Mohon tunggu...
Syukri Rifai
Syukri Rifai Mohon Tunggu... -

pecinta hikmah kehidupan dari tepi citarum

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Ibroh dari Negeri Brunei

26 Agustus 2014   19:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibroh dari Negeri Brunei

Oleh; Syukri Rifai

Secara umum, ada empat hal yang harus dimiliki oleh setiap pesepakbola, yaitu: fisik, teknik, intelegensia, dan mental. Keempat hal inilah yang membedakan kualitas pesepakbola yang satu dengan yang lainnya. Namun, untuk berprestasi pemain sepak bola tak hanya unggul secara personal an sich, tetapi juga amat dipengaruhi oleh teamwork, karena sepak bola adalah olahraga kolektif yang amat dipengaruhi performa tim.

Keunggulan fisik mencakup kekuatan (power), kecepatan (speed) dan stamina. Teknik atau skills contohnya adalah kemampuan mengontrol bola, dribbling, passing dan shooting. Adapunintelegensia dalam dunia sepak bola meliputi kemampuan membaca situasi, ruang hingga membaca permainan lawan. Sedangkan mental berarti faktor psikologis pemain.

Selanjutnya, bukan bermaksud untuk mengevaluasi penampilan Timnas U-19 di ajang Hassanal Bolkiah Trophy (HBT) beberapa waktu lalu. Namun, hanya sekadar refleksi dari seorang penggemar mengingat siapa yang tak miris melihat performa Garuda Jaya yang jauh dari ekspektasi insan persepakbolaan tanah air. Bangsa ini sudah kadung jatuh cinta pada Evan Dimas dkk. yang memang digadang-gadang bisa mewakili Indonesia di Piala Dunia di masa mendatang. Sehingga, apapun dalihnya kekalahan yang diderita terasa amat menyakitkan.

Kembali ke awal, faktor fisik pemain boleh jadi memiliki andil dalam kekalahan-kekalahan yang diderita tim asuhan Indra Sjafrie ini. Namun, faktor mental boleh jadi yang paling berpengaruh.  Melesetnya arah turnamen persiapan bagi Evan Dimas dkk. sebelum berlaga di Piala AFC U-19 2014 dari turnamen Cotif L’Alcudia di Spanyol ke HBT di Brunei menjadi alasan utamanya. Meski masih bisa diperdebatkan, tentunya alasan ini jangan pula dikesampingkan. Ingat, jika psikologis pemain terganggu maka dampaknya akan berpengaruh pada performa fisik serta merusak fokus yang berimbas pada menurunnya intelegensia dan skills pemain.

Akhirnya, oleh-oleh dari Brunei bukan berarti kemuraman belaka. Anggaplah ia obat yang pahit dirasa, namun menyembuhkan dan menyehatkan. Saatnya para punggawa Garuda Jaya ini ‘dibangkitkan’ kembali. Bebaskan dari tekanan psikis, tumbuhkan kembali mental baja pemenang mereka. Terakhir, kita buktikan bahwa prestasi dalam sepak bola adalah hasil dari kuatnya teamwork baik pemain, pelatih, offisial, pengurus PSSI, maupun suporter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun