Mohon tunggu...
Sylvia Dewi Puspitaningtyas
Sylvia Dewi Puspitaningtyas Mohon Tunggu... -

Mahasiswi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, program studi Ilmu Komunikasi, konsentrasi studi Jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Online Media: Mesin Opini Publik Mutakhir

20 April 2012   04:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kemampuan media massa dalam mempengaruhi opini public telah disadari manusia sejak lama. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terlukis jelas perjalanan pers yang begitu kelam. Pemberedelan surat kabar dan pemberhentian siaran radio tidak hanya terjadi dalam satuperiode saja.

Sejak jaman penjajahan Jepang dan Belanda, pers maupun media siaran menjadi alat ampuh untuk propaganda. Kemampuannya untuk mempengaruhi opini public dilirik penguasa untuk menyampaikan tujuan mereka secara halus kepada masyarakat.Berbagai berita yang memuji-muji pemerintahan diproduksi untuk memanipulasi penjajahan yang mereka lakukan.

Berkembangnya pola pikir manusia menjadikan pers senjata makan tuan. Diperkenalkan oleh penjajah, akhirnya pers menjadi alat ampuh untuk persatuan bangsa dalam mengusir penjajah. Lagi-lagi yang dipergunakan adalah kemampuan pers untuk mempengaruhi opini public yang akhirnya menggerakkan massa dalam jumlah yang besar.

Ketakutan pemerintah yang berujung pada pemberedelan tidak hanya dihadapi oleh penjajah Belanda dan Jepang. Pemerintah dalam negri sendiri pun pernah dirundung kecemasan dalam menghadapi pers yang kian kuat berseru mengkritik pemerintahan. Kecemasan itu kemudian melahirkan peristiwa-peristiwa kelam bersejarah dalam dunia pers Indonesia.

Sebut saja peristiwa pemberedelan dan penarikan SIT di masa orde lama. Peristiwa yang sama terjadi kembali di masa Orde baru beberapa saat setelah Soeharto resmi memimpin. Pemberedelan surat kabar dan pencabutan SIUPP kembali terjadi demi mengukuhkan status pemerintah yang absolute. Peristiwa tersebut berbuntut panjang hingga pelarangan mahasiswa untuk turun ke kancah politik dan berakhir dengan meletusnya peristiwa penurunan Soeharto di tahun 1998.

Segala usaha pemerintah dan pihak-pihak tertentu untuk mengontrol pemberitaan media massa didasari oleh pertimbangan akan opini publik. Berita media yang dikonsumsi secara masal merepresentasikan suatu pandangan atau agenda tertentu, dengan dasar tujuan tertentu pula. Masyarakat dituntun untuk memandang peristiwa seperti apa yang disampaikan media. dampak lebih jauhnya adalah mobilisasi masa. Dengan singkat kata, media memiliki kekuatan besar untuk memobilisasi massa.

Teknologi yang berkembang banyak membawa perubahan dalam hidup manusia. misalnya saja gaya hidup serba praktis yang mengurangi waktu manusia untuk berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Gaya hidup penuh kemudahan yang meningkatkan kemalasan, dalam contoh sederhana penggunaan remote televisi. Namun dilain pihak, banyak juga keuntungan yang didapat dari perkembangan teknologi yang pada dasarnya memang diciptakan untuk meringankan kerja manusia.

Salah satu hasil perkembang teknologi tersebut adalah internet. Internet memang bukan lagi barang baru dalam hidup manusia. Namun masih banyak kontroversi dalam penggunaannya, terutama dalam bidang pemebritaan. Banyak pro dan kontra dalam penggunaan internet sebagai salah satu media pemberitaan,maskipun fungsi tersebut telah dipegunakan sejak lama.

Aspek yang masih menjadi perdebatan panjang dalam penggunaan Internet sebagai media massa adalah kredibilitas. Rasha A. Abdullah et. All dalam Online News and The Public menyatakan beberapa hal yang perlu dicemaskan dalam penggunaan internet sebagai media berita online. Beberapa hal tersebut meliputi publikasi berita-berita yang masih bersifat rumor, keakuratan berita terutama untuk breaking news, serta tingkat kepercayaan massa terhadap berita-berita online.

Munculnya bentuk web 2.0 yang lebih interaktif dalam satu sisi menunjang berkembangnya citizen journalism yang lebih bebas dan terbuka dibandingkan media cetak dan siar. Masyarakat boleh mengemukakan opini mereka secara terbuka. Di dalam media online tidak ada penyaringan opini yang sesuai dengan agenda media.

Di sisi lain, perkembangan citizen journalism yang terlalu bebas memunculkan berbagai masalah terkait dengan kredibilitas berita. Johnson dan Kaye dalam Online News and The Public menyatakan karakteristik media online,potential access to everybody to upload information without much scrutiny.”Dengan kata lain semua orang boleh menampilkan berita apa saja bahkan fiktif sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun