Mohon tunggu...
Syta Dwy Riskhi
Syta Dwy Riskhi Mohon Tunggu... Administrasi - Move

Simpel dan santai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Curhat Malam Minggu

28 Oktober 2017   22:02 Diperbarui: 28 Oktober 2017   22:39 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Minggu ini, aku berencana makan di luar bersama teman satu kostan, warung ramen jadi pilihan utama, sebelum pergi aku mengantar temanku ambil uang, di mesin ATM. Jalanan sangat ramai malam ini, banyak motor dan mobil memenuhi jalan, beberapa menit berhenti menunggu kendaraan di depan berjalan karena sesaknya jalan malam ini.

Sampainya di warung ramen, temanku gak jadi masuk karena keadaan warung yang sepi tiada pembeli, dia malah bablas meninggalkan warung, aku juga bingung kenapa warungnya sepi, sepanjang perjalanan berfikir mau makan dimana, yah.. kita jalan saja kalau ada warung yang cocok berhenti saja.

Sudah ada rencana baru, makan di bakaran saja, warungnya terletak setelah rel kereta, kebetulan sebelum melintas rel, ada kereta lewat, kami menunggu cukup lama. Waah... malam ini benar-benar ramai kendaraan, di depan palang pintu rel penuh dengan kendaraan yang siap berebut menyebrang rel.

Rel dan puluhan kendaraan itu telah terlewati, akhirnya kami sampai di warung. Memesan nasi dengan lauk tahu tempe bakar, minum es teh dan es jeruk, maklum tanggal tua melanda.

Selesai makan, waktunya bayar, uangku limapuluh ribu, tak ada kembalian yang pas, akhirnya kami ngutang sebesar seribu limaratus. Belum tentu besok kami kembali, apalagi buat bayar utang, aku memutuskan pulang mengambil uang receh dan membayarnya segera.

Melalui kemacetan lalu lintas, kami kembali ke warung untuk bayar kurangannya. Keluar gang, puluhan kendaraan melintas tiada henti, kami menunggu untuk bisa menyebrang, masih khusyuk menunggu, kami di kagetkan dengan suara gebrakan dari arah kiri, sontak kami menoleh, terlihat cowok yang sudah jatuh dengan motor di bwah mobil berwarna putih, si cowok perlahan bangkit dan menarik motornya dari bawah bemper mobi, sekelilingnya sangat ramai tapi tak ada satupun yang menolong, nampak seorang penjual donat, yang mendekat namun hanya memperhatikan. Tidak ada yang keluar dari mobil putih tersebut.

Aku dan temanku tidak tahu pasti kejadiannya, karena kami konsen ke arah kanan, kami juga hanya memperhatikan tanpa mendekat apalagi menolong. Suasana ramai juga seakan tidak perduli atas kejadian tersebut, setelah berhasih menarik motor dan mendirikannya, ia membawanya ke pinggir, penjual donat akhirnya membantu meminggirkan motornya. Namun dia tidak bertanya apa-apa pada si cowok yang jatuh, mobil putih itu bergerak maju dengan perlahan dan kemudian berlalu.

Aku menatap si cowok, wajahnya terlihat syok, duduk dan memeriksa kakinya yang mungkin sakit, ekpresinya benar-benar terlihat syok. Kami berdua berkomentar diatas motor, sampai lupa untuk menyebrang, selama perjalanan kami terus mengoceh menyalahkan si mobil putih yang tidak bertanggungjawab, setidaknya dia harus berhenti atau menanyakan keadaan si pengendara motor, tapi dia malah berlalu seolah tidak bersentuhan dengan pengendara motor itu.

Seandainya kami tidak punya utang, dan tidak kembali ke warung, mungkin kami tidak akan melihat kejadian itu. Selesai melunasi utang, kami pulang melalui jalan yang tambah ramai dan mecet, belum berakhir kami masih berkomentar tentang mobil putih. Ahh... orang-orang memang semakin egois, jalan itu sangat ramai tapi tak ada yang memperdulikan kejadian itu. Alaahh..... sadar diri saja, aku dan temanku juga tidak bergerak sama sekali, tapi kamu mmebela diri, keadaan kami juga tidak memungkinkan, aku tidak yakin bisa membantu mengangkat motor itu, temanku yang sedang nyetir motor juga kaku untuk bergerak membantu.

Kami juga bagian dari orang-orang yang egois, tidak bergerak hanya mengoceh tiada henti, malam Minggu ini tak sesuai rencana, gagal makan di warung ramen, terlibat hutang dengan warung bakaran, dan menyaksikan kejadian tak menyenangkan.

Sesampainya di kost, kami sudah tidak membahas kejadian itu, kembali ke kamar masing-masing dan melakukan aktifitas lain. Sesaat aku masih kepikiran semoga si pengendara motor baik-baik saja, kendaraan semakin banyak, tapi pembangunan jalan masih lambat. Para pengendara harus lebih berhati-hati, utamakan keselamatan, setidaknya pedulikan keselamat orang lain.

#Yogyakarta_28/10/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun