Mohon tunggu...
Surya Syurgana Akmal
Surya Syurgana Akmal Mohon Tunggu... Insinyur - Menghabiskan sisa usia di ujung selatan Riau

Dari kecil senang pertanian sampai akhirnya kuliah pertanian, kemudian pulang kampung untuk berkebun menyiapkan bekal pulang ke kampung akhirat. Di tengah perjalanan sering tergoda dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang menggelitik rasa ingin tahu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Burung Hantu (Tyto Alba) dan Kelapa Sawit

29 Mei 2021   00:32 Diperbarui: 29 Mei 2021   00:37 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kelapa dalam dan kelapa hibrida, populasi perkebunan Indragiri Hilir juga didominasi kelapa sawit yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. Selain dibudidayakan oleh masyarakat, tanaman kelapa sawit juga dibudidayakan oleh perusahaan perkebunan. Menurut Data Inhil dalam Angka Tahun 2019, setidaknya ada 108.767 Ha Kebun Kelapa Sawit rakyat yang tersebar di seluruh kecamatan.

Selayaknya tanaman produktif lain, kelapa sawit pun berpotensi diserang oleh hama yang dalam jumlah tertentu dapat mengganggu tanaman kelapa sawit dan akhirnya menurunkan produksi. Hama tersebut diantaranya adalah ulat api, kumbang tanduk dan tikus. Tikus merupakan hama yang cukup membahayakan tanaman kelapa sawit. Dia dapat menyerang titik tumbuh, bagian pelepah yang lunak, buah muda maupun buah yang sudah matang. 

Tak hanya itu, tikus juga memakan telur, larva dan pupa kumbang penyerbuk (Elaeidobius kamerunicus) yang berada pada bunga jantan. Hama Tikus ini menyerang tanaman sawit sepanjang tahun, namun ada kecendrungan serangan meningkat pada musim kemarau, dimana kebutuhan air meningkat dan alternatif pilihan makanan berkurang. Sebenarnya tikus tidak spesifik hanya menyerang tanaman kelapa sawit saja, tetapi juga menyerang tanaman lain seperti padi.

Tulisan ini mengulas sekilas mengenai pemberantasan hama tikus dengan pengendalian biologis. Pengendalian secara biologis dipandang sebagai cara yang paling aman, murah dan mudah dalam aplikasinya. Salah satu alternatifnya adalah dengan memelihara musuh alami dari tikus. Ada 2 jenis musuh alami tikus yang cukup populer yaitu ular dan Tyto Alba. Dari 2 alternatif itu, memelihara burung hantu jauh lebih aman dari pada memelihara ular.

Membicarakan burung hantu (Tyto Alba), yang pernah nonton film Harry Potter akan langsung mengingat Hedwig sebagai Hewan Peliharaan Harry. Menurut Wikipedia, Tyto Alba merupakan spesies burung berukuran besar, mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap kedepan, merupakan ciri yang mudah dikenali. 

Bulu lembut, berwarna tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Ada tanda mengkilat pada sayap dan punggung. Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak hitam, atau tidak ada. Bulu pada kaki jarang-jarang. 

Kepala besar, kekar dan membulat. Iris mata berwana hitam. Paruh tajam, menghadap kebawah, warna keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna meski betina sering kali lebih besar 25%. Betina dan hewan muda umumnya punya bercak lebih rapat.

Tyto Alba atau yang lazim disebut sebagian masyarakat dengan Burung Hantu kerap dihubungkan dengan kesan mistis karena bunyinya yang memang agak “menyeramkan”. Padahal dibalik kesan itu, Tyto Alba merupakan pemburu handal. 

Sebagai Hewan yang aktif di malam hari (nokturnal), Tyto Alba memiliki indra penglihatan yang bagus. Mata Tyto alba mampu beradapatasi untuk melihat dalam intensitas cahaya yang rendah. Hal ini ditandai dengan ukuran pupil yang sangat besar dan retina yang tersusun dari sel-sel yang sangat sensitif, yang memberikan efek penglihatan monokromatik. Kemampuan melihat dalam gelap ini dikatakan sekitar 3 – 4 kali kemampuan manusia.

Tapi yang sebenarnya membuat Tyto Alba unggul dalam perburuan adalah kemampuan pendengarannya yang di atas rata-rata dan cara terbangnya yang minim suara. Tyto alba memiliki susunan letak lubang telinga yang unik, dimana letak pada kepala antara satu sama lainnya tidak sama tinggi dan sudutnya berbeda pula. 

Lubang telinga tersebut diselubungi oleh lapisan fleksibel yang tersusun dari bulu-bulu pendek. Lapisan tersebut berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara. Kelengkapan itu membuat Tyto alba memiliki pendengaran yang responsif dan bersifat direksional terhadap sumber bunyi, sehingga dengan itu Tyto Alba mampu mendeteksi lokasi mangsa (dalam arah dan jarak) dengan tingkat akurasi yang tinggi dalam keadaan gelap gulita sekalipun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun