Mohon tunggu...
Nur hayati
Nur hayati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi IAIN jember
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama: Nur Hayati Tetala: probolinggo, 13 maret 1999 Alamat: dusun lemus RT/RW: 002/001 Kel/desa: Bimo Kecamatan: Pakuniran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seperti Apa Pacaran yang Syar'i?

9 April 2020   13:34 Diperbarui: 9 April 2020   13:26 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emang ada ya pacaran yang syar'i? Hmz, jika jilbab saja ada yang syar'i dan ada pula yang tidak, mungkin begitu pula pacaran. Mengapa demikian ya? Sebab, jauh-jauh hari Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa pacaran itu haram hukumnya. 

Nabi hanya melarang berbuat zina dan berdua-duaan dengan orang yang bukan mahramnya. Jadi, masih ada celah atau peluang untuk memaknai pesan Nabi tersebut. Dan dari situ muncullah yang namanya pacaran syar'i.

Sekarang budaya pacaran yang tidak syar'i sudah tidak asing lagi untuk ditemui orang yang sudah menikah saja masih pacaran dan remaja pun rata-rata sudah mengenal pacaran bahkan cara pacarannya sudah melebihi batas seperti yang dilakukan suami istri, hingga dalam perbuatan itu banyak sekali perempuan yang hamil diluar nikah dan untuk menutupinya karena rasa malu dan takut kepada orang tua akhirnya merekapun memutuskan untuk menggugurkan kehamilannya. Kaum siapa yang rugi ? Tentunya kaum perempuanlah yang sangat dirugikan.

Karena itu, untuk para remaja jauhilah pacaran yang syar'i ataupun yang tidak syar'i karena masa sekarang adalah masa dimana kalian benar-benar mencari ilmu untuk masa depan yang akan datang. Bukan hanya untuk remaja, orang dewasa pun tidak diperkenankan untuk pacaran kecuali pacaran yang syar'i. 

Alasan sederhana mengapa dilarang untuk pacaran adalah supaya tidak terjadi perzinaan antara kaum lelaki dengan kaum perempuan. Karena didalam pacaran jika dua sejoli antara laki-laki dan perempuan berduaan maka orang ketiganya adalah setan, maka setan akan menggodanya supaya mereka berbuat maksiat dan berbuat zina.

Banyak hal seseorang melakukan perzinaan, salah satunya adalah pacaran yang tidak syar'i tersebut. Sebab, didalam hubungan yang tidak syar'i akan terjerumus oleh godaan setan dan janji-janji yang merugikan perempuan, untuk mengikat hubungan ke yang lebih tinggi dan mau membuktikan rasa cinta dan rasa sayangnya akhirnya merekapun melebur dalam persetubuhan yang tidak sah.

Padahal perzinaan itu adalah strategi jahat laki-laki terhadap perempuan. Demi rasa cinta dan kasih sayang laki-laki merayu perempuan dan menaklukkannya agar tujuannya tercapai, setelah melakukan perzinaan itu banyak laki-laki yang melarikan diri dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Perempuan disamakan dengan tebu yang habis manis sepah di buang. Lagi-lagi kalau sudah begini dan perempuan hamil siapa yang paling dirugikan? Tentunya perempuanlah yang sangat dirugikan. Sedangkan laki-laki hanya tertawa diatas ranjang yang penuh dosa itu.

Ketika sudah hamil, perempuan hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya saja, mengapa menangis? Mengapa menyesal? Mengapa membenci dirinya? Padahal itulah kemauan dirinya sendiri, mengapa dari awal tidak pernah berfikir secara jernih? Mengapa hanya mengedepankan kebahagiaan dan hawa nafsunya dulu?. Jika sudah seperti nasi yang sudah menjadi bubur bagaimana?

Oleh karena itu, bagi para remaja khusunya perempuan, jauhilah pacaran, hilangkan budaya ini dari fikiran anda. Tidak indah dan tidak enak mendengarnya jika sudah terjadi seperti itu. Fokus belajarlah dan raih cita-cita anda setinggi langit, bahagiakan ayah ibu anda dengan keberhasilan anda dimasa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun