Mohon tunggu...
Syukra (kaka) Alhamda
Syukra (kaka) Alhamda Mohon Tunggu... Freelancer - Photographer

Penikmat Ketetapan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syirik Sebagai Kontradiksi dalam Pengimanan Tauhid

20 November 2021   09:01 Diperbarui: 20 November 2021   09:16 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, Syirik tersembunyi (khafi) merupakan syirik yang dikarenakan niat, tujuan, dan keinginan seperti dipuji ataupun dilihat oleh orang lain atas ibadah yang dilakukannya. Seperti yang disebut riya dan sum'ah yaitu melakukan ibadah untuk dipuji, didengar, dan dilihat oleh orang lain agar terlihat shalih dan taat kepada Allah SWT. Allah SWT sudah memperingati dengan jelas bahwa dalam beribadah kepada-Nya janganlah mempersekutukan dengan seseorang pun.[42] Nabi Muhammad SAW juga bersabda "Sungguh riya merupakan syirik. Dan separuh besar ahli ilmu menafsirkan ayat ini: Dalam menyembah ibadah kepada Allah SWT janganlah berbuat syirik dengan hal lain, yaitu dengan riya." (HR. At-Tarmidzi no. 1535, 4.110). Selain itu beramal untuk dunia juga termasuk syirik tersembunyi, beramal untuk dunia memiliki pengertian bahwa ibadah yang seharusnya dilakukan oleh seseorang untuk mengharap ridha Allah SWT dan balasan-Nya, malah ditujukan untuk mengharap balasan dunia. Seperti, shalat agar sehat, puasa agar diet, sedekah agar kaya, mengajar ilmu agama untuk upah, dan masih banyak lagi dan hal ini juga bisa disebut sebagai riya. 

 

Riya dalam ibadah bisa digolongkan pada dua kondisi yaitu, seseorang yang mengaulkan ibadahnya murni karena manusia maka orang-orang seperti ini tergolong syirik besar dan membatalkan keimanan yang mencabut orang-orang seperti ini dari Islam karena dalam ibadah menjadikan manusia sebagai sekutu dari Allah SWT. Kemudian, seseorang yang beribadah kepada Allah SWT, tetapi syirik timbul ditengah pelaksanaan ibadah, dan jika ibadah itu pada awalnya berdiri sendiri maka ibadah pertama sah dan ibadah yang dicampurkan oleh riya dianggap tidak sah. Dan juga apabila sesorang individu sedang beribadah kemudian riya datang dalam pikirannya tetapi kemudian dia menolaknya maka hal ini tidak akan membahayakannya. Akan tetapi, apabila saat seseorang ibadah dan riya datang kepadanya dan dia tidak berusaha menolaknya tetapi dia justru malah merasa nyaman maka ibadahnya batal.[43] Hal-hal seperti inilah yang harus disadari dan diperhatikan oleh semua umat islam, walaupun tergolong jenis syirik kecil tetapi perbuatan tersebut memiliki pengaruh yang besar pada kualitas ibadah seseorang, dan juga dapat menghasilkan dosa.

 

 

B.4 Perbedaan Syirik Akbar dan Syirik Asghor

 

Terdapat beberapa perbedaan antara keduanya, yang pertama Syirik Akbar dapat membatalkan keimanan, tetapi Syirik Asghor tidak[44]. 

 

Adapun perkara-perkara yang dapat memutuskan keimanan yaitu syirik dalam memberi sembah kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukannya, yang kedua menjadikan sekutu Allah SWT sebagai perwakilan dengan Allah SWT dalam hal ini umat muslim cenderung condong percaya pada Auliya' daripada Allah SWT dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian yang ketiga, tidak mengakui kekafiran orang musyrik dan meragukan kekafiran mereka atau membenarkan pendapat mereka, yang keempat mempercayai adanya ilham yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi atau Meyakini ada peraturan yang lebih baik dari aturannya dalam hal ini orang-orang lebih memusatkan tendensi aturan thagut daripada hukum Allah SWT selain itu dalam perkara ini juga terdapat dua masalah, banyak dari mereka yang mempercayai bahwasannya hukum selain ilham Nabi Muhammad SAW lebih baik daripadanya dengan anggapan Sunnah menjadi hukum kedua yang dapat menghapus syari'at Islam, yang kedua orang yang berkeyakinan bahwa aturan manusia lebih baik daripada hukum tahgut. Selanjutnya yang kelima, membenci ajaran yang dibawa Rasulullah, yang keenam memperolok ajaran Rasul, pembatal keimanan yang ketujuh yaitu Perbuatan Sihir dalam hal ini sihir bersifat hakiki haram hukumnya dan pelakunya kafir yang memalingkan kecintaan pada tuhan kepada hal lain, bentuk-bentuk sihir pun bermacam-macam seperti menerbangkan burung untuk meramal nasib (Iyafah), membuat garis ditanah untuk meramal nasib (tharq), dan thiyarah. Selain itu, perbuatan mengadu domba, percaya akan ilmu nujum tanpa pemahaman lebih juga termasuk sihir.[45] Yang kedelapan bahu-membahu dalam kaum musyrik dan bergotong royong dalam menghadapi kaum muslim hal ini berhubungan dengan attawalli yaitu kefasikan yang memutuskan pelakunya dari islam karena hal itu berarti menopang kaum musyrik dengan jiwa, harta dan raga. Kemudian pemutus keimanan yang kesembilan yaitu berkeyakinan ada sebagian manusia yang memiliki kemerdekaan keluar dari syari'at Nabi Muhammad SAW, dan pembatal keimanan yang kesepuluh yaitu berpaling dari dinullah disebut berpaling apabila seorang individu yang memafhumi dinullah tetapi tidak mengamalkan ia dinamai kafir dan orang yang mengaplikasikan tetapi tidak meyakininya dalam hatinya disebut munafik dan semuanya merupakan dosa besar dan ia telah kafir, barang siapa yang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasulnya maka dia tergolong kafir dan juga sebaliknya.[46]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun