Mohon tunggu...
Sry Lestari Samosir
Sry Lestari Samosir Mohon Tunggu... Editor -

I'm a simply girl

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Peluk

2 Oktober 2015   16:54 Diperbarui: 2 Oktober 2015   16:54 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biarlah kasih ini menjadi iman yg membahagiakan kita. Dalam perjalanan hidup yg penuh rintangan, hanya cinta yg menguatkan kita. Bersandar di bahuku, menggenggam tanganmu, dan tersenyum kala ke dua mata kita bertemu, tiada yang lebih indah dari itu.

Your love,

Tary

Selembar kertas berisi ungkapan cintaku padanya sudah selesai ku tulis. Aku lipat seolah aku membentuk hatiku padanya. Ah.. seperti anak SMP saja tulis surat cinta, aku tertawa sendiri. Dentingan bel rumah membangunkan lamunanku.Segera saja aku menuju pintu.Karena sudah hapal jam-jam segini kekasihku datang berkunjung. Ku buka pintu. Seperti biasa, ada senyum, peluk dan cinta saat kami saling menatap. Ku persilahkan dia masuk. Kami duduk di sofa ruang tamu. Dia sungguh menawan hatiku. Dan dengan semangat aku berikan surat yang sudah aku tulis. “Iya sayang, akan aku baca. Tapi aku mau minum dulu,” jawabnya manis sambil meletakkan kertas itu di atas meja. Aku pun membuat kopi kesukaannya di dapur. Bersemangat mempersembahkan kopi yang penuh gula-gula cinta. Aku melangkahkan kaki dengan cepat. Saat mendaratkan gelas itu ke meja, aku tak mampu mengontrol laju gerakku. Kopipun tertumpah dan tepat membasahi surat cintaku. Surat itu menyerap air dan kemudian berpecah-pecah bulir kertasnya. Untaian kata yang tertulis tak bisa terbaca. Gelap, basah dan koyak meliputi tubuh kertas. Melihat hal itu, hati pun turut terurai. Sendu. Dia lalu mendekati aku. Tanpa banyak berkata, ia mendekapku. Yah, pelukan yang selalu berhasil meneduhkan aku.

Aku merengek,” Aku ingin katakan cintaku padamu melalui surat itu. Tapi aku sudah merusaknya. Ia tetap memeluk. Aku pun terdiam.

“Sayang, sudahlah, aku tahu kamu mencintaiku”, bujuknya.

“Tapi...”

“Dari perlakuanmu. Tatapmu, pelukmu, kopi buatanmu, masakan untukku. Kesemuanya itu adalah ungkap yang tak terucap. Tapi aku peka menangkap pesan cinta yang engkau sematk”, ucapnya sambil mengelus rambutku.

Pun peluknya merengkuh batinku.

Terasa ada, terkatakan tidak. Cinta yang tulus mengalir dari dalamnya.

 **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun