Mohon tunggu...
Syivaun Nadhiroh
Syivaun Nadhiroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

Menjadi Manusia yang mengerti akan makna kehidupan dengan Antusias, Semangat, Smart, Kreatif dan Inovatif. Semoga Sukses dan Berkah, amiin... SEMANGAT-SEMANGAT.....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Remaja Kritis tapi Kurang Peduli

5 Februari 2016   07:36 Diperbarui: 5 Februari 2016   07:39 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, di zaman yang semakin hari menjadi tua renta kini harus menanggung kesedihan yang amat perih akibat ketidakpedulian yang hilang perlahan-lahan. Banyaknya kritikan dan omongan kesana kemari tapi tak laku, tapi tak tunduk, tapi tak diperhatikan. Hanya sekedar tulisan-tulisan belaka yang menjadi hiasan pinggir jalan, bahkan sudah tak mau lagi untuk membacanya, apalagi membaca, melihatnyapun tidak. Sehingga kritikan tersebut tidak dijadikan bahan perenungan untuk menjadi lebih baik dan sudah lumrah untuk tidak harus diperhatikan, sekedar formalitas. Karena dengan adanya gejolak hati yang tak sepadan dengan apa yang dilihat maka ucapanpun akan terlontar seketika itu juga. Kalaupun tidak, mereka akan membuat slogan-slogan atau spanduk-spanduk yang berisikan kritikan dan masukan, bisa jadi cacian yang tak pantas untuk dipampang di alam terbuka.

Berbicara tentang remaja, yang saat ini telah dituntut untuk menjadi lebih kritis dalam segala hal. Telah menjadikan mereka lebih condong untuk suka berkomentar daripada action-nya. Dilihat saja dari proses belajar mereka yang harus aktif dalam segala hal tapi tidak diimbangi dengan kemampuan kecerdasannya, maka akan sia-sia. Suka mengkritik, berkomentar yang kurang baik itu ciri-ciri remaja saat ini, itu tidak semuanya, tapi kebanyakan iya. Mereka lebih condong mengatakan hal itu jelek, ini buruk dan lain sebaginya tapi mereka juga melakukannya, ada juga yang mengatakan bahwa korupsi itu harus di basmi tapi dia sendiri melakukannya, selain itu remaja saat ini sudah menjadi korban hidup-hidup dari kecanggihan teknologi yang mengakibatkan mereka kurang memiliki kepedulian yang tinggi satu sama lainnya. Sehingga banyaknya dari mereka lebih suka banyak ngomong daripada perlakuannya sendiri. Mampu mengkritisi itu mudah tapi melakukannya itu sulit. Banyak mengkritisi kesana kemari, memberi masukan dan berkomentar itu bukanlah hal yang tabuh tapi setidaknya harus menyesuaikan, boleh mengkritisi apapun itu, tapi lihat apa dan siapa yang dikritisi. Sehingga ada dua kemungkinan yaitu, pertama mereka tidak tahu dan  sudah tahu. Untuk yang tidak tahu, ada maaf untuk bisa dijelaskan oleh yang bersangkutan, tapi untuk yang sudah tahu, kadang hanya memberi ujian kepada yang bersangkutan, yang itu hanya menguji dengan sifat yang tidak membangun, padahal sebaiknya yang sudah tahu memberi untuk membangun lebih baik lagi.

Sikap peduli yang ada saat ini hanya sebagai timbal balik kebutuhan, “kamu peduli kepadaku, maka saya akan peduli kepadamu”, begitu sebaliknya, “kamu tidak peduli denganku, maka akupun juga tidak peduli kepadamu”. Dengan itu rasa kepedulian hanya sebatas peduli, sudah. Tidak ada kata lain dari hati ke hati, yang maksdunya adalah tulus. Yang tulus itu adalah ikhlas dan itu tidak pernah membicarakannya atau mengungkitnya. Orang yang memiliki kepribadian kurang dalam kepedulian merupakan salah satu ciri sifat individual, yang itu hanya aku, jika aku, maka aku, tanpa memikirkan yang lainnya. Bahkan kepada dirinya sendiripun kurang peduli, kurang memahami apa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh dirinya. Kebutuhan itu sendiri mencakup kebutuhan rohani dan jasmani. Yang sering dipedulikan adalah jasmani, masalah makan, tidur, olahraga, istirahat dan lain sebagainya, tapi untuk kebutuhan rohani sangat jarang dipedulikan, membantu yang lain, ikhlas, memberi, menolong dalam hal kebaikan dan lainnya yang berhubungan dengan tindak tanduk. Sedangkan tindak tanduk atau akhlak itu adalah cerminan hati, yaitu rohani yang ada dalam jiwa manusia.

Oleh karena itu, hidup dengan seimbang itu sangat perlu dalam mengarungi hiruk pikuknya dunia yang semakin mengganas untuk membunuh karakter secara diam-diam, sehingga kepedulian semakin pudar dengan sangat perlahan, sebelum hilang tidak ada sama sekali, sebaiknya dipertahankan rasa kepedulian kepada sesama, atau memulai dari sekarang untuk peduli kepada sesama yang tidak pandang teman, musuh, sahabat, ras, suku dan sebagainya.

Allahu A’lam

 

Jombang, 05 Februari 2016

Syuff Ainayya  

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun