Mohon tunggu...
david
david Mohon Tunggu... Dosen - Kesederhanaan

bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pondasi Generasi Emas Indonesia

10 Januari 2025   16:37 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:37 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

      Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung Presiden Prabowo adalah langkah nyata untuk memastikan generasi muda Indonesia memiliki pondasi yang kuat menuju masa depan. Program ini bukan sekadar soal mampu atau tidak mampu membeli makanan, tetapi lebih pada pemahaman bahwa setiap individu memerlukan asupan gizi seimbang untuk bertahan hidup dan berkembang. Tanpa makanan yang bergizi, mustahil seseorang dapat tumbuh sehat secara fisik maupun mental.

      Dari sudut pandang ilmu ekonomi, makanan termasuk kebutuhan dasar yang tak bisa ditunda atau digantikan. Prinsip ini sejalan dengan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow. Dalam hierarki Maslow, kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, dan tempat tinggal adalah fondasi pertama yang harus dipenuhi sebelum seseorang bisa mencapai tingkat kebutuhan lainnya, seperti rasa aman, cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri. MBG menargetkan usia sekolah dasar karena pada tahap inilah kebutuhan dasar untuk makan menjadi sangat penting, mengingat masa ini adalah periode emas pertumbuhan anak.

 

Mengapa MBG Penting?

      Program ini lebih dari sekadar memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi. Ini adalah investasi jangka panjang bagi bangsa. Anak-anak yang mendapatkan gizi seimbang memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan dunia. Hal ini sangat relevan jika kita melihat proyeksi Indonesia pada tahun 2045, saat generasi yang kini duduk di bangku sekolah dasar akan menjadi tulang punggung bangsa.

      Pendidikan dan kesehatan, seperti dua sisi mata uang, tak terpisahkan. MBG juga sejalan dengan pandangan Stella Maris, Wakil Menteri Pendidikan, yang menekankan pentingnya menggali potensi anak-anak sejak dini. Beliau berpendapat bahwa pengembangan potensi anak tidak hanya bergantung pada teknologi seperti Artificial Intelligence (AI). Penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak bergantung pada AI dapat menghambat daya pikir kritis anak-anak. Dengan membatasi penggunaan AI secara berlebihan, Stella Maris mendorong anak-anak untuk lebih mandiri, kreatif, dan reflektif.

Rene Descartes dan Pendidikan Berbasis Kesadaran

      Pandangan Stella Maris ini mengingatkan kita pada ungkapan filsuf terkenal, Ren Descartes: "Cogito, ergo sum"---"Aku berpikir, maka aku ada." Pernyataan ini menegaskan bahwa keberadaan manusia didasarkan pada kemampuan berpikir dan menyadari diri. Dengan memastikan anak-anak belajar berpikir kritis dan mandiri, kita membantu mereka membangun identitas dan kesadaran diri yang kuat. Ini adalah modal penting untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Menuju Indonesia Emas 2045

      Saat ini, anak-anak yang menjadi sasaran program MBG adalah generasi yang akan membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Dalam visi ini, Indonesia diharapkan menjadi negara yang makmur, berdaulat, dan berdikari. Namun, visi besar ini tidak akan tercapai tanpa memperhatikan kebutuhan dasar generasi muda saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun