Mohon tunggu...
Inovasi

Bagaimana Keterkaitan Antara Social Media dan Citizen Journalism dalam Membentuk Interaktivitas di Masyarakat?

14 April 2016   18:39 Diperbarui: 15 April 2016   08:36 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Lantas, apa manfaat media sosial bagi responden? 76 persen menggunakannya sebagai sarana memantau informasi, 46 persen sebagai sumber ide berita, 36 persen sebagai sarana monitoring/evaluasi, 31 persen sebagai sumber mencari sumber, 24 persen sebagai bahan berita dan 16 persen sebagai sarana verifikasi. Lantas bagaimana partisipasi responden dalam menciptakan konten bagi media sosial?  Jawaban  diperoleh dari pertanyaan mengenai pesan apa yang biasanya disampaikan melalui akun media sosial responden? 41 persen responden menginformasikan mengenai kegiatan kerja yang tengah dilakukan. Sebanyak 40 persen menginformasikan mengenai berita menarik di organisasi media di mana mereka bekerja.  Media sosial berfungsi menjadi sarana meluaskan basis konsumen berita yang diproduksi organisasi media/jurnalis. Sebanyak 32 persen responden menggunakan akun media sosialnya untuk ekspresi personal atau perasaan (termasuk galau?), hanya 11 persen yang menggunakan akun media sosialnya sebagai sarana melakukan kritik sosial atas kebijakan public/komentar berita/peristiwa. (http://nasional.vivanews.com/news/read/285957-kepercayaan-terhadap-media-di-ri-tertinggi)

Maka terlihat jelas banyak manfaat yang diperoleh dari adanya social media saat ini. manfaatnya pun dapat beragam, bukan hanya mengenai interaktivitas. Tak mengherankan jika pengguna social media pun semakin bertambah. Sehingga perkembangan internet yang pesat ini menimbulkan dampak adanya kemunculan berbagai macam aplikasi yang canggih yang semakin mendukung pengguna untuk menggunakan social media. Misalnya path, instagram, bbm, dan linkedlin. Semua itu semakin mempermudah pengguna untuk dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya di social media. Selain perkembangan internet yang memicu penggunaan social media yang semakin besar. Ada pula, perkembangan lain yang erat kaitannya dengan pengguna yaitu adanya fenomena citizen journalism atau sering disebut sebagai jurnalisme warga.

Terdapat beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep citizen journalism  diantaranya public journalism, civic journalism, advocacy journalism, citizens media participatory journalism, dan participatory media. Menurut Winoto (2010, p.1) citizen journalism diartikan sebagai proses dimana seseorang yang bukan berasal dari jurnalis profesional namun memberikan kontribusi kepada media. Sedangkan orang yang melakukannya disebut citizen journalist atau yang lebih dikenal sebagai jurnalis warga. Sedangkan Shayne Bowman & Chris Willis (2003) citizen journalism adalah  „...the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”. Artinya bahwa warga memiliki hak untuk menjadi pencari, pemproses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat luas melalui media.

Sehingga seorang citizen journalism berbeda dengan jurnalis pada umumnya. Sebab, citizen journalism merupakan warga bukan jurnalis yang melaporkan atau menyampaikan berita. Maka citizen journalism jelas berbeda dengan jurnalis professional. Seorang jurnalis professional tentu memiliki kartu pers resmi dan terdaftar dalam Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Kemunculan citizen journalism tentu juga memberikan manfaat, seperti : memberikan sudut pandang referensi terhadap isu-isu yang berkembang, sumber berita menjadi beragam dan sebagainya.

Sementara itu, seorang ahli media yang sering menulis di poynter.org, Stive Outing (2005) memilah citizen journalism ke dalam 11 kategori:

  • Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional. Ini mungkin yang kita kenal sebagai ruang “surat pembaca” di media konvensional.
  • Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis, dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan. Ini juga yang biasa kita jumpai di majalah-majalah umumnya.
  • Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional non jurnalis ini bisa juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Ini juga bisa kita temui di media konvensional.
  • Bloghouse, sebuah website yang mengundang pembaca untuk ikut membaca.
  • Newsroom citizen „transparency‟ blogs, merupakan blog yang disediakan untuk upaya transparansi organisasi sebuah media, dimana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritikan, atau pujian atas pekerjaan media tsb.
  • Stand-alone citizen journalism site: melalui proses editing.
  • Stand-alone citizen journalism site: tanpa proses editing.
  • Stand-alone citizen-journalism website dengan tambahan edisi cetak.
  • Hybrid: Pro + Citizen journalism. Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan jurnalis warga. Disini ada peran para editor dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama. Kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita, dan berita yang masuk masih tersaring lagi sebagai berita yang menjadi topik utama (berhak muncul di halaman pertama) atau bukan. Contohnya adalah ohmynews.com
  • Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, dimana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga.
  • Model wiki, dimana pembaca adalah juga editor. Setiap orang bisa menulis artikel, dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap artikel yang terbit.

Kategorisasi diatas dapat membedakan bagaimana citizen journalism dengan jurnalis professional. Siapapun bisa menjadi seorang citizen journalism tetapi tak semua orang bisa menjadi seorang jurnalis professional. Pekerjaan seorang jurnalis professional tentu berbeda dengan seorang citizen journalism atau jurnalis warga tersebut.

Terlihat jelas bagaimana citizen journalism memberikan suatu layanan kepada publik atau pengguna dalam interaktivitas. Selain interaksi dengan pengguna lain, pengguna atau masyarakat pun dapat mengkoreksi dengan berkomentar melalui berita yang disampaikan. Stuart Allan dan Einar Thorsen tidak berusaha untuk mendefinisikan jurnalisme warga dalam buku mereka dengan nama yang sama, tetapi mereka membahas bentuk jurnalisme warga yaitu: blog, pengumpulan berita warga, dan secara implisit sesuatu selain "perusahaan" usaha berita(Allan dan Thorsen 2009). Mark Deuze mengemukakan bahwa ciri jurnalis warga sebagai "memproduksi berita pada konsumen", tetapi juga bertentangan dengan jurnalis profesional sebagai " rekan pesaing" (Deuze 2007: 122)

Dengan adanya citizen journalism tentu semakin memudahkan pengguna/masyarakat dalam mendapatkan informasi atau berita dengan cepat dari sumber yang ada. Keberadaan media sosial dan citizen journalism juga memberikan dampak kemudahan adanya interaktivitas dari pengguna satu ke pengguna lainnya.  Semua media cetak dan penyiaran tentunya interaktif. Pemirsa televisi dan pendengar radio harus menyalakan pesawatnya dan memilih gelombang dan saluran (channel). Dengan adanya remote control semakin mempermudah pengguna dalam memilih channel. Tetapi, media ini tidak menawarkan kesempatan untuk berinteraksi. Media televisi dan radio tidak memiliki mekanisme feedback untuk berinteraksi. Kecuali kontribusi email dan telephone. Sedangkan surat kabar dan majalah dinilai lebih interaktif karena pembaca dapat memilih bagian yang disuka. Sementara itu, kemunculan internet saat ini seperti adanya social media dan citizen journalism memberikan suatu akses interaktivitas yang lebih daripada media lainnya. Terlebih, internet terus berkembang dari tahun ke tahun dan memunculkan banyak inovasi.

Interaktivitas didefinisikan sebagai pengguna internet yang dapat saling berinteraksi. Informasi yang disajikan tidak hanya berupa teks, tetapi juga animasi, grafis, maupun audio wawancara dengan narasumber terkait.

Konvergensi media penyiaran dengan internet menciptakan global internet. Fenomena tersebut memiliki dampak adanya kecepatan dalam mendapatkan informasi. Bukan hanya itu, akses ke media pun semakin banyak memberikan pilihan pada penggunanya. Kemunculan multimedia dan interaktivitas saat ini bisa jadi merupakan dampak dari adanya global internet di dunia. Maka tak mengherankan bila social media dan citizen journalism membentuk dan mendukung adanya interaktivitas dalam masyarakat. Bentuk interaktivitas yang terjadi dapat terlihat dari banyaknya pengguna atau masyarakat yang ketika ada informasi tersebar di social media maupun melalui citizen journalism langsung memberikan respon atau komentar atas informasi tersebut terlebih bila informasi itu menyangkut kepentingan publik yang luas. Bukan hanya terkait informasi, akan tetapi bentuk interaktivitas lain juga terlihat dalam hal bisnis, dimana ada pula pengguna yang memanfaatkan social media sebagai sarana atau peluang untuk bisnis. Misalnya, maraknya online shop di social media instagram, facebook hingga bbm. Citizen journalism pun juga memberikan peluang pendapatan uang dari pengguna dengan informasi atau berita yang diberikan pada media. Sehingga adanya social media dan citizen journalism tidak terbatas pada pembentukan interaktivitas dalam masyarakat melainkan juga efek lain bagi penggunanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun