SATU MUSIM BERSAMA DEBU DAN ASAP
Satu jam kesepian mengoreksi,
antara keegoisan impian dan ketenaran musim pengaduan.
Saling membentur dalam nada-nada yang mencurigakan,
dengan bingkai kotak-kotak pecah.
Aturan kini membutakan dengan debu dan asap,
menindas nyalanya kebenaran dan terus memainkan pertandingan-pertandingan kepalsuan.
Ini adalah kata dari waktu ke waktu,
yang kelak mati tanpa sebuah rangkulan.
-----
SETELAH KEPERGIAN SENJA
Setelah kepergian senja,
suara taman berhasil menangkap angin malam,
berhembus dengan bijaksana,
berdamai dengan kegelapan,
berhasil menuntun mimpi meraih hari esok.
-----
SEBUAH LAGU PUJIAN
Dari bumi yang cemberut,
mulutku mendendangkan lagu-lagu pujian.
Bersama cinta yang menanti di gerbang surga,
jiwaku menyambutnya dengan gembira.
Hadirmu melantunkan romantisme,
ketika relung menjamunya dengan kebutuhan yang absolut.
Seperti sinar matahari dan cahaya lilin,
untuk akhir wujud dan rahmat yang ideal.
Iman kecilku telah digenapi,
kuat untuk menempuh senyum dan air mata.
Dan jika Tuhan memilih,
aku mencintaimu dengan napas kehidupan.
***
Atambua, 16 Juni 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI