Mohon tunggu...
Syihab Inala
Syihab Inala Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini terlalu singkat untuk tidak dinikmati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Justru Kitalah Pembunuhnya

12 Agustus 2012   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan saya ini terinspirasi oleh kejadiaan di mana FPI kembali menunjukkan taringnya dengan melakukan pengerusakan terhadap beberapa tempat ibadah agama Buddha di Makassa. Menurut mereka ini adalah sebagai wujud toleransi mereka atas nasib saudara/i kita yang menderita di Myanmar sana oleh kejahatan kaum Buddha. Baiklah, anggaplah bahwa memang benar bahwa kaum Buddha (iya kalo bener ya!) yang melakukan penzoliman dan kaum Rohingya adalah korbannya, lantas apa itu membenarkan tindakan2 kita untuk melakukan pelecehan terhadap kaum Buddha di Indonesia yang notabene tidak mengerti apa2 tentang ulah saudara2 mereka yang di Myanmar sana? Tentu tidak!

Kembali kepada topic, saya sungguh heran melihat beberapa dari saudara kita yang sepertinya begitu terbakar emosinya ketika mereka melihat ada umat dari agama lain yang menyerang kaum Muslim, tetapi sementara itu mereka tidak berbunyi atau terlalu berbunyi ketika hal yang sama terjadi antara kita sesama muslim. Saya ambil beberapa contoh berikut ini yang menunjukkan betapa kita sangat berstandard ganda atas banyak hal, termasuk dalam hal penzoliman. Data ini saya bukanlah hasil penelitian saya secara langsung ke lapangan melainkan saya kutip dari beberapa sumber yang saya yakini kebenarannya, kalau di antara Kompasianer ada yang meragukan data saya ini, mohon dapat disampaikan data tandingan.

Jumlah kematian orang2 Syria sampai hari ini terus bertambah menjadi lebih dari 2000 Muslim, jumlah kematian Turki vs Kurdi terus meningkat tak kunjung henti dari sejak tahun 1984 sampai sekarang hingga mencapai lebih dari 40.000 Muslim mati. Kedua kanibalisme Muslim bunuh Muslim di Turki dan Syria itu tentunya menyumbang jumlah besar kematian Muslim oleh Muslim di Timur Tengah. Di bulan Ramadan berdarah tahun ini saja, Partai Buruh Kurdistan atau PKK menyatakan bahwa 50 Muslim telah modar dalam peperangan Muslim Kurdi vs. Muslim Turki. Ini belum termasuk angka korban kematian PKK di Turki dan di Iraq Utara yang dibunuhi oleh pasukan Turki karena mereka jarang mengeluarkan laporan yang tepat.

Sudan bukan termasuk bagian benua Timur Tengah, jadi kita tak perlu hitung jumlah pembantaian massal Muslim oleh Muslim di sana. Juga tak perlu kita hitung pembantaian massal yang dilakukan Muslim2 Pakistan Barat terhadap Muslim2 Pakistan Timur (Bangladesh) yang mengakibatkan kematian 1,25 juta Muslim di tahun 1971. Juga tak perlu kita hiraukan kematian 200.000 Muslim Aljeria akibat perang antara Islamis vs Pemerintah di tahun 1991-2006.

Kita konsentrasi pada daerah Timur Tengah saja. Sejuta Muslim modar di perang Iraq vs Iran; 300.000 Muslim minoritas mati dibunuh Saddam Hussein; 80.000 Muslim Iran dibunuh selama revolusi Islam; 25.000 Muslim mati di bulan September Hitam, tahun 1970-71, oleh Pemerintah Yordania dalam perang melawan orang2 Palestina; 20.000 Muslim mati dibunuh di tahun 1982 oleh pemerintahan al-Assad di Hama, Syria. Badan WHO dari PBB memperkirakan Osama bin Laden melakukan pembantaian massal di Iraq yang memakan jiwa 150.000 Muslim beberapa tahun yang lalu.

Dalam riset tahun 2007, Gunnar Heinsohn dari Universitas Bremen dan Daniel Pipes, direktur Forum Timur Tengah, mendapatkan sekitar 11 juta Muslim telah dibantai sejak tahun 1948, sedangkan hanya 35.000 (0.3 %) Muslim mati dalam enam tahun perang Arab vs Israel, atau ini berarti perbandingan sebesar 1:315 kematian (1 Muslim mati dibunuh Israel = 315 Muslim mati dibunuh Muslim). Dengan demikian, lebih dari 90% Muslim yang mati sebenarnya dibunuh oleh sesama Muslim sendiri.

Menurus Mssrs. Heinsohn dan Pipes, penelitian mereka menunjukkan jumlah total seluruh kematian di dunia akibat konflik sejak tahun 1950 adalah 85 juta jiwa. Dari jumlah itu, kematian Arab Muslim gara² konflik dengan Israel adalah 46.000 termasuk 11.000 selama perang kemerdekaan Israel. Jumlah ini adalah 0.05 % dari seluruh kematian akibat semua konflik, atau 0.4 % dari seluruh kematian orang² Arab akibat konflik Arab vs Israel.

Di perhitungan lain tanpa mengikutkan pembunuhan² “kecil” seperti yang sekarang terjadi di Syria dan revolusi kebangkitan Arab akhir² ini, hanya kematian akibat Saddam Iraq, Yordania, pemimpin Syria al-Assad, perang Iran vs Iraq, dan teror bin Laden di Iraq, revolusi Islam dan perang Turki vs Kurdi telah mengakibatkan 1.65 juta Muslim mati dibunuh oleh sesama Muslim. Bandingkan jumlah ini dengan jumlah 50.000 kematian gara² konflik Arab vs Israel sejak 1950, termasuk kematian selama dan setelah Operasi Cast Lead yang terjadi setelah penyelidikan yang dilakukan Heinsohn-Pipes. Bagi yang tak punya kalkulator, kuberitahu saja bahwa 50.000 adalah 3% dari jumlah 1.65 juta.

Golda Meir, Perdana Menteri keempat Israel, yang dikenal sebagai “Ibu bangsa Israel,” mengeluarkan pernyataan realistik yang sangat tepat ketika membahas perdamaian di Timur Tengah. Katanya, perdamaian di Timur Tengah hanya bisa terjadi jika “orang² Arab lebih mencintai anak² mereka daripada mereka membenci kami (Yahudi).”

Nah saudara/i-ku sekalian, kita ini sering sekali berstandard ganda dalam banyak hal. Kalau kita lihat dari data2 di atas, dapatlah kita sebutkan bahwa sebenarnya orang2 yang membunuh kaum muslim itu adalah kaum muslim sendiri. Di antara kita sesama muslimlah yang paling sering membunuh satu sama lain, ini belum lagi di zaman setelah Rasul wafat dahulu kala, di mana para pengikut Rasul saling bunuh satu sama lainnya untuk merebut posisi yang ditinggal oleh Rasul.

Saya harapkan setelah mengetahui data ini, janganlah kiranya kita menjadi umat yang begitu gampang diprovokasi oleh sentiment agama. Justru sentiment agama ini yang sering menyebabkan kita saling bunuh satu sama lain. Kita sesama Islam menghalalkan darah sesama umat hanya karena perbedaan penafsiran, bukankan beda penafsiran itu adalah salah satu bukti kebesaran Islam. Ini menunjukkan alam demokrasi, era kebebasan berpikir yang diberikan oleh Islam sejak dahulu kala itu sudah ada. Dan system kebebasan alam berpikir system Islam inilah yang seskarang justru ditiru oleh Barat yang menyebabkan mereka menjadi Negara maju.

Kiranya bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun