Mohon tunggu...
Silivester Kiik
Silivester Kiik Mohon Tunggu... Guru - Founder Sahabat Pena Likurai

Hidup hanya sepenggal cerita tentang perjuangan, sekelumit jejak-jejak kaki di bumi, aku, kamu, dan mimpi kita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudahkah Kita Berdiri pada Pijakan Kaki yang Berbeda?

27 Maret 2017   19:10 Diperbarui: 28 Maret 2017   04:00 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori sangkar burung bercirikan keterbukaan terhadap pengetahuan dan budaya luar tetapi dibatasi dengan framework (kerangka kerja) yang jelas. Pengembangan budaya lokal dalam globalisasi membutuhkan framework lokal sebagai proteksi dan penyaring. Dampak yang diinginkan dari penerapan teori ini dalam pewarisan nilai-nilai budaya lokal atau kearifan lokal melalui pendidikan, adalah pribadi lokal dengan pandangan global yang dapat bertindak lokal dengan pengetahuan global yang terfilter/terdeteksi (act locally with filtered knowledge). Ini berarti bahwa penanaman nilai-nilai lokal dalam situasi global memerlukan kerangka kerja lokal (seperti sangkar burung) untuk menyaring pengaruh negatif globalisasi.

Jika filosofi kearifan lokal dapat diwariskan melalui pendidikan berbasis kearifan lokal dengan menggunakan teori seperti disarankan Cheng, maka kita akan mampu memproteksi pengaruh-pengaruh negatif modernisasi akibat gelombang globalisasi. Sebagai harapan adalah terjadinya act locally develop globally secara utuh dan benar sesuai tahapan-tahapan kehidupannya. Dalam setiap jengkal hidup manusia selalu ada kearifan lokal. Paling tidak, kearifan dapat muncul pada: (a) pemikiran, (b) sikap, dan (c) perilaku. Ketiganya hampir sulit dipisahkan. Jika ketiganya itu ada yang timpang, maka kearifan lokal tersebut semakin pudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun