Teori sangkar burung bercirikan keterbukaan terhadap pengetahuan dan budaya luar tetapi dibatasi dengan framework (kerangka kerja) yang jelas. Pengembangan budaya lokal dalam globalisasi membutuhkan framework lokal sebagai proteksi dan penyaring. Dampak yang diinginkan dari penerapan teori ini dalam pewarisan nilai-nilai budaya lokal atau kearifan lokal melalui pendidikan, adalah pribadi lokal dengan pandangan global yang dapat bertindak lokal dengan pengetahuan global yang terfilter/terdeteksi (act locally with filtered knowledge). Ini berarti bahwa penanaman nilai-nilai lokal dalam situasi global memerlukan kerangka kerja lokal (seperti sangkar burung) untuk menyaring pengaruh negatif globalisasi.
Jika filosofi kearifan lokal dapat diwariskan melalui pendidikan berbasis kearifan lokal dengan menggunakan teori seperti disarankan Cheng, maka kita akan mampu memproteksi pengaruh-pengaruh negatif modernisasi akibat gelombang globalisasi. Sebagai harapan adalah terjadinya act locally develop globally secara utuh dan benar sesuai tahapan-tahapan kehidupannya. Dalam setiap jengkal hidup manusia selalu ada kearifan lokal. Paling tidak, kearifan dapat muncul pada: (a) pemikiran, (b) sikap, dan (c) perilaku. Ketiganya hampir sulit dipisahkan. Jika ketiganya itu ada yang timpang, maka kearifan lokal tersebut semakin pudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H