Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bencana 3-11 yang Tak Akan Terlupakan

11 Maret 2018   22:17 Diperbarui: 12 Maret 2018   08:54 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal yang naik ke atas rumah (wsj.com)

Tanggal 11 Maret (3.11) 2011 adalah salah satu hari yang tak akan bisa saya lupakan. Waktu itu, saya dan teman-teman sedang berbincang ringan di ruangan yang kami sewa sebagai kantor sementara di Kawaramachi Kyoto, karena sedang menangani proyek pergantian sistem Fire Disaster Prevention dari analog ke digital. 

Tim di mana saya berada diserahi tugas untuk melaksanakan proyek di daerah Kansai (Oosaka, Kyoto, Nara dan Shiga), sehingga kami memilih Kyoto sebagai lokasi yang praktis dan sebulan sekali pulang ke kantor pusat di Tokyo untuk evaluasi dan sekaligus membuat rencana untuk bulan berikutnya. Pada saat itu juga biasanya saya punya kesempatan untuk menengok apartemen.

Kira-kira jam 14:46 terasa goncangan yang agak keras (yang kemudian kami tahu berskala M4). Teman saya bilang, kalau goncangan seperti ini, tentunya pusat gempa pasti lebih keras lagi goncangannya. 

Ternyata benar, setelah itu berita di televisi dan internet menyebutkan bahwa telah terjadi gempa besar di laut sebelah tenggara Miyagi di daerah Tohoku yang berkekuatan M9 dan peristiwa ini kemudian disebut sebagai "Bencana Gempa Besar Jepang Timur". Gempa yang juga mengakibatkan tsunami ini kemudian menjadi pemantik bencana yang lebih besar lagi, yaitu meledaknya reaktor PLTN di Fukushima.

Sehari setelah itu, bantuan dikirim dari seluruh Jepang ke daerah bencana. Di Kyoto sendiri, sangat susah untuk membeli roti dan air mineral serta baterai, karena kebanyakan sudah diborong untuk dikirim ke daerah bencana. 

Keadaan langkanya roti, makanan ringan lain serta mi instan, bahkan air mineral sampai dengan baterai berlangsung agak lama setelah kejadian gempa itu. Ketika saya mempunyai kesempatan untuk pulang ke apartemen, barang-barang yang ada di atas lemari, perabotan, bahkan televisi tidak beraturan terjatuh. Buku-buku jatuh dari rak nya, dan berserakan di lantai. Bisa dibayangkan betapa besarnya guncangan yang terjadi saat itu di daerah Tokyo dan sekitarnya.

Data dan Fakta sekitar 3.11

Gempa yang berskala M9 ini adalah gempa terbesar ke-4 setelah memasuki abad XX. Gempa ini memakan korban jiwa sebanyak 15.895 orang, sementara sekitar 2.539 orang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Menurut analisis NASA, akibat dari gempa ini, maka panjang waktu dari satu hari menjadi lebih pendek 1,8 per sejuta detik. Gelombang pasang tertinggi yang menghantam daratan diperkirakan mempunyai ketinggian 17,6 meter, yang meluluhlantakkan daerah Onagawa. 

Air laut yang masuk ke jauh ke daratan menggenangi area lebih dari 507 Km persegi. Pergerakan permukaan bumi yang tercatat pada pemindaian elektronik di daerah Ishimaki---Perfektur Sendai---adalah sebesar 5,3 meter. Total rongsokan rumah, mobil dan benda-benda lain yang terbawa oleh arus tsunami diperkirakan berjumlah 26,73 juta ton. (catatan : Referensi data dari Buku Bencana Gempa Besar Jepang Timur yang dikeluarkan oleh Penerbit Asahi cetakan tahun 2011).

Gempa ini juga berimbas di beberapa lokasi yang jauh dari pusat gempa. Misalnya pada Tokyo Tower, di mana dilaporkan bagian antena teratas mengalami kemiringan sebesar 5 derajat. Lalu di daerah Urayasu di Chiba, lumpur keluar dan menyembul di jalan/trotoar dan beberapa bangunan pondasinya mencuat keluar seperti tercabut. Tempat penampungan minyak yang letaknya dekat laut dari perusahaan Cosmo Sekiyu terbakar selama lebih dari seminggu. 

Di Tokyo juga terjadi kepanikan karena transportasi kereta api terhenti setelah gempa. Orang berduyun-duyun memadati stasiun bus maupun pangkalan taksi. Namun banyak juga yang memilih berjalan kaki pulang kerumah (rekan saya butuh waktu 5 jam berjalan kaki ke rumah) maupun bermalam di kantor.

Seperti yang telah disebutkan di awal tulisan, stok makanan dan minuman menipis dan beberapa rak di swalayan bahkan tidak ada isinya sampai bulan-bulan berikutnya. Tokyo yang biasanya terang benderang, karena terbatasnya pasokan energi maka transportasi umum, pusat perbelanjaan, kantor, dan fasilitas umum lainnya mengurangi penerangan sehingga Tokyo pun menjadi gelap karena kurang pencahayaan di malam hari.

Efek Bencana 3.11

Bencana gempa bumi yang kemudian menyebabkan meledaknya PLTN di Fukushima ini tentunya membuat geger seluruh Jepang. Diperkirakan lebih dari 64 ribu orang yang terpaksa masih tinggal di daerah pengungsian sampai sekarang. Walaupun, untuk beberapa daerah tertentu di sekitar terjadinya bencana, saat ini larangan untuk memasukinya (karena bahaya radiasi) sekitar 70 persen-nya sudah dicabut.

Banyak juga orang asing (termasuk beberapa teman saya) yang memutuskan kembali ke negaranya masing-masing karena takut terkena radiasi. Saya sendiri, berusaha bertahan---walaupun orang tua khawatir---dan mengatakan bahwa waktu itu saya ada di Kyoto, yang jaraknya sekitar 800 Km dari PLTN Fukushima, untuk meredam kegelisahan keduanya. Beberapa produk pertanian dan juga hasil laut dari daerah Tohoku juga mengalami penolakan karena kekhawatiran terkena radiasi. Penolakan ini tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri.

Sejak saat itu, Jepang mengkaji ulang lagi keberadaan PLTN, yang beberapa juga masih terhenti sampai saat ini. Pencarian energi baru juga mulai digalakkan. Penggunaan lampu LED yang hemat energi juga sudah diterapkan mulai dari fasilitas publik yang berada di pusat-pusat keramaian maupun di sarana transportasi. Sistem peringatan dini J-alert juga diperbanyak dan dikembangkan setelah kejadian ini.
(Mengenai J-alert, saya sudah pernah membahasnya di sini)

Keadaan saat ini

Menurut koran Nikkei edisi hari ini (11 Maret), pembangunan kembali daerah yang terkena bencana sedang terus digalakkan. Bahkan di beberapa distrik, sudah terbentuk semacam Compact City , di mana di daerah dengan kepadatan tinggi (DID : Densely Inhabited Districts), semua fasilitas mulai dari rumah sakit, pusat perbelanjaan, sekolah dan fasilitas umum lain tersedia dengan jarak yang berdekatan. Sehingga memudahkan akses, terutama bagi orang yang berusia lanjut yang merupakan populasi terbanyak.

Jumlah wisatawan asing (dan domestik) yang mengunjungi daerah Tohoku juga sudah meningkat jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di seluruh Jepang, pemeriksaan ketahanan bangunan terhadap gempa juga diperketat. Banyak gedung lama yang kemudian diperkuat rangka bangunannya agar tahan terhadap goncangan yang diakibatkan gempa yang diprediksi masih akan terjadi di masa mendatang. 

Lokasi pengungsian jika terjadi bencana alam juga dibenahi, diperbanyak sekaligus juga diperjelas informasi penunjuk arahnya agar bisa digunakan dengan cepat sewaktu dibutuhkan.

Namun, ada juga sisi "gelap" yang masih tersisa, yaitu kekhawatiran beberapa orang karena dana tunjangan untuk korban bencana rencananya akan distop. Ada juga persoalan bisnis, misalnya jumlah lapangan kerja yang belum memadai dan juga modal untuk usaha yang belum sepenuhnya dipenuhi secara tuntas dan merata bagi sebagian orang di daerah bencana. Hal ini juga yang menyebabkan beberapa dari orang yang mengungsi masih enggan kembali ke daerah asal mereka.

Namun yang pasti, Jepang terlihat bangkit secara perlahan dari "luka" lamanya itu. Terutama Jepang sekarang sedang giat untuk persiapan menyambut pergelaran Olimpiade yang akan diadakan pada tahun 2020 nanti. 

Kegigihan untuk berjuang dan bangkit itu bukan hanya kali ini saja kita bisa lihat. Kita sudah menyaksikan bagaimana Jepang yang kalah dan habis-habisan setelah PD II, dapat dengan cepat bangkit sehingga menjadi negara maju seperti sekarang. Kegigihan dan semangat yang pantang menyerah itulah yang sepatutnya kita bisa tiru dan terapkan juga di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun