesia. 

Meniru tiga aturan dari pidato Perdana Menteri Satoh yang sudah saya paparkan sebelumnya, kita juga bisa membuat tiga aturan untuk membuat Indonesia aman dan damai yaitu tidak membuat, menyimpan/mengoleksi dan menyebarkan berita atau segala sesuatu yang bisa mengganggu persatuan dan stabilitas negara.

Tebarkan Cinta bukan Kebencian (Dokumentasi Pribadi)
Tebarkan Cinta bukan Kebencian (Dokumentasi Pribadi)
Kita harus bisa mengalihkan energi kita yang selama ini dipakai untuk kegiatan yang bersifat negatif, ke arah yang positif. Ini memerlukan kemauan (niat) kita untuk sungguh-sungguh menjaga diri kita masing-masing. Bagi sebagian orang mungkin ini sesuatu hal yang mudah, tapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini mungkin (super) sulit bagi sebagian orang yang lain. Kita juga harus meninggalkan pemikiran sempit yang hanya memikirkan kepentingan "sesama" (i.e. yang "berbaju" sama), dan berusaha untuk mencapai tujuan "bersama" seluruh rakyat yang lebih besar.

Asian Games ini juga seharusnya dilihat sebagai ajang untuk menunjukkan kepada dunia (sekali lagi) bahwa kita "bisa", mulai dari menunjukkan bahwa kita bisa menjadi tuan rumah yang baik (yang ini seluruh masyarakat bisa berpartisipasi). Lalu, tentunya juga menunjukkan bahwa kita mempunyai prestasi yang layak diperhitungkan dibidang olahraga. Seperti yang sudah ditunjukkan oleh tunas-tunas muda Indonesia sampai saat ini, pada berbagai perhelatan dunia dalam cabang olahraga atletik, bulu tangkis, dan sepak bola.

Setelah itu, kita berusaha untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita juga "bisa" dalam bidang yang lain, misalnya ekonomi maupun teknologi.

Kita harus optimis bahwa Asian Games akan bisa kita laksanakan dengan baik melalui partisipasi aktif dari masyarakat. Namun, kita juga harus ingat bahwa "pesta" olahraga Asian Games ini bukanlah tujuan akhir kita. Sama seperti "pesta" demokrasi yang akan diselenggarakan tahun depan, juga bukanlah tujuan akhir.

Momentum Asian Games ini harus bisa kita manfaatkan sebagai batu loncatan, untuk menjadikan keadaan Indonesia ke arah yang lebih baik. Kita boleh belajar dari Jepang, yang juga bisa memanfaatkan momentum Olimpiade dengan baik untuk kemajuan bangsanya, yang hasilnya bisa kita lihat sekarang ini.

Kita bisa melakukan tinjau ulang dari pengalaman yang bisa kita dapatkan atas penyelenggaraan Asian Games nanti. Dan menjadikan itu sebagai titik start, kemudian bersinergi dengan hasil pesta demokrasi tahun depan, untuk berusaha menjadikan Indonesia lebih baik lagi. Sehingga mudah-mudahan kita tidak hanya "bisa" menjadi energi Asia saja, tetapi kita juga "bisa" menjadi energi dunia!

Mari kita bersama-sama berjuang untuk menuju tujuan akhir bersama kita, yaitu menjadikan Indonesia yang lebih baik disegala bidang, sehingga Indonesia bisa masuk di dalam deretan negara-negara maju yang diperhitungkan di dunia nantinya.

Selamat Ulang Tahun ke-73 Indonesiaku !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun