Mohon tunggu...
Syifa Wanda Nisrina
Syifa Wanda Nisrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

.

Selanjutnya

Tutup

Film

Simon Leviev, Pria yang Menipu Jutaan Dollar dari Sejumlah Perempuan Melalui Aplikasi Kencan Online

19 Februari 2022   20:55 Diperbarui: 20 Februari 2022   13:46 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Tinder Swindler, film documenter yang tayang pada 2 Februari 2022 di layanan streaming Netflix ini telah menjadi topik pembicaraan yang panas di media online. Bagi warga Norwegia, Israel dan Findlandia, nama Simon Leviev sudahlah tidak asing di dengar. 

Hal ini dikarenakan nama tersebut adalah seorang penipu yang sudah memanfaatkan banyak perempuan melalui aplikasi kencan online Tinder. Kisah Simon Leviev ini akhirnya di angkat sebagai film documenter di layanan streaming Netflix yang berdasarkan hasil dari laporan investigasi media surat kabar Norwegia, VG, pada 2019.

Film dokumenter ini dipublikasikan secara besar-besaran oleh VG dalam laporan yang berdasarkan dari para korban Simon yang menjadi narasumber film The Tinder Swindler. Kisah ini bermula dari kesaksian ketiga perempuan yang menjadi korban dari Simon Leviev. Simon memancing para perempuan dengan mengenalkan kemewahan palsu yang ia miliki seperti sosok pria idaman. 

Di aplikasi Tinder, Simon menunjukan bahwa ia adalah putra dari salah satu pemilik toko berlian yang memiliki kekayaan dan bergelimang harta, namun sayangnya semua yang ia tampilkan hanyalah kebohongan.

Sesaat simon sudah mendapatkan “match” dengan korban melalui aplikasi Tinder, simon langsung menghubungi para korban tersebut dan berkomunikasi seperti layaknya pengguna aplikasi kencan biasa, namun cara ia menarik perhatian korban dengan menujukan kekayaan palsu nya membuat para korban percaya dan ingin dekat dengan simon. 

Sampai dimana simon akan memulai rencana nya untuk menipu, simon memanfaatkan perasaan “terikat” dari korban untuk menjerat dan memerasnya secara perlahan. Dengan seribu alasan simon gunakan agar para korban merasa kasihan dan ingin membantu simon ditambah dengan latar belakang palsu simon yang menjanjikan membuat para korban percaya dengan simon dan simon berjanji akan mengganti sejumlah uang bantuan dari para korban. 

Tapi penipu tetaplah penipu, tidak seperti apa yang dijanjikannya simon mulai dengan memberikan banyak alasan untuk menunda pengembalian  uang dan malah menambah pinjaman para korban.

Para korban yang percaya dengan tipuan simon pun akhirnya hidup dengan terlilit utang yang bahkan uang nya tidak ia gunakan. Simon menjalani hidupnya dengan menipu satu wanita dan menggunakan uang tersebut untuk menarik perhatian wanita lain, lalu wanita lain tersebut akan ia gunakan lagi sebagai korban penipuan nya selanjutnya. 

Simon melakukan tindakan penipuan ini dengan memalsukan identitas, mulai dari nama, tempat tinggal, tanggal lahir sampai passport dengan alasan agar tidak mudah dikenali dan tetap bisa melaksanakan penipuan nya.

Para korban yang sudah ditinggalkan simon akhirnya mendatangi pihak berwajib untuk mengadukan nya namun nama yang mereka cari tidak lah ada karna data palsu yang dibuat oleh simon, akhirnya para korban bekerja sama untuk menangkap dan mencari identitas asli dari Simon Leviev, dan diketahuilah ia adalah pria asal Israel bernama Shimon Yehuda Hayut. Ia berasal dari keluarga Yahudi Othodox di pemukikan padat penduduk di Tel Aviv, keluarganya sederhana karna ia adalah putra dari seorang Rabi. 

kelakuan Hayut sudah dikenal nakal sejak ia remaja, bahkan ia sudah terlibat masalah hukum sejak begitu belia. Hayut sudah pernah terlibat dalam sejumlah kasus yang sebagian besar adalah penipuan. 

Sebagaimana yang dilaporkan oleh berbagai media termasuk surat kabar VG di Norwegia serta The Times Of Israel ia pernah melakukan kejahatan penipuan dan mencairkan cek milik majikannya. Hayut juga sempat dipenjara di Israel namun kemudian bebas. 

Ketika bebas Hayut tetap melakukan sejumlah kasus kejahatan yang serupa berupa penipuan. Namun kali ini ia melakukan penipuan dengan identitas baru melalui aplikasi Tinder,  usai kasus The Tinder Swindler ini menjadi berita besar di Norwegia, Israel dan Negara lain, Simon langsung menjadi buronan.

Simon sempat melarikan diri ke beberapa Negara namun tertangkap saat pelarian nya menuju ke Atena dari Praha. Aksi ini diketahui oleh korban yang juga dikenal sebagai mantan kekasihnya, yang kemudian langsung melaporkan hal tersebut ke polisi. Simon akhirnya di tangkap oleh Interpol Yunani dan diekstradisi ke Israel. Simon dijatuhi hukuman selama 15 bulan karena kasus pencurian dan penipuan di Israel.

Pada bulan Maret 2020 Simon bebas dari penjara. Bahkan sekarang ia dikenal sebagai salah satu “konsultan bisnis”, ia bahkan memiliki akun instagram dengan banyak followers dan mengencani seorang model dari Israel, hidup Simon tidaklah lagi susah. 

kehidupan yang berbeda dijalani oleh para korban dari Simon Leviev, mereka masih harus berusaha membayar utang yang digunakan oleh Simon. Para korban sekarang sedang melakukan galang donasi dengan target sebesar 600 ribu pound sterling atau setara dengan 11,6 Miliar untuk melunasi utang.

Lalu apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghindari penipuan pria seperti Simon Leviev? Berdasarkan pengalaman para korban, simon terlihat memberikan love bombing sejak pertemuan pertama. Love bombing adalah perilaku manis yang berlebihan kepada pasangan yang membuat pasangan menjadi tertarik dengan kita. 

Perilaku ini bisa berupa dengan kata-kata cinta, janji seindah mimpi atau mendapatkan pujian yang kita suka. Selain Love Bombing  jangan pernah juga meminjamkan nama kita untuk melakukan peminjaman orang lain, nama merupakan identitas paling utama dari seseorang, meminjamkan identitas berupa nama atau yang lain kepada orang lain merupakan tindakan yang sangat beresiko. 

Saat si peminjam gagal melakukan pembayaran utang maka nama anda lah yang akan menjadi sasaran. Jangan mudah mempercayai dengan apa yang anda lihat di media sosial, di zaman sekarang media sosial adalah hal yang sangat lekat dengan diri kita, namun apa yang anda lihat di media sosial adalah kebohongan, umumnya orang cenderung hanya membagikan kebahagiaan dan menutupi kekurangan untuk menampilkan sisi positif nya saja di media sosial. 

Tak jarang kenyataan sangat jauh dari potret kesuksesan yang ada di media sosial. Itulah beberapa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari film The Tinder Swindler, selalu berhati-hati dalam media sosial ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun