Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bunga Sakura sebagai Cerminan Siklus Hidup Manusia

23 Maret 2018   10:38 Diperbarui: 23 Maret 2018   18:52 2991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Sakura di Daigoji, Kyoto (Dokumentasi Pribadi)

Jepang memang memiliki magnet daya tarik tersendiri, selain dengan banyaknya kemajuan teknologi yang telah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jepang juga masih menjaga dengan baik identitas budaya mereka yang sudah diturunkan selama lebih dari ratusan tahun yang lalu. Sebagai negara dengan 4 musim, maka ragam acara kebudayaan di setiap daerah dan di setiap musim pun sangat unik dan menarik, yang membuatnya sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Tanggal 21 Maret yang lalu adalah hari libur nasional yang disebut shunbun (vernal equinox), di mana waktu siang dan malam hari adalah sama panjangnya (waktu cahaya matahari bersinar sama panjangnya dengan waktu setelah matahari tenggelam). Shunbun ini juga sekaligus menjadi tanda bahwa musim dingin yang panjang telah berakhir dan musim semi segera tiba.

Selain shunbun, musim semi juga ditandai dengan mekarnya bunga sakura. Sakura biasanya akan mulai mekar di akhir bulan Maret setiap tahun. Di Jepang, mekarnya bunga sakura berawal dari daerah Jepang selatan (Pulau Kyushu) lalu bergerak ke arah utara ke daerah Chubu, Kansai, Kanto, Tohoku kemudian akan berakhir di Pulau Hokkaido di utara.

Sakura di saat sore menjelang malam di Megurogawa, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Sakura di saat sore menjelang malam di Megurogawa, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Pergerakan mekarnya bunga sakura dari selatan ke utara ini bisa dengan mudah kita ikuti infonya melalui media (biasa disebut sakurazensen). Dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk pergerakan ini. Sehingga bila kita ingin melihat sakura yang sedang mekar di lokasi yang tepat, dianjurkan untuk cek terlebih dahulu info pergerakan mekarnya sakura misalnya melaluin laman ini, untuk mengurangi kekecewaan kita karena tidak pas dalam menentukan lokasi spot sakura.

Bunga sakura sendiri setelah puncak atau maksimal mekarnya, hanya bisa bertahan selama 2 atau 3 hari. Bila kita mengunjungi spot sakura dan timing kita tidak pas di saat puncak mekarnya sakura tersebut, kemungkinan besar sebagian bunga sudah rontok ataupun sebagian batang pohonnya sudah tumbuh daun-daun yang berwarna hijau muda (situasi ini biasa disebut hazakura).

Namun bagi orang Jepang sendiri, keindahan sakura itu tidak harus melulu dinikmati ketika bunganya sedang mekar. Mereka juga sangat menikmati suasana di kala bunga-bunga sakura sedang bergururan, terutama bila bergururannya bunga sakura karena angin bertiup (biasa disebut sakura fubuki). Suasana bunga sakura yang berguguran dan kembali ke ketanah ini juga banyak digambarkan dengan indah di dalam prosa-prosa dan puisi lama zaman dahulu.

Kelopak Sakura yang jatuh di tanah setelah sakurafubuki (Dokumentasi Pribadi)
Kelopak Sakura yang jatuh di tanah setelah sakurafubuki (Dokumentasi Pribadi)
Bunga sakura bagi masyarakat Jepang adalah kehidupan itu sendiri. Filosofinya, mekarnya bunga sakura melambangkan pertemuan atau kelahiran, dan gugurnya bunga sakura melambangkan perpisahan atau kematian. Di dalam kehidupan, di mana ada pertemuan di situ selalu akan ada perpisahan dan akan berulang demikian terus menerus. Siklus mekar dan gugurnya bunga sakura itu bisa dianalogikan dengan reinkarnasi.

Bunga sakura juga menjadi perlambang sesuatu yang mistis dan sakral. Mereka beranggapan bahwa di mana ada bunga sakura yang bermekaran, maka disitu akan hadir ruang sakral di dunia kita yang fana ini.

Ada satu cerita tentang spot sakura yang sangat terkenal di Jepang yaitu di Yoshinoyama (salah satu dari world heritage di Jepang), yaitu merupakan pegunungan yang dipenuhi dengan bunga sakura. Awalnya, sebelum pohon sakura banyak ditanam di situ, di tempat ini ada kuil yang patung dewanya diukir dengan menggunakan pohon sakura.

Semenjak itu sakura disakralkan sebagai wujud dari dewa tersebut, sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk menanam sakura di sekitarnya. Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak orang yang menanam sakura di pegunungan tersebut untuk mendapat kekuatan dan berkah dari dewa tersebut. Sehingga saat ini, banyak orang yang berkunjung ke situ di musim sakura sekedar untuk menyaksikan pohon sakura yang memenuhi area gunung tersebut.

Bunga Sakura di Daigoji, Kyoto (Dokumentasi Pribadi)
Bunga Sakura di Daigoji, Kyoto (Dokumentasi Pribadi)
Ada ratusan jenis bunga sakura yang bisa kita temui di seluruh Jepang. Namun yang banyak ditanam adalah jenis someiyoshino, yang merupakan hasil persilangan alami dari sakura jenis edohigan dan ooshimazakura. Sakura jenis someiyoshino ini, kelopak bunganya besar dan memiliki jumlah bunga yang lebih banyak.

Namun hal yang paling penting dari sakura jenis someiyoshino adalah, sakura jenis ini gampang untuk dibiakkan dan dipelihara. Sehingga saat ini, sakura jenis someiyoshino bisa ditemui di seluruh penjuru Jepang.

Seperti pohon kelapa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan kita tahu banyak manfaatnya karena hampir seluruh bagian dari pohon kelapa bisa dimanfaatkan, pohon sakura juga punya kegunaan yang tidak kalah dengan pohon kelapa. Bunganya, banyak dibuat untuk bahan minuman dan makanan misalnya teh sakura, sakuramochi, maupun bunga yang diawet kan dengan menggunakan garam yang biasa ditaruh diatas nasi putih hangat untuk dimakan maupun sebagai teman untuk meminum sake.

Karena kekerasan struktur batangnya, pohon sakura sendiri banyak digunakan untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga maupun untuk dibuat sebagai barang-barang souvenir. Kulit pohonnya bahkan bisa digunakan untuk ramuan obat-obatan.

Terowongan Sakura, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Terowongan Sakura, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Salah satu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan saat orang Jepang menikmati bunga sakura (ohanami) adalah makan dan minum serta bernyanyi (karaoke). Kita dapat dengan mudah menyaksikan atau menjumpai group dari orang-orang Jepang yang melakukan ini dibawah atau tempat sekitar spot bunga sakura.

Kebiasaan inipun sebenarnya sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu, terutama yang paling meriah dan terkenal adalah di era Daimyo Toyotomi Hideyoshi, yang mengadakan acara ini di Yoshinoyama yang telah disebut diparagraf terdahulu.

Kalau Anda punya waktu dan ingin menikmati sakura di musim semi tahun ini, silahkan cek info mengenai mekarnya bunga sakura di internet sebelum anda menginjakkan kaki di Jepang. Siapa tahu, dari ratusan jenis sakura yang dapat ditemui di seantero Jepang selama sebulan, Anda bisa bertemu dengan sakura pilihan Anda yang spesial, terlebih jika anda dapat merasakan ucapan salam pertemuan darinya di musim semi ini khusus untuk Anda, yang bisa jadi kenangan sepanjang hidup Anda nanti.

Sakura di Kottagawa, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)
Sakura di Kottagawa, Tokyo (Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun