16 juli 2019 hari dimana aku menjadi manusia 17 tahun. Usia yang katanya paling indah? Well, emang indah. 17 tahun masa dimana aku merasa menjadi manusia. Loh kemarin-kemarin apa dong? Ya gatau. Setengah manusia maybe? Iya 17 tahun dimana aku baru merasa hidup. 17 tahun dimana aku mulai menjadi manusia, manusia yang berpikir dan manusia yang mulai mencemaskan banyak hal seperti orang tua.
Contohnya pagi ini. "Sasa sayang, baju kamu kan banyak kenapa kamu selalu musingin apa yang mau kamu pake?" Kata ibuku untuk yang kesekian kali. Iya akhir-akhir ini aku merasa terganggu dengan baju-bajuku. Kemana saja aku hidup selama ini. Bajuku sedikit, tidak beragam dan itu saja-saja.Â
Itu membuatku pusing, bagaimana jika orang berpikir aku memakai baju itu-itu saja? Ah, bagaimana kalo orang berpikir aku gak modis? Ah persetan dengan baju-bajuku. Aku sudah cukup pusing memikirkan bagaimana penampilan bisa menjadi hal besar untukku sekarang.
17 tahun masa paling indah, katanya. Sekarang aku duduk dikelas 12. Senior? Bebas dong? Tinggal lulus doang? Iya memang benar. Tapi tidak sesimpel itu. Kelas 12 itu jika diibaratkan seperti roller coster. Bikin pusinggg.
"Saira, kayanya aku jadi masuk fk deh"
"Ah sa, kayanya aku mau masuk gizi"
"Tapi aku baru persiapan ini, itu bla bla bla"
"Kamu mau masuk apa btw?" Tanya Diana temanku.
Dan kalian tau aku jawab apa? Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum. Aku tersenyum lalu otakku berputar. Ada yang menohok alam bawah sadarku tapi tidak keras. Intinya saat itu aku merasa bingung. Lagi-lagi kemana saja aku selama ini? Aku bahkan tidak tau aku akan kuliah dimana dan dijurusan apa.Â
Sebenarnya ada sih jurusan yang aku mau, tapi setelah melihat nilai-nilai rapotku sampai semester 4 nyali ku menciut. Semua rencanaku ambyar. Nilaiku turun dan buruk. Entah apa yang aku lakukan selama 2 tahun dan sekarang aku menyesal.
Setelah pusing soal penampilan dan masa depan. Pertemanan di 17 tahun juga tidak semulus yang aku bayangkan. Pertemanan yang 2 tahun dilalu baik-baik saja tiba-tiba berubah. Diana dengan keras kepalanya membuat semuanya muak. Ana dengan sifat moodynya yang membuat semuanya bosan. Dan Citra yang sibuk kegiatan yang ia punya.Â