*Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan*
Filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya dalam suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.Â
Demikian juga pada filsafat pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat yang digunakan dalam dunia pendidikan.
1. Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini adalah Plato (427-347 SM) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat.Â
Sejarah idealisme berawal dari pemikiran Plato tentang kebenaran empiris yang dilihat dan dirasakan dalam alam ideal (esensi) atau ide.
Baca juga : Pendidikan: Filsafat dan Radikalisme
Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai sumber-sumber utama di alam ini.
Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungan pada jiwa dan roh.
2. Aliran Filsafat Perenialisme.
Perennialisme berasal dari kata perennial yang dapat diartikan abadi, Â kekal atau fana (tiada akhir). Perenialisme berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah.
Aliran filsafat Perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi, dengan demikian perenialisme dianggap suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai masa lampau dengan maksud mengembalikan keyakinan akan nilai-nilai asasi manusia masa silam untuk menghadapi problem kehidupan manusia saat sekarang dan bahkan sampai kapanpun dan dimanapun.
3. Aliran Filsafat Esensialisme.
Filsafat Esensialisme didasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles.Â
Aliran filsafat Esensialisme muncul pada zaman renaissance merupakan perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya.Â
Perbedaan utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
*Tokoh-Tokoh Filsafat Pendidikan*
 1. Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut 'academia'.Â
Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan.
Â
2. Aristoteles (384 -- 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan.Â
Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi.Â
Pandangan ini berkembang pada abad 13 -- 14.
Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan.Â
Baca juga : Hubungan Ontologi dan Filsafat Pendidikan
Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.
Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain yaitu:
Robert Grosseteste
menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai Metode perincian dan penggabungan. Tahap Induksi merupakan sebuah perincian gejala yang menjadi unsur-unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan unsur-unsur pokok yang membentuk gejala asli.
John Duns Scotus
menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yang mempunyai pengaruh khusus terhadap peristiwa.
Ockham
menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya terdapat kesatuan-kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala.Â
Metode Ockham membandingkan dua hal khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan satunya lagi tidak ada pengaruhnya.
 *Pemikiran kunci tokoh filsafat pendidikan*
Ada beberapa tokoh yang dikenal sebagai pemikir di zamannya. Beberapa yang terkenal adalah tiga tokoh yang dikenal dengan sebutan "The Gang of Three" yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ketiga orang inilah yang dianggap berperan besar dalam membentuk pola pikir barat (Western Mind).Â
Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir. Plato menekankan perlunya untuk selalu mencari "kebenaran" dan mempertahankan pemikiran kritis.Â
Sedangkan Aristoteles, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, mengembangkan pemikiran "kategoris" dimana segala sesuatu harus dapat didefinisikan dan dikategorikan.
Baca juga : Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Filsafat Pendidikan
1. SOCRATES
Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. . Ajaran filosofinya tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya.Â
Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran.Â
Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu tetap dan harus dicari.
2. PLATO
Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates.Â
Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik,yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal".Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis.Â
Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat.Â
Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara.
3. ARISTOTELES
Aristoteles adalah murid Plato.Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H