Sry Lestari Samosir
No. 106
Kurebahkan tubuhku di singgasana kamar yang nyaman. Lelah. Bermanja dengan bebantalan. Kuserongkan lekuk tubuhku ke arah kiri dan menatap bufeet di sudut itu. Tepat di atasnya terletak bingkai foto. Foto aku dan dia. Ku raih foto itu. Rona pipiku merekah. “Alex”. Pikirku melayang sembari telunjukku mengusap gambarnya. Benakku berkata,”Empat bulan yang lalu pria yang aku elus rambutnya dengan penuh kasih ini hanyalah orang asing. Tapi kini dia adalah sumber kebahagiaanku. Perkenalan yang bercampur sedikit bumbu percomblangan terngiang manis diingatanku. Terselubung modus nan tulus untuk sekadar bertemu dan saling mengenal kala itu.
Pun nurani berbisik manis menyatakan kamulah satu dan hanya untukku. Jika Tuhan melihat iman umatnya, manusia melihat kesungguhan sesamanya. Dan dia sungguh memperjuangkan aku. Ah, aku jadi melow. Aku memeluk bingkai foto.
“I love you somuch”. Tak lelah bibir kita mengucap kalimat ini setiap hari. Lagi aku asik tenggelam melow ria getar cintaku. Senyum-senyum sendiri. Aku merasa betapa beruntungnya aku mendapat kesempatan dicintai olehnya. Atas rasa syukur itu, tergeraklah aku mengungkapkannya dalam puisi untuk dia yang tercinta. Bangun. Duduk. Meja, pena dan kertas. Satu persatu kata terangkai. Pikir, tulis, hapus, pikir, tulis, hapus. Lelah, berAkhirnya tercipta puisi yang seapaadanya namun tercurah segala rasa cinta.
Teruntuk Alex Hong-hongku terkasih.....
Selalu ada senyuman, pelukan dan cinta kala kita bersua. Yah.. Kamu priaku yang berhati embun selalu berhasil meneduhkan aku. Pun semenjak hadirmu di sisi, aku tak pernah melayu. Semerbak harum kasih yg kita tebarkan menjadikan kelopak diri kita semakin berseri. Curahan kasih yg tidak hanya untuk kita berdua, tapi juga menyebar kepada keluarga, saudara dan sahabat. Terimakasih kepada Semesta yg memberikan dayanya menyatukan kita.
Altar yang kudus dan janji pernikahan suci menanti kita 365 hari lagi..
Kini aku menempah diri untuk jadi wanita terhebatmu. Doa dan harapan yg kita lambungkan pasti diterima Tuhan Allah kita.
Orang asing yang kini menjadi belahan hati. Terimakasih sayang Daniel Alex Silaban.
Aku mengasihimu..
Biarlah kasih ini menjadi iman yg membahagiakan kita. Dalam perjalanan hidup yg penuh rintangan, hanya cinta yg menguatkan kita. Bersandar di bahuku, menggenggam tanganmu, dan tersenyum kala ke dua mata kita bertemu, tiada yang lebih indah dari itu.
Your love,
Tary
Selembar kertas berisi ungkapan cintaku padanya sudah selesai ku tulis. Aku lipat seolah aku membentuk hatiku padanya. Ah.. seperti anak SMP saja tulis surat cinta, aku tertawa sendiri. Dentingan bel rumah membangunkan lamunanku.Segera saja aku menuju pintu.Karena sudah hapal jam-jam segini kekasihku datang berkunjung. Ku buka pintu. Seperti biasa, ada senyum, peluk dan cinta saat kami saling menatap. Ku persilahkan dia masuk. Kami duduk di sofa ruang tamu. Dia sungguh menawan hatiku. Dan dengan semangat aku berikan surat yang sudah aku tulis. “Iya sayang, akan aku baca. Tapi aku mau minum dulu,” jawabnya manis sambil meletakkan kertas itu di atas meja. Aku pun membuat kopi kesukaannya di dapur. Bersemangat mempersembahkan kopi yang penuh gula-gula cinta. Aku melangkahkan kaki dengan cepat. Saat mendaratkan gelas itu ke meja, aku tak mampu mengontrol laju gerakku. Kopipun tertumpah dan tepat membasahi surat cintaku. Surat itu menyerap air dan kemudian berpecah-pecah bulir kertasnya. Untaian kata yang tertulis tak bisa terbaca. Gelap, basah dan koyak meliputi tubuh kertas. Melihat hal itu, hati pun turut terurai. Sendu. Dia lalu mendekati aku. Tanpa banyak berkata, ia mendekapku. Yah, pelukan yang selalu berhasil meneduhkan aku.
Aku merengek,” Aku ingin katakan cintaku padamu melalui surat itu. Tapi aku sudah merusaknya. Ia tetap memeluk. Aku pun terdiam.
“Sayang, sudahlah, aku tahu kamu mencintaiku”, bujuknya.
“Tapi...”
“Dari perlakuanmu. Tatapmu, pelukmu, kopi buatanmu, masakan untukku. Kesemuanya itu adalah ungkap yang tak terucap. Tapi aku peka menangkap pesan cinta yang engkau sematk”, ucapnya sambil mengelus rambutku.
Pun peluknya merengkuh batinku.
Terasa ada, terkatakan tidak. Cinta yang tulus mengalir dari dalamnya.
**
NB : Untuk melihat karya peserta lain silahkan kunjungi Fiksiana Community
Dan silahkan bergabung dengan group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H