Seorang kawan lama waktu kuliah sekitar 16 tahun yang lalu, yang saya temui di Facebook, memberikan hadiah berupa beberapa majalah dan sebuah buku Juz’Amma 4 bahasa, Tuntunan Bagi Saudara Baru.
Saya sangat tertarik dan menyukai buku itu. Banyak arti dan manfaat yang didapat dari buku ini, mulai dari sejarah ekspedisi besar Ma Zheng He (Cheng Hoo) seorang pelaut muslim dari daratan cina yang berkeliling dunia sebanyak 7 kali, Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo, sedikit pelajaran nada fonetik bahasa mandarin, cara membaca huruf arab hijaiyyah, beberapa tuntunan praktis ajaran agama Islam termasuk tata cara sholat serta 38 suratan Juz’Amma. Semuanya ditulis dalam 4 bahasa : arab (tulisan dan latin), indonesia, inggris dan mandarin (tulisan dan latin). Luar biasa sekali isi buku ini. Yang pasti, aku akan pelit dan keberatan jika ada yang mau meminjam buku ini karena kawatir kalau-kalau buku ini hilang. (Kalau mau, beli, dong. Jangan pinjam. Hehe.. promosi, nih yee..)
Tujuan awal diterbitkan buku ini adalah menyediakan pustaka pedoman bagi pemeluk Islam pemula dan sekaligus alat berdakwah. Diharapkan dengan buku ini, saudara baru dari berbagai suku bangsa dapat lebih cepat memahami tata cara ibadah shalat, khususnya warga keturunan Tionghoa dst.... Begitu kata bapak ketum Yayasan-nya. (Benar sekali, pak. Buku ini juga berarti buat saya kok. Terima kasih ya, pak. Walau bukan bapak yang memberi tapi nyatanya saya memiliki buku ini. Saya jadi merasa seperti saudara juga, nih. Hehe...)
Isi buku ini memang tidak seberapa lengkap bila dibandingkan dengan buku-buku tuntunan ajaran agama Islam lainnya. Yang membuat besar nilai dari buku ini adalah penterjemahan ke dalam 4 bahasa untuk meminimalkan salah arti dan perbedaan persepsi dan agar pembaca dari berbagai suku bangsa bisa memahami bahwa ada benang merah yang sama dari setiap hal jika arti komunikasinya sama. Lagi pula, kata “saudara” yang tercantum di judul, secara psikis menimbulkan kesan hangat, menambah semangat pembacanya dan mempercepat pemahaman isi buku.
Cheng Hoo. Sering sekali aku mendengar nama ini. Yang aku kenal nama ini dipakai untuk masjid, Masjid Cheng Hoo, tetapi sayang, 20 tahun aku tinggal di Surabaya hingga tahun 2007, belum pernah sekalipun aku singgah ke masjid ini. Insya Allah, jika ada jodoh, jarak 800 km lebih akan aku tempuh untuk mampir ke sana. (Lapo ae kon rong puluh taun neng suroboyo, ning.....? Lagi saiki arep neng Cheng Hoo)
Didalam buku ini juga dituliskan sekilas sejarah Haji Mohammad Cheng Hoo atau Laksamana Haji Mohammad Zheng He atau Ma Zheng He atau Sam Po Kong atau Dampo Awang. Ekspedisinya dimulai dari tahun 1405 sampai 1433, diikuti 200 kapal, 28000 awak kapal dan menziarahi 38 negara di Asia Afrika. Hasil yang paling nyata dari ekspedisi ini adalah terbukanya Jalur Sutra dan Keramik.
Sayangnya, dibuku ini tidak ditampilkan foto dari Taman Haji Mohammad Cheng Hoo di Nanking, Cina dan Masjid Cheng Hoo di Surabaya. Semoga pada edisi berikutnya, penyajian buku ini bisa lebih menarik, lengkap dan bervariasi. Untuk teman-teman pembaca, tidak ada salahnya kan ikut membaca buku ini. Terima kasih.
Salam, Tanti Hezt
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H