Melalui rilis data di atas, kita bisa simpulkan bahwa lebih dari setengah angkata kerja didominasi oleh tamatan sekolah, bukan tamatan kampus. Lantas, magang profetik seperti apa yang dilaksanakan oleh kampus tersebut jika tidak dapat memenuhi angkatan kerja melalui lulusan sarjana?
Atau sebagai edukasi?
"setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru"
Melalui pepatah di atas, mungkin kampus mengadakan magang untuk mahasiswanya juga dengan alasan edukasi. Ya, edukasi. Karena, ada banyak pelajaran yang tidak bisa didapatkan melalui teori-teori atau presentasi yang ada di dalam kelas, melainkan banyak pelajaran hidup yang juga harus ditempuh di luar kelas, yakni melalui magang.
Memang pelajaran apa yang didapatkan melalui magang? Ada. Contohnya, senioritas. Di tempat magang, apalagi kalian magang di perusahaan besar, maka kamu ga akan langka melihat penampakan senior menyuruh juniornya membuat kopi, membelikan dia makan, bahkan sampai menyuruh juniornya membelikan rokok untuknya. Selain senioritas, juga ada atasan mesum. Ya tak jarang, kasus-kasus pelecehan terjadi antara atasan atau pimpinan dengan karyawan loh. Biasanya, hal itu sering terjadi di kota-kota besar.
Lain dari itu semua, ada yang benar-benar pelajaran yakni ketika berinteraksi dengan pelanggan. Ya, fase itu adalah fase dimana kita belajar menahan emosi dan belajar untuk selalu bersabar. Dari saking banyaknya manusia lahir di dunia, ada saja manusia-manusia aneh yang menjadi lawan bicara kita ketika berada di pekerjaan. Biasanya konsumen yang berusia paruh baya, yang mana, manusia-manusia tersebut mempunyai karakter tempramental karena termakan usia. Lalu konsumen emak-emak, yang biasanya mereka biasa ada di dapur lalu menjadi konsumen perusahaan maka kalian akan menghadapi pikiran-pikiran kolot.
Di atas semua itu adalah gambaran bagaimana dunia kerja ketika dipadukan dengan dunia pendidikan melalui program magang. Sebenarnya masih banyak lagi, hanya saja yang lumrah terjadi ialah seperti kasus-kasus di atas. Dan yang terpenting, semua pelajaran tersebut seharusnya tak harus melalui magang. Namun, dengan kita menjadi mahasiswa yang peka keadaan sosial dan suka membaca serta dibarengi menulis, maka kita juga akan mengerti kok bahwa praktik-praktik tersebut memang ada dan nyata.
Sayangnya, tidak ada data terbaru mengenai asumsi-asumsi terkait magang termasuk eksploitasi, profesi, dan edukasi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H