Mohon tunggu...
Silivester Kiik
Silivester Kiik Mohon Tunggu... Guru - Founder Sahabat Pena Likurai

Hidup hanya sepenggal cerita tentang perjuangan, sekelumit jejak-jejak kaki di bumi, aku, kamu, dan mimpi kita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Refleksi: Mengapa Menjadi Guru?

25 November 2020   23:14 Diperbarui: 26 November 2020   01:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya tidak ingin menjadi guru yang hanya melakukan apa yang diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar." - Silivester Kiik

Pekerjaan seorang guru ibarat musim yang menyiapkan hujan untuk menyuburkan tanaman yang gersang dan hampir mati. Bahkan menginginkan untuk lebih dari itu. Di mana memanusiakan manusia adalah kunci kemenangan suaranya.

Saya tidak ingin menjadi guru yang hanya melakukan apa yang diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar yaitu membangun masa depan generasi yang berilmu dan berkarakter.

Pertanyaan yang sering muncul ke permukaan tanpa kenal waktu adalah “mengapa menjadi seorang guru? Hal ini akan menimbulkan berbagai reaksi dengan penjelasan yang beragam dan tidak terbatas. Entah itu keahlian dan kekuatan yang sesuai bidangnya, keamanan kerja yang menjanjikan, atau kepuasan memiliki pekerjaan yang menantang. Mengajar akan memberi petunjuk yang bermakna. Dengan kata lain sebagai sebuah peta untuk menentukan arah yang akan dituju.

Menjadi seorang guru tidak membuat siapa pun menjadi kaya raya, tetapi dapat memberikan energi positif yang berpengaruh pada kehidupan seorang. Membuatnya berkembang dan tumbuh menjadi kokoh adalah suatu kegembiraan yang paling besar. Dan ini adalah mimpi untuk mengarahkan pada inovasi dan perubahan masa depan. Seorang guru yang inspiratif untuk berpikir dan bekerja di luar zona nyaman dan menantang untuk mencapai potensi yang diinginkan.  

Mengajar bukanlah sesuatu untuk sekadar membayar tagihan. Ini bukan profesi di mana menghitung mundur jam yang tersisa dalam sehari. Ini adalah sebuah karier. Dan mungkin lebih dari itu. Menjadi seorang guru adalah meninggalkan warisan abadi di dunia dengan memberikan cinta kepada anak-anak. Di mana warisan tersebut sebagai alat untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif. “Seorang guru yang hebat adalah menyadari bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah siapa mereka”. Dan mereka memahaminya bahwa mengajar adalah perpanjangan dari siapa mereka seharusnya.

Mengajar dapat menghabiskan karier untuk mengembangkan kecintaan belajar pada anak-anak. Artinya guru akan menjadi pembelajar seumur hidup. “Saya suka belajar dan anak-anak mengajari kepada saya sesuatu yang baru setiap hari”. 

Jika mengajar menyenangkan, maka dapat menerima dan mempelajari hal-hal yang baru atau menelitinya. Fleksibilitas dan kemampuan yang dimiliki untuk menghidupkan pembelajaran adalah sebuah ruh yang selalu mengalir setiap saat. Ini akan menjadi ciri khas guru yang baik. 

Selain itu, menyampaikan semangat dan keingintahuan kepada anak juga merupakan sebuah cahaya yang selalu menyala dalam setiap waktu. Inilah yang guru belum tahu, bahwa wawasan dan perspektif apa yang akan mereka berikan sebagai balasannya.Guru sebagai pembuat perbedaan. Ini menjadi tantangan dan kemungkinan berpengaruh besar adalah kepuasan yang diberikan. Tidak dapat diperkirakan seberapa besarnya pengalaman seorang guru yang sangat memuaskan. 

Mengajar adalah profesi mulia yang penting dan dihormati, meskipun seorang guru mungkin memiliki beberapa tantangan di kelas. Hal tersebut sepadan untuk melihat perbedaan yang dibuatnya kepada siswa.

Ini akan menyentuh kehidupan guru yang tidak terhitung banyaknya melalui waktunya di kelas. Saya benar-benar percaya, bahwa mengajar adalah profesi terpenting dalam masyarakat modern. Selain “dokter”, guru adalah pemegang nyawa manusia di tangan mereka setiap hari. Siswa diibaratkan seperti batu tulis kosong, dan guru memiliki kesempatan unik untuk menulis, menggambar, mewarnai, melukis, dan merancang pikirannya untuk memengaruhi dunia masa depan. Selamat Hari Guru Nasional 2020.

Silivester Kiik: Penulis, Penggiat Literasi, dan Founder Sahabat Pena Likurai 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun