Aku terus menatapnya, meminta pembenaran, meminta revisi, meminta pernyataan kesalahan atas WC 19 itu. Tapi orang Mahkamah Bahasa itu tidak terusik. Mukanya datar seperti papan cucian di sumur Wustha.
“Kak, jangan WC nomor 19, Kak!!!” Aku merengek, mencoba melakukan tawar menarif. Kenapa tawar menarif, bukan tawar menawar, karena bagi saya kata tawar menawar itu adalah permintaan untuk mengurangi dengan diikuti respon oleh pihak kedua, istilah kerennya ‘negosiasi’ sementara si Kakak Petugas Mahkamah Bahasa itu, terkenal tidak akan pernah goyah akan keputusannya. Padahal apa susahnya sih menghapus angka satu di depan angka sembilan? Jadi kata tawar menawar bagiku adalah percuma, alias tidak mungkin. Tiada guna. Tepatnya sia-sia.
“Mau WC 20???” Ucapnya pelan. Tanpa dosa.
Aku bergidik mendengar nama tempat itu, tiba-tiba lidahku kelu, lututku gemetar, bulu-bulu kecil yang menghiasi seluruh permukaan kulitku bermekaran.
“Oh, kalau begitu WC 19 saja, Kak.” Aku berlari pulang ke asrama.
WC 19 tentu saja bersebelahan dengan WC 20. Istilah diplomatiknya negeri jiran. Ibaratnya WC 19 itu Indonesia, maka WC 20 itu Malaysia. Dan esok pagi setelah shalat subuh aku harus berada di situ. Aku ngeri membayangkan tugas itu esok hari. Bagaimana kalau lagi asyik-asyiknya membersihkan WC 19, tiba-tiba ada suara dari negeri jiran, “Hai.. lagi ngapain Kamu di situ? Rajin amat sih, Kamu.” Mau aku jawab apa coba.
Atau, begitu berada di depan pintu WC 19 ada tulisan di sana, Sorry, aku ke wartel dulu, kunci dititipkan di tetangga sebelah, minta ajah, gak usah sungkan-sungkan.
Aduh bagaimana ini, aku tidak bisa tidur, sudah pukul 12:00 malam teng, esok subuh giliranku azan subuh di mesjid. Jadi aku harus berada di mesjid sebelum azan subuh. Ya iyalah, kan aku yang harus azan subuh.
Tapi, tiba-tiba saja aku ada akal. Sesungging senyuman menghiasi bibirku. Pelan-pelan aku baca doa sebelum tidur: Allahumma Kamaa Hassanta Khalqiy, Fahassin Khuluqiy... Ih salah, aku kok malah baca do’a bercermin. Ini pasti gara-gara ide brilian yang membuat aku tersenyum. Lalu.... Bismika Allahumma Ahya’ Wa Bismika Amutu.
SANTRI BAHLUL Adalah kelanjutan dari DIARY SANTRI.