Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Makan Rendang di Festival Indonesia 2018 Hibiya Park

30 Juli 2018   11:42 Diperbarui: 30 Juli 2018   12:13 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapangan rumput di Hibiya Park (Dokumentasi Pribadi)

Sayangnya, saya tidak sempat menikmati pementasan Tari Salman dan juga parade serta pertunjukan Reog Ponorogo, karena sepertinya acara itu hanya dilangsungkan di hari pertama. 

Di hari kedua, saya sempat menikmati pertunjukan angklung, lalu juga menikmati alunan lagu dari Keroncong Tugu yang menyanyikan lagu-lagu daerah Indonesia dan juga lagu Jepang yang bisa dikatakan paling populer di Indonesia yaitu kokoro no tomo.

Pengunjung yang antusias mendengar serta berjoget dengan iringan Keroncong Tugu (Dokumentasi Pribadi)
Pengunjung yang antusias mendengar serta berjoget dengan iringan Keroncong Tugu (Dokumentasi Pribadi)
Di area workshop, pada hari Minggu saya melihat anak-anak serius mengikuti acara mewarnai topeng. Topeng kecil seukuran tangan kemudian diwarnai dengan cat yang sudah disediakan. Lalu ada juga beberapa stan yang menjual produk makanan dipenuhi pengunjung, karena mungkin mereka juga tidak sempat datang di hari sebelumnya, terlebih  karena memang beberapa memberikan diskon khusus sampai dengan 50 persen.

Antusias dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Tokyo (dan sekitar) serta masyarakat Jepang sendiri amat besar, terlihat dari pengunjung yang membeludak menghadiri acara ini. Suasananya di dalam area festival seperti di Indonesia, karena kita bisa mendengar percakapan dalam Bahasa Indonesia dan beberapa bahasa dari daerah lain di Indonesia. 

Pengunjung terlihat ceria karena selain bisa melupakan sejenak rasa penat setelah seminggu bekerja, pastinya mereka juga senang karena bisa menikmati masakan Indonesia, yang memang jarang ditemukan di Tokyo.

Seperti juga saya, sangat antusias karena saya bisa memuaskan keinginan saya untuk menyantap hidangan Indonesia. Memang ada beberapa restoran yang menyajikan masakan Indonesia di Tokyo, dan juga di daerah sekitar seperti di Yokohama sampai ke Hiratsuka, dimana letaknya satu sama lain saling berjauhan. 

Namun khusus hari itu, kita bisa langsung mencoba semuanya hanya dalam beberapa langkah kaki saja karena stan mereka berdekatan jaraknya.

Antri panjang di stan Restoran Padang (Dokumentasi Pribadi)
Antri panjang di stan Restoran Padang (Dokumentasi Pribadi)
Tapi tunggu dulu. Walaupun jarak antara stan berdekatan, namun tidak mudah untuk mendapatkan makanan yang kita inginkan karena harus berjuang diantrean yang panjang. Sehingga saya harus pikir-pikir untuk antre di stan yang mana, karena saya memperkirakan butuh waktu lebih dari 30 menit untuk sampai ke baris paling depan.

Setelah menimbang sejenak, maka saya memutuskan untuk antre di stan yang menjual rendang karena saya tidak tahu lokasi warung si empunya walaupun namanya ditulis besar-besar di stan. Selain itu, karena selama ini saya belum bisa menemukan restoran yang menjual rendang yang "enak" di Tokyo. 

Saya juga membayangkan, kalau melahap nasi panas dengan lauk rendang yang pedas di musim panas dan berkeringat seperti ini, tentunya akan bisa membuat sensasi tersendiri.

Setelah antre, perkiraan saya tidak meleset karena butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke barisan paling depan. Namun, saya kecewa karena ternyata nasi sudah habis dan kalau "ngotot" mau makan nasi juga,  harus rela menunggu sekitar 30 menit lagi! Tentunya saya tidak mau membuang waktu untuk menunggu lebih lama, karena perut sudah tidak bisa diajak kompromi. Sehingga saya memesan rendangnya saja tanpa nasi, dan berencana untuk menyantapnya di rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun