Lagi-lagi embun pagi itu membawa kembali ke masa silam, sepeda hanya di tuntun, sedang kita berjalan beriringan di sepanjang jalan
Embun itu tak bisa lari, air mata tak bisa menggantikannya, mencoba berteman dengan angin, berharap sepoi tak menjatuhkannya
Kumbang haus menghampirinya, berseteru dg mata para petualang, embun itu harus pasrah, ketika salah 1 dari mereka menghisapnya,
Kaulah kumbang pengecup serbuk bunga ditaman, tanpa kau sadari setelahnya ia lalu berguguran.
Akhirnya embun itu hilang........
Para kumbang bersedih rindu kilaunya, berharap hujan pagi datang, sisakan embun baru,tuk dihisapnya kembali..
Aku seakan-akan digantung di jembatan angan. bermain tali dari bayangan.
Tubuhku menggigil masih terus gemetaran, diterpa badai embun pagi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H