Masalah kredibilitas berita di media online belum menemukan titik penyelesaian yang pas hingga saat ini. Meskipun telah banyak muncul situs-situs berita yang memiliki struktur resmi untuk menghindari simpang siur berita. Namun, sesuai dengan teori efek terbatas media, audiens dapat memilih media mana saja yang ingin mereka konsumsi.
Sementara masalah kredibilitas berita media online masih menjadi pembicaraan, proses penggunaan media online sebagai wadah berita terus berjalan. Sama seperti sifat berita dalam media-media lainnya seperti cetak dan siar, berita media online juga membawa pengaruh besar dalam opini public. Bahkan pengaruh tersebut makin besar didukung perkembagan teknologi yang membawa manusia menuju era digital.
Sesuai dengan karakteristiknya yang mendunia, internetmampu menjaring massa lebih banyak dari media siar maupun cetak. Dibandingkan media siar yang terbatas luas jangkuan siar dan media cetak yang terbatas luas penyebaran, internet dapat diakses oleh setiap orang dimana saja dan kapan saja. Penyebaran isu yang ditampilkan di internet lebih cepat, bahkan entah berita tersebut masih diragukan kebenarannya atau tidak.
Contoh kecepatan penyebaran berita online adalah penelitian pasca tragedi bom WTC11 septermber. Driscoll, Salwen, dan Garrison dalam Online News and The Public menampilkan sebuah survey dari Pew Research Center yang memperlihatkan pengaruh akses media online terhadap agenda public pasca tragedi WTC. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa para pengguna internet kemudian menjadikan berita bersangkutan sebagai agenda yang penting dibicarakan. Sebanyak 32% pengguna menyatakan diri mengirim email kepada keluarga, kerabat dan sahabat untuk memberitahu atau mendiskusikan isu seputar bom WTC.Sebanyak 10% pengguna menyatakan diri mengirim email dengan frekuensi lebih tinggi. Sementara itu, dalam penelitian Pew yang lain menyatakan bahwa 89% penduduk Amerika menggunakan media, termasuk online media untuk mengakses berita.Hampir keseluruhan pengakses media merasakan keresahan dan ketakutan dengan tingkat yang berbeda-beda.
Masih tentang opini publik. Contoh lainnya adalah pergolakan di negara-negara timur tengah. Mobilisasi massa besar-besaran salah satunya dipicu oleh peran internet dalam mempengaruhi demonstrasi dan revolusi di Mesir. Warga Mesir mulai memanfaatkan media sosial tersebut untuk mengumpulkan massa . Dalam sebuah komik disindir adanya virus “demokrasi”dari barat yang menyebar di internet yang kemudian memobilisasi massa untuk menjatuhkan kekuasaan absolut Husni Mubarak.
Kemampuan untuk mempengaruhi opini public dan memobilisasi masa dimilki oleh setiap media massa. Namun dengan perkembangan teknologi yang kian pesat, tidak heran bila suatu saat media online memberikan pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi opini public dan mobilisasi masa. Seiring berjalannya waktu, manusia menuntuk kepraktisan diatas segala kesibukan yang dimilikinya. Media online mulai dilirik untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kini orang mulai mempercayakan berita-berita teraktual pada media online. Dan perangkat digital yang mendukung media online mulai dipilih karena kemapuan mobilitas dan kepraktisannya. Bila pemerintah mungkin memiliki pekerjaan rumah terkait dengan regulasi jurnalisme online, maka audiens memiliki pekerjaan rumah lainnya. Memilah dan memilih berita yang kredibel, mendalam dan covering both side agar tidak mudah terbawa arus.
Referensi :
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : Rajawali Pers
Salwen, Michael B et all. 2005. Online News and The Public. Mahwah, New Jersey : Lawrence Earlbaum Associates, Inc., Publishers
Tajudin, Qaris dan Akbar Pribadi Brahmana Aji. 2011, 7-13 Februari. Revolusi Tweeps. Majalah TEMPO.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI