Masa Prapaskah dan puncaknya pada acara Paskah biasanya memang bertepatan dengan musim semi. Musim semi adalah satu dari 4 musim yang bisa dirasakan di negara-negara subtropis termasuk Jepang. Istimewanya, saat musim semi di Jepang, kita bisa menyaksikan bunga Sakura yang mekar di taman, di area perkantoran maupun di sudut2 jalan baik di kota maupun di desa.
Prapaskah dimulai dan ditandai dengan Rabu Abu, di mana manusia diajak untuk kembali merenungkan kembali bahwa dunia ini fana. Kita berasal dari abu dan kemudian akan kembali menjadi abu lagi. Rabu Abu mengajak umat untuk bertobat dan juga menjadi tanda bahwa keselamatan kekal datangnya hanya dari Allah.
Masa Prapaskah berlangsung selama 40 hari (sebenarnya 46 hari, namun tidak termasuk hari minggu), di mana umat dewasa (umur 18 tahun) sampai umur ke 60 wajib untuk berpuasa dan wajib pantang bagi umat yang berumur 14 tahun ke atas. Puasa dan pantang bagi umat Katolik hakikatnya bukanlah menahan lapar dan haus. Puasa dan pantang itu adalah tanda pertobatan, sekaligus sebagai penyangkalan dan perlawanan diri.
Puasa dan pantang itu merupakan sedikit "pengorbanan" kita sebagai tanda untuk mempersatukan diri kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Puasa dan pantang haruslah dimaknai sebagai jalan dan sarana untuk menuju keselamatan. Umat juga diwajibkan untuk peduli kepada sesama melalui Aksi Puasa Pembangunan, di mana kita bisa menyisihkan uang yang biasa kita pakai membeli makanan atau kesenangan kita sendiri, untuk berbagi kepada mereka yang kekurangan.
Seminggu sebelum Paskah disebut masa Pekan Suci, yang dimulai dengan Minggu Palma, yaitu merayakan prosesi penyambutan Yesus yang memasuki Yerusalem. Minggu Palma dirayakan secara meriah, dimana umat membawa daun palma dan biasanya ada arak-arakan sebelum Pastor memasuki gereja.
Yang menarik, pada hari Kamis Putih Pastor akan membasuh kaki umat seperti Yesus juga membasuh kaki ke 12 murid-Nya. Di Indonesia biasanya juga ada 12 orang wakil umat yang dipilih untuk dibasuh kakinya. Di Jepang, jumlahnya tidak selalu 12 orang. Minggu lalu, hanya ada 5 orang saja yang kakinya dibasuh. Acara pembasuhan kaki ini merupakan simbol ajaran bahwa kita juga harus melayani semua orang, tanpa memandang apapun status orang tersebut.
Jumat Agung merupakan peringatan untuk mengenang Yesus wafat di kayu salib di Bukit Golgota. Pada hari itu biasanya ada ibadat Jalan Salib. Yesus bersabda demikian ketika Dia disalibkan "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." [Luk 23:34]. Sabda Yesus ini mengandung arti pengampunan dan cinta kasih sejati kepada semua orang, bahkan kepada orang yang telah menyalibkannya. Cinta kasih sejati ini juga merupakan inti dari iman umat kristiani.
Kematian Yesus di kayu salib itu bukanlah akhir, tapi merupakan awal dari penyelamatan manusia. Seperti juga ditulis oleh Kahlil Gibran pada bukunya yang berjudul Yesus Anak Manusia, "Sekali lagi kukatakan bahwa dengan kematian Yesus mengalahkan kematian, dan suatu roh dan kekuatan bangkit dari kubur."
Hari Paskah merupakan puncak dari misteri-Paskah yaitu sengsara-Nya yang suci, wafat dan kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan. Paskah merupakan simbol kemenangan atas maut dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya. Kita menjadi terlahir baru kembali.
Lahir kembali seperti juga musim semi dengan banyaknya tumbuhan yang lahir kembali dengan tumbuhnya tunas daun yang baru menggantikan daun yang rontok di musim gugur. Musim semi juga ditandai dengan bunga yang mulai tumbuh di taman dan sudut-sudut kota.
Paskah yang selalu bertepatan dengan musim semi dan mekarnya sakura ini seolah hendak mengingatkan kita bahwa hidup itu indah, seperti masyarakat yang terkesima akan keindahan pada kelopak bunga sakura yang berwarna putih dan pink yang sedang mekar. Namun disamping keindahannya, bunga sakura hanya bisa tahan dalam hitungan hari. Hal ini juga sekaligus bisa merefleksikan juga akan kehidupan manusia di dunia ini adalah fana belaka.