Mohon tunggu...
Syyiif_31
Syyiif_31 Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah Kranji - Paciran - Lamongan

Berbagi ilmu yang bermanfaat dan semoga bermanfaat bagi yang membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Penghafal Al-Aqur'an, Perlukah Meninggalkan Pendidikan Sekolah?

25 Agustus 2022   16:00 Diperbarui: 25 Agustus 2022   16:09 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi penghafal Al-Qur'an memang sebuah impian mayoritas orang muslim. Apalagi, ada keistimewaan tersendiri untuk orang-orang yang menghafalkan Al-Qur'an yang diberikan oleh Allah Swt. 

Siapa orangtua yang tidak menginginkan anaknya menjadi penghafal Al-Qur'an? Apalagi jaminan penghafal Al-Qur'an adalah mendapat syafaat yang dapat diajukannya untuk keluarganya.

Syafaat seorang penghafal Al-Qur'an terbatas bagi kaum Muslimin yang harus masuk neraka karena dosa-dosanya. Karena itu, bagi siapa yang ingin selamat dari api neraka, sedangkan bukan penghafal Al-Qur'an dan tidak mampu menjadi seorang penghafal Al-Qur'an, maka sekurang-kurangnya hendaklah ia berusaha menjadikan salah seorang di antara keluarganya atau kerabatnya menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. 

Di samping itu, ia juga harus berusaha menjadi pribadi yang baik dengan menjauhi segala macam perbuatan yang mendatangkan dosa.

Zaman yang semakin banyak perdebatan dan perselisihan ini, banyak orangtua berlomba-lomba memasukkan anak-anaknya ke Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an untuk menjadikan anaknya seorang hafidz/hafidzah. Bahkan, banyak orangtua yang rela anaknya tidak perlu mengemban pendidikan sekolah demi menyelesaikan Al-Qur'an di usia muda. 

Baginya, ilmu pendidikan sekolah hanyalah ilmu bonus dunia. Ilmu yang tidak akan berguna di akhirat kelak. Mereka beranggapan kita hidup di dunia hanya menunggu giliran masing-masing untuk menghadap sang Illahi, oleh karena itu para orangtua berlomba-lomba menjadikan anaknya seorang penghafal Al-Qur'an dengan imbalan syafaat yang akan diperolehnya kelak.

Tak sedikit pula lembaga yang memberikan berbagai macam tawaran yang menggiurkan untuk mewujudkan generasi Qur'ani, kader yang memahami Al-Qur'an dan bisa menerapkannya dalam sehari-hari. Pun dengan memberi target-target yang berhasil diterapkan untuk menarik minat orangtua agar terpikat dengan program lembaganya. 

Banyak hal yang dilakukan berbagai lembaga untuk menarik siswa didik juga orangtuanya agar masuk ke masing-masing lembaga.

Para orangtua menggebu-gebu ingin menjadikan anaknya seorang penghafal Al-Qur'an, tanpa tahu kondisi dan kemampuan anaknya. Mereka tidak memikirkan bagaimana jerih payah anaknya harus menahan tekanan yang dialami setiap hari di dalam Pondok Pesantren. Setiap bangun tidur mereka harus mencari hafalan yang harus disetorkan kepada Musyrif/musyrifah-nya masing-masing.

Memang dibenarkan menjadi penghafal Al-Qur'an di usia muda merupakan impian sebagian besar orangtua Muslim. Namun terlepas dari itu semua, orangtua seharusnya tahu kemampuan anaknya. Setiap anak memiliki minat bakat yang terpendam dalam dirinya. 

Tanpa dukungan orangtuanya, mereka tidak akan dapat mengembangkan kemampuannya dengan baik. Bahkan mereka takut untuk mengungkapkan bakat yang dimilikinya karena tidak sesuai dengan harapan orangtuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun