Mohon tunggu...
Syarifuddin Arifin
Syarifuddin Arifin Mohon Tunggu... -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maling Kondang, Syarifuddin Arifin

27 Mei 2012   16:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

duduk di atas angin ia makin kondang

melesat menembus langit

nyangkut di bahu matahari

berberita ke bilik tetangga, berdecak kagum

ia tunggangi pelangi ke negeri apsari

bersahut media saling menyebut

saling debat dan beropini

kemurkaanpun mekar jadi dendam

hingga melautludah dalam mulut

rupiah ia kebiri, memperkosa ibu pertiwi

tak ada yang bisa menyentuhnya

mentari menjilat dan hangus terpanggang

duduk di kursi angin ia semakin kondang

menjadi maling di negerinya sendiri

katanya bukan korupi, tapi komisi

setajam apapun lidah politikus

membatu hati bak malinkundang

debat dengan pakarsekali gus

media berberita berulang-ulang

mengalahkan penderitaan rakyat

dari musibah yang mereka dapat

(Padang, 2010)

(dari kumpulan puisi Maling Kondang, terbitan Teras Budaya Jakarta, 2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun