"Di situ biasa tempat orang-orang pemabuk itu berkumpul, mereka selalu membuat kegaduhan tapi tidak ada yang menegur"
"siapa juga yang berani menegur, salah-salah ucap malah bisa habis di tangan mereka"
"malam kemarin, tidak segaduh biasanya sepertinya tidak ada yang menang lotre jadi tidak ada pesta bagi mereka"
"heran apa tidak mikir keluarga ya mereka itu, mabuk tiap malam"
"yah mana ada dipikirin sudah kebiasaan, gitu lah kalo lelaki di biarkan menganggur, Cuma mengandalkan istri yang kerja ke luar negeri"
"semoga anaknya tidak seperti bapaknya"
"sudahlah buk, tidak kalau tidak berani menegur yasudah biarkan saja ngapain di omongin terus, keburu layu nih sayur saya"Â si tukang sayur mengeluhkan betapa lama si ibu-ibu ngobrol sembari memilih-milih sayur, obrolannya lama belinya sedikit.
"yaelah bang ini juga lagi milih-milih, lagian emang sudah pada layu nih sayur, bang ngga ada ikan gurame?"
"ngga ada buk, daging ayam saja buk yang ada"
"hiiiihh,,,, orang pengen ikan gurame di tawarinnya ayam"
Kesibukan ibu-ibu komplek di pagi hari, belanja sayur keliling sembari mengobrol berbagai hal dengan ibu-ibu lain, banyak topik pembicaraan setiap paginya. Tukang sayur kelilingpun sampai katam siapa saja yang di bicarakan si ibu-ibu.
"bang tau si lela ? sepertinya lama nggak beli sayur si abang, kenapa bang ?"
"lah mana saya tahu buk, mungkin sekarang lebih suka ke pasar"
"ah masa sih, bukan karena ada utang ya bang?"
"iihh... si ibu mah ngomongnya gitu, suka bener"
"nah tuh kan ya iyalah orang belanja tiap pagi juga barengan jadi taulah mana yang bayar mana yang utang"
"saya denger, uang sekolah anaknya juga belum ke bayar jeng, yah jadi gitulah gak berani keluar rumah kalo abang sayur dateng"
"iya jeng ? idih... gitu tuh pas lakinya bener mau kerja istrinya yang gak bisa ngatur keuangan"
"eh bang emang berapa utang si lela?"
"yah ada lah buk, gak banyak dan gak sedikit juga"
"hmmm si abang tinggal jawab juga susah amat"
"yaudah bang ini semua berapa, keburu mau masak"
"makasih ya bang, mari jeng"
"iya, jeng mari"
Berakhir sudah, percakapan di tukang sayur, tiada pagi tanpa sayur keliling tempat nikmat untuk berkumpul ibu-ibu sembari mengobrol sana sini.
"saayuuuuuuuurrrrrrr.....!!!"
"bang sayurrrr"
"eh jeng yeni, mau masak apa hari ini jeng?"
"apa ya saya masih bingung nih jeng"
"bang kacang panjangnya ada ?"
"ada nih, bu siti mau berapa?"
"eh jeng lela, kemana aja jeng?"
"yah biasa buk sibuk ngurus neneknya anak-anak"
"bang tempenya dua ya"
"jeng jeng tau gak semalam bu wulan operasi loh"
"iya jeng ? kok baru tahu saya, kan kemarin masih beli sayur"
"yah gitulah saya juga gatau apa penyebabnya, mungkin penyakit kiriman kali ya"
"iihh kok ngeri ya jeng"
"iya makanya kita kudu hati-hati takut kalo seperti bu wulan orang kaya tapi penyakitan"
"yaudah jeng saya duluan ya"
Hari-hari selalu ramai seperti biasanya tukang sayur lewat membawa sayur mayur untuk di masak para ibu-ibu.
"bang ada ikan bandengnya?"
"ada buk mau berapa?"
"jeng fika nih, sukanya masak ikan ya jeng?"
"iya dong jeng biar anak-anak pinter kan ikan banyak gizinya"
"betul jeng, jangan seperti jeng siti, tiap hari makan sayur sama tempe terus"
"iya kasian anaknya Cuma dikasih makan sayur kacang sama tempe"
"yah maklum lah jeng kan pas pasan, bisa beli tempe aja udah syukur"
"sudahlah buk, barangkali anaknya suka tempe"
"ih si abang nih mana ada suka sampe tiap hari makan tempe"
"si abang mah asal di beli aja, yaudah berapa bang nih"
"mari jeng"
Hari ini tak seperti biasanya jalanan sepi nampak tak ada perkumpulan ibu-ibu di tukang sayur.
Hari berikutnya si tukang sayur belum juga lewat menawarkan sayurannya, jalanan terasa sunyi tanpa teriakan tukang sayur.
"jeng..!! tukang sayur udah kewat belum ya?"
"belum jeng ini saya nunggu dari tadi juga belum ada yang lewat"
"biasanya kan udah lewat ya jeng"
"iya ini jamnya juga udah lewat dari biasanya"
"kemana si abang nih dari kemarin ngga dateng"
"iya jeng, padahal kan rame ya jeng, kita selalu beli"
"iya kalo lewat juga sudah hampir setengahnya laris"
"tapi jeng, saya pernah denger si tukang sayur, sering beratin timbangan"
"masa si jeng, ngga jujur dong"
"iya saya juga pernah denger harganya beda jauh sama di pasar, ngambil untungnya keterlaluan"
"pantesan belanja dikit tapi habis uangnya banyak"
"iihhh tau gitu gak beli saya sayur di tukang itu"
"bangkrut kali tukang sayurnya gara-gara curang"
"iya kali ya jeng"
"eehhh.... bu Yayuk, dari pasar buk?"
"iya buk, ibu-ibu nunggu tukang sayur?"
"iya buk tapi ngga dateng-dateng dari tadi"
"ngga dateng bu, tadi saya ketemu di pasar, katanya udah ngga keliling di kompleks ini lagi"
Ibu-ibu kecewa karena tukang sayur sudah tidak keliling lagi, ibu-ibu jadi tidak bisa belanja sayur sembari ngobrol lagi.
Rupanya tukang sayur tidak mau memberi waktu dan tempat untuk ibu-ibu ngegosip, jika ada ibu-ibu yang tidak belanja sudah pasti jadi bahan obrolannya, begitu seterusnya. Tukang sayurpun merasa karena ia yang tak ada sudah pasti si tukang sayur yang sedang di bicarakan ibu-ibu.
Jika ada perkumpulan yang suka membicarakan orang lain. Ketika salah satunya tidak hadir maka ialah yang akan jadi bahan obrolan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H