Mohon tunggu...
Sylvia Eka Rosanda Tobing
Sylvia Eka Rosanda Tobing Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura

Mahasiswi - Freelance

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengepul Sampah yang Menolak Mengemis Demi Kehidupan yang Mandiri

24 Agustus 2023   09:50 Diperbarui: 25 Agustus 2023   17:01 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ismail Susilo Handoyo atau kerap disapa Pak Mail merupakan pria paruh baya yang berusia 66 tahun, hidup seorang diri dengan kondisi ekonomi yang sulit disebuah gubuk sederhana di Jl. Trans Kalimantan No.81, Desa Durian, Kec. Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Pak Mail merupakan seorang perantau dari Sumatera Utara dan tinggal seorang diri tanpa keluarga dan tidak menikah. Ia merantau sejak tahun 2006 hingga sekarang dan tinggal di gubuk sederhana yang ia bangun diatas tanah milik pemerintah yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir jalan dan hampir mendekati jembatan Ambawang II. Pak Mail bekerja sebagai pengepul barang bekas juga tukang sampah. Hal ini terlihat jelas dengan kondisi yang tampak di sekeliling gubuk sederhana nya itu, terdapat gerobak sebagai alat pengangkut barang bekas, tumpukkan kardus bekas, botol plastik bekas, kaleng bekas, perabotan rumah tangga bekas dan barang bekas lainnya yang memiliki nilai untuk dijual.

Tampak situasi gubuk yang dihuni oleh Pak Mail adalah kondisi atap dari seng bekas, dinding dari papan, spanduk dan triplek bekas, lantai yang diinjak pun langsung bersentuhan dengan tanah. Gubuk yang ia diami ini dibangun sendiri diatas tanah yang bukan miliknya, namun tanah milik pemerintah. Didalamnya hanya terdapat 1 ruangan saja, dan terlihat juga bahwa ruangan kecil ini dipenuhi dengan barang-barang milik Pak Mail seperti baju dan perabotan, juga karung yang berisi kaleng bekas yang ia kumpulkan.

Untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari ia harus membeli di warung terdekat dikarenakan ia tidak memiliki tabung gas ataupun kompor untuk memasak, dulu ia memang sempat memilikinya namun nasib berujung buruk karena barang yang begitu bermanfaat itu harus dicuri oleh orang tak bertanggung jawab, dan untuk air minum ia membeli air mineral botol dikarenakan air tampungannya kotor jika untuk diminum dan tidak dapat dimasak sendiri. Berdasarkan informasi yang didapat, beliau belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, kecuali saat masa pandemi kemarin, ia pernah mendapatkan bantuan langsung seperti dari TNI AD, Ibu Bhayangkara dan Masyarakat setempat yang sedang membagi-bagikan bantuan.

Dalam kesehariannya untuk mencuci dan kegiatan buang air, beliau memanfaatkan air hujan dan juga air dari rawa jika tampungan air hujannya sudah habis dan cuaca yang terkadang terjadi hujan yang letaknya berada di belakang gubuk sebagai tempat cuci dan mandi. Sebagai penerangan pada malam hari, beliau memanfaatkan lampu pelita, karena gubuk sederhana yang beliau tinggali tidak memiliki aliran listrik sebagai sumber daya penerangan. Sebagai tempat beristirahat, Pak Mail menggunakan kursi panjang yang dibuat dari papan bekas tanpa adanya alas kasur. Bisa dibayangkan seorang pria paruh baya yang seharusnya menikmati masa tuanya dengan nyaman harus hidup seorang diri di tengah kesusahan hidupnya. Ditambah lagi posisi gubuk yang sudah miring hampir ambruk ini sudah tak layak huni, juga kondisi lingkungan gubuk yang tidak sehat karena juga terdapat timbunan sampah, namun beliau tetap memilih untuk bertahan, dan jika angin kuat melanda, ia segera keluar dari gubuk tersebut untuk menghindar dari ambrukkan gubuk jika sewaktu-waktu terjadi dan menimpa dirinya.

Dengan kondisi ekonomi yang berkekurangan juga tidak memiliki keluarga, ia memilih untuk tetap bekerja di masa tuanya dan berprinsip dalam hidupnya untuk tidak meminta-minta atau hidup sebagai pengemis, selagi ia memiliki tenaga dan menekuni sebuah pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan juga halal. Pekerjaaan yang ia tekuni selama ini adalah sebagai pengepul sampah dan barang bekas, dari pekerjaan inilah ia mampu menuju kehidupan yang mandiri tanpa hidup sebagai pengemis seperti orang lainnya.

Perihal pengajuan bantuan ke pemerintah sulit untuk ia lakukan, dikarnakan berkas-berkas administrasi yang ia miliki seperti KTP sudah hilang dicuri oleh orang tak bertanggung jawab, bersamaan dengan barang-barang lainnya milik Pak Mail. Ia kesulitan untuk mengurus hal ini, terlebih lagi KTP lamanya bukan domisili di daerah ini, maka dari itu ia mengurungkan niat untuk bisa mendapatkan bantuan dari pemerinah, karna baginya mengurus hal ini merupakan hal yang susah.

Melalui perjalanan hidup 66 tahun usianya ia berpesan, ketika suatu saat kami akan melanjutkan kehidupan menjadi orang tua dan mempunyai anak, bekalilah mereka dengan berbagai pengajaran dari orang tuanya, bukan sekedar tabungan harta kekayaan. Beri tahu mereka apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang baik dan apa yang buruk, dan juga apa yang baik bagi masa depan mereka, jangan sampai mereka bernasib seperti saya.

Disusun oleh : Sylvia Eka Rosanda Tobing, Ery Dharmawan, dan Margaretha Resti Deoni

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun