Mohon tunggu...
Syifa Triswidiastuty
Syifa Triswidiastuty Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Seorang Psikolog Klinis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Drama Menjadi Ibu Baru dan Membesarkan Anak

16 Desember 2023   07:48 Diperbarui: 16 Desember 2023   07:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki anak menjadi tantangan tersendiri terutama bagi pasangan muda yang baru menikah. Mengubah kebiasaan yang awalnya hidup berdua dengan pasangan dengan rutinitas harian yang tetap, membutuhkan adaptasi baru untuk mengasuh dan memberikan yang terbaik bagi anak. Adaptasi baru disini pasti dirasakan oleh ibu baru yang memiliki anak pertama, drama kehidupan Ibu baru dimulai dari menyusui, memandikan, memakaikan baju, memberikan skincare yang tepat bagi anak, belajar menggendong, dan masih banyak hal lainnya yang membutuhkan adaptasi. 

Menjadi Ibu baru dengan segala aktivitas mengurus anak, membutuhkan bantuan dari lingkungan sosialnya terutama keluarga dan suami. Ibu dituntut untuk langsung bisa merawat anak, jika anak nangis seringkali yang disalahkan adalah Ibunya karena dinggap tidak bisa mengurus anak. Padahal bisa jadi anak tersebut menangis karena merasa tidak nyaman karena terlalu ramai, udara yang terlalu panas atau dingin, dan lainnya. Rasa lelah setelah mengandung 9 bulan, proses melahirkan yang menguras emosi, air susu Ibu yang mungkin belum keluar dan jam tidur serta pola kehidupan yang berubah dapat membuat ibu mengalami baby blues. 

Baby blues adalah kondisi dimana seorang Ibu mengalami perasaan yang sangat sedih setelah melahirkan, gejalanya antara lain mudah menangis, cemas, sangat lelah secara fisik dan mental, nafsu makan menurun, sulit konsentrasi, dan sulit tidur. Hal ini normal dirasakan Ibu yang baru saja melahirkan. Untuk mengurangi gejala baby blues dengan cara meminta bantuan anggota keluarga untuk mengasuh anak sementara Ibu menengkan diri terlebih dahulu, peran suami sangat penting disini untuk memberikan bantuan khususnya kepada anak dengan menggantikan peran Ibu dalam mengurus anak. Mengkonsumsi makanan sehat, melakukan hal yang disukai, bercerita ke teman terdekat, dan apabila dibutuhkan dapat melakukan konsultasi ke psikolog maupun psikiater.

Setelah melewati fase baby blues, Ibu akan merasa lebih stabil secara emosi dan lebih siap untuk mengasuh anak. Jika perasaan Ibu justru semakin sedih dan merasa tidak berdaya, bisa jadi Ibu masuk ke dalam fase depresi pasca melahirkan. Merasa gagal menjadi Ibu, menyalahkan diri sendiri, dan membenci objek yang dilihat / dipikirkan, hingga keinginan untuk mengakhiri hidup. Jika sudah sampai di fase ini, keluarga bisa menyarankan Ibu untuk melakukan konsultasi ke profesional agar segera mendapatkan pertolongan. Perasaan sedih yang terlalu mendalam dapat mengakibatkan Ibu tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam mengasuh anak. Sehingga pihak keluarga sebisa mungkin untuk membantu proses penyembuhan mental Ibu. Peran suami disini juga sangat penting untuk tidak menyalahkan dan justru membantu merawat dan membesarkan anak bersama-sama.

Jika kondisi Ibu sudah kembali stabil dan sudah bisa kembali mengurus anak, keluarga tetap diminta untuk mengawasi Ibu yang baru saja sembuh dari kondisi psikologis yang tidak stabil. Oleh karena itu, Ibu yang baru saja selesai dengan fase baby blues masih perlu di dampingi suami atau pun pihak keluarga.  Dukungan dari keluarga menjadi support system utama yang dapat membuat Ibu bangkit dari permasalahan psikologisnya.

Menjadi seorang Ibu memang bukan hal yang mudah, penuh tantangan yang tidak mudah. Karena anak membutuhkan sosok Ibu sebagai tempatnya untuk mencari rasa aman. Sehingga seberapa berat ujian yang Ibu rasakan dalam proses mengandung, melahirkan, hingga membesarkan anak, seorang Ibu tetap akan berjuang untuk membesarkan anaknya. Kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya tidak akan hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun