Mohon tunggu...
Sylya
Sylya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hollaaa! Let's be friends :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Daerah Perbatasan Diutamakan dalam ASO?

5 Juni 2022   23:07 Diperbarui: 12 Juni 2022   10:41 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesulitan mendapatkan siaran dalam negeri turut menyumbang salah satu isu yang ada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Tak jarang, masalah ini kemudian dikaitkan dengan nasionalisme. Karena dengan banyaknya siaran asing yang masuk ke daerah perbatasan membuat mereka jauh lebih mengenal negara tetangga dibandingkan negara Indonesia sendiri.

Banyak warga yang terbiasa mendengarkan acara musik dari stasiun radio maupun stasiun televisi negara tetangga. "Karena itu tak heran jika mereka pun lebih hafal lagu Malaysia. Khusus untuk lagu Kebangsaan Malaysia, yang hafal hanya anak-anak SD," ujar Imran.

Usaha mendahulukan serta mengutamakan Analog Switch Off di daerah perbatasan merupakan bentuk dari langkah pemerintah untuk menutup kawasan blank spot. Kondisi geografis di Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menjadi kesulitan tersendiri. Belum lagi dengan terpencar-pencarnya tempat tinggal penduduk. Paling tidak ada sekitar 32 persen kawasan yang masih belum terjangkau oleh sinyal penyiaran televisi. Oleh karena itu migrasi televisi analog atau ASO ini akan dimulai dari daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

"Kami senang jika informasi tidak hanya beredar di kota besar. Kami juga ingin warga di perbatasan yang menikmati ASO duluan, ada variasi konten," ucap Direktur Penyiaran, Direktorat Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Geryantika Kurnia, dalam acara virtual, Rabu (23/6).

Gery mengatakan bahwa akan mendahulukan daerah perbatasan segera bermigrasi ke siaran televisi digital sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Karenanya, pada tahapan pertama pengakhiran siaran televisi analog, dimulai dari daerah terluar.

Dengan adanya Analog Switch Off ini, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati siaran televisi lokal. Tidak akan ada lagi kesenjangan untuk merasakan siaran televisi digital. Kita tidak perlu membeli televisi baru untuk menikmati siaran televisi digital, kita hanya perlu membeli Set Top Box (STB) saja. Bagi masyarakat yang kurang mampu, akan ada tujuh juta bantuan STB gratis dari pemerintah. Dengan ratanya siaran televisi lokal, masyarakat Indonesia terutama masyarakat perbatasan bisa meningkatkan rasa nasionalisme kepada tanah air. mereka akan mengenal Indonesia lebih jauh dan lebih dalam dari sebelumnya.

Dengan adanya Analog Switch Off juga, jaringan internet akan jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Slot frekuensi 700 MHz yang ditinggalkan telvisi analog bisa digunakan untuk jaringan 5G yang akan membuat kecepatan internet semakin bertambah. Oleh karena itu masyarakat perbatasan tidak perlu khawatir dengan terbatasnya jaringan internet yang dapat mereka akses.

Indonesia merupakan negara yang luas. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan total ratusan kabupaten dan kota. Oleh karena itu masih banyak tempat-tempat yang terkadang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Masih banyak daerah-daerah pelosok yang kondisinya turut memprihatinkan. Salah satu contohnya adalah daerah perbatasan, yang di mana untuk mendapatkan siaran televisi lokal saja sangatlah sulit. Mereka cenderung lebih sering menonton atau mendengarkan siaran televisi negara tetangga, bahkan beberapa dari mereka lebih hafal lagu kebangsaan negara tetangga yaitu Malaysia. Mirisnya lagi, ada beberapa daerah perbatasan yang kesulitan untuk mengakses jaringan televisi, mereka hanya bisa mengakses jaringan radio saja untuk pasokan hiburan. Selain karena sinyal yang sulit dijangkau, bagi yang ingin menonton siaran televisi haruslah menggunakan perangkat satelit parabola yang terbilang mahal harganya. Kualitas siaran yang di dapat juga belum tentu jernih dan bagus. Jadi mereka cenderung membeli antena UHF untuk menonton siaran televisi, sementara antena UHF hanya bisa menangkap sinyal televisi negara tetangga. Hal ini ditakutkan akan mengakibatkan lunturnya rasa nasionalisme dan rasa kecintaan terhadap tanah air. Ditakutkan juga, daerah-daerah pelosok maupun daerah-daerah perbatasan ini nantinya akan berani untuk memisahkan diri dari NKRI.

Maka dari itu, ASO sangatlah penting untuk diterapkan. Dengan adanya ASO diharapkan semua masyarakat Indonesia, maupun kota ataupun daerah, dapat menikmati siaran-siaran televisi lokal secara merata. Kualitas internet yang didapat juga lebih cepat dengan minim kendala. Tidak akan ada lagi kesenjangan dalam mengakses siaran televisi maupun internet. Anak-anak di daerah perbatasan akan mengenal Indonesia jauh lebih dalam lagi. Mulai dari lagu kebangsaan hingga keberagaman dan keunikan Indonesia, akan ditampilkan melalui konten-konten di siaran televisi lokal. Dengan begitu rasa nasionalisme dalam diri bangsa Indonesia akan semakin kental dan kuat. 

Luasnya jarak bukanlah sebuah penghalang untuk tetap bersatu. Walau tanah yang kita injak berbeda, tetapi langit yang kita junjung tetaplah satu. Kesabaran yang lebih memang dibutuhkan untuk kalian yang tinggal di daerah yang jauh dari kota. Namun kita sebagai anak bangsa harus tetap bisa bertahan dan berjuang demi kejayaan bangsa Indonesia. Mari kita cari solusi bersama untuk menyelesaikan sebuah masalah. Apapun agamamu, apapun sukumu, apapun rasmu, kita tetaplah saudara, dan saudara akan selalu ada untukmu walau dikondisi terendah sekalipun. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mari bersama kita membangun Indonesia yang jaya. MERDEKA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun