Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sony dan Bisnis Angkasa Luar

22 April 2018   07:52 Diperbarui: 23 April 2018   15:15 2735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, gelombang radio dipakai untuk komunikasi angkasa luar. Frequensi gelombang yang digunakan sekitar 40GHz (GigaHertz). Dengan frequensi yang termasuk rendah seperti ini, maka jumlah data yang bisa dikirimkan juga terbatas. Di samping itu, semakin rendah frekuensinya maka kemungkinan sebarannya makin melebar sehingga otomatis bisa menyebabkan ganguan (interferensi) antar gelombang yang berdekatan, serta membutuhkan antena yang besar untuk mengirim dan menerima sinyal.

Teknologi laser pada CD menggunakan frekuensi gelombang yang lebih tinggi, yaitu sekitar 100 sampai 200 THz (TeraHertz), sehingga kecepatan komunikasi data dan besaran data yang bisa dikirimkan bertambah secara signifikan. Teknologi visual saat ini yang bisa menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi, otomatis membuat besaran datanya juga membengkak. Sehingga sarana komunikasi yang bisa mengantisipasi lonjakan besaran data ini sagat mendesak.

Module Optik yang dipasang di Lab Kibou di ISS (nikkan.co.jp)
Module Optik yang dipasang di Lab Kibou di ISS (nikkan.co.jp)
Dengan teknologi laser (optik), maka antena yang dibutuhkan untuk mengirim serta menerima data bisa dibuat sekecil mungkin. Contohnya dengan kecepatan data 240 Mbps pada komunikasi dengan gelombang radio, dibutuhkan antena dengan diameter 3.6 m. Namun untuk kecepatan data 1.8 Gbps melalui teknologi laser, hanya membutuhkan antena dengan diameter 10-15cm. Ini juga yang membuatnya praktis untuk disematkan pada satelit mini yang sekarang menjadi tren.

Lalu karena besaran beam optik juga lebih kecil dibandingkan dengan gelombang radio, maka gangguan interferensi bisa diminimalisasi (dihilangkan). Contohnya jika menggunakan gelombang radio Ka Band (40 GHz), maka beam nya bisa mencapai radius 100 Km (seluas daerah Kanto ---meliputi Tokyo, Kanagawa, Chiba, Saitama, Tochigi, Gunma dan Ibaraki). Akan tetapi, kalau menggunakan laser optik besaran beam-nya "hanya" sekitar 300 m (seluas Tokyo Dome).

Namun sempitnya beam optik ini menjadi kendala, yaitu dibutuhkan presisi tinggi antara antena pengirim dan penerima, apalagi jika satelit sedang bergerak di orbit. Hal inilah yang sekarang sedang diteliti/dikembangkan lebih jauh agar kendala ini nantinya bisa diantisipasi dengan lebih baik.

Sony tampaknya serius sehingga menggandeng JAXA (Badan Antariksa Jepang) dalam mengembangkan teknologi laser untuk komunikasi angkasa luar. Sony menargetkan dalam jangka waktu 2 tahun spesifikasi plus uji coba teknologinya bisa selesai, sehingga kemudian bisa memproduksi alatnya secara masal setelah itu.

Sony sebagai perusahaan yang mempunyai spirit untuk menjadi pionir teknologi ---dengan membuat apa yang orang lain tidak lakukan, sekaligus selalu membuat produk yang bisa menggelitik rasa keingintahuan kita--- saat ini sedang berusaha bangkit, semenjak aktivitasnya agak "lesu" karena beberapa bisnisnya, seperti komputer (laptop) dan televisi ternyata profitnya jauh dari harapan. Dengan masuknya Sony di bisnis angkasa luar, tentunya menarik untuk dicermati.

Apakah kita akan bisa melihat logo Sony pada satelit yang diluncurkan di masa datang, dengan Aibo sebagai navigatornya, yang kemudian berkomunikasi dengan satelit pengendali di bumi setelah masuk di orbit menggunakan teknologi komunikasi optik? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun