Mohon tunggu...
Syifa Susilawati
Syifa Susilawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Mahasiswi Sarjana - Sejarah Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Palestina dan Wacana Masa Depan Umat Islam

16 April 2024   18:48 Diperbarui: 16 April 2024   18:48 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peperangan yang tengah terjadi di Palestina merupakan satu fakta yang mencolok mata. Ketika jargon HAM nyaring di dunia modern, pembantaian terhadap 32.782 orang Gaza termasuk 13.000 anak-anak dan di Tepi Barat 455 orang termasuk 116 anak Palestina sejak 7 Oktober 2023 (Update al Jazeera, Maret 2024) seolah menjadi diorama dan pertunjukkan fiksi di negeri dongeng. Seluruh dunia menyaksikan pembantaian ini dengan dengan amat terang, tapi tak berdaya apa-apa; hampir tidak ada yang dapat menghentikan kekejian Israel. Bahkan PBB sekalipun.

Ratusan Resolusi PBB tak dapat menghentikan kekejian Israel. Resolusi PBB pada 29 November 1947, membagi wilayah palestina untuk Israel dengan lebih dari 56% bagiannya, tetapi Israel melanggar dengan terus melangsungkan agresi dan aneksasi ke Ibu Kota Yerussalem, Gaza dan Tepi barat. Nafsu Israel hanya ingin menguasai Palestina secara keseluruhan. Resolusi DK PBB tahun 22 November 1967 pun malah melegalisir agresi Israel di Ibu Kota Yerussalem. Yang teranyar, Resolusi PBB tanggal 27 Oktober 2023 tentang perlindungan warga sipil dan penegakan kewajiban hukum dan kemanusiaan dalam perang Israel-Hamas dilanggar dengan serangan terus menerus kepada warga sipil dengan sangat keji dan kejam. Semua resolusi yang dilayangkan PBB di dalam forum internasional itu hanya menjadi gonggongan anjing, kafilah berlalu. Tentu barang tidak aneh memang, sebab PBB merupakan ibu susu yang turut membantu kelahiran Negara Israel di muka dunia pada 11 Mei 1949.

Bila ibu susunya PBB, maka ibu kandungnya tidak lain adalah Inggris dan melalui Deklarasi Balfour tahun 1917. Jadi bagaimana mungkin ada seorang ibu yang hendak mematikan anaknya sendiri?

Angka pembantaian yang mencapai hampir 33.000 orang itu dihitung sejak meletusnya Thuufan Al Aqsa. Tentu hanya sebagian kecil dari total keseluruhan jumlah martir bila dihitung sejak tahun 1948 pada hari Nakbah (pengusiran penduduk palestina) setelah didirikannya negara Israel. Tetapi sebelum lebih jauh membahas mengenai persoalan politik internasional yang amat pelik. Pertanyaan mendasar yang perlu terlebih dahulu diajukan adalah, ada apa di Palestina, mengapa Palestina?

sumber: detik.com
sumber: detik.com

Keistimewaan Masjidil Aqsa, Palestina

Masjidil Aqsa yang memiliki arti "masjid terjauh" terletak di Alquds Palestina. Sebuah kompleks yang terletak di Ibu Kota Yerussalem ini disebutkan dalam Alquran sebagai tempat yang suci lagi diberkahi (Lihat QS Al Anbiya [21]: 81). Masjidil Aqsa merupakan Kota Suci Ummat Islam yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan Risalah dan merupakan satu dari tiga tempat paling penting bagi ummat Islam di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Disana terdapat bekas tapak sujud 124.000 Nabi dan Rasul yang menunaikan shalat berjamaah, juga tempat Rasulullah memulai perjalanan mi'rajnya dalam persitiwa isra miraj. Jadi Keistimewaannya bukan terletak pada rupa bangunannya yang megah atau menohok mata, melainkan pada keagungan tiap jengkal tanahnya yang mengandung kemuliaan dan nilai sejarah yang begitu besar.

sumber: amos-law.com
sumber: amos-law.com

Zionisme dan cita-citanya

Negara Israel yang berdiri pada 14 Mei 1948 merupakan entitas konkret dari Ideologi Zionisme sejak 1897. Zionisme sendiri merupakan gerakan nasionalisme yang muncul di eropa yang bercita-cita untuk mendirikan satu negara merdeka untuk bangsa Yahudi yang berada di negeri-negeri koloni khususnya di Eropa agar menjadi satu kesatuan dan mendapatkan status mayoritas di satu tempat yang tetap. Karena dalam waktu yang lama, bangsa Yahudi mengalami banyak peristiwa pengusiran-pengusiran dan mendapat perlakuan buruk di Eropa karena anti-semitisme -- bangsa Yahudi sebagai ras, bangsa, agama. Maka Zionisme bercita-cita untuk mendirikan kembali kerajaan Haikal Sulaiman sebagai simbol sakralitas kejayaan bangsa Yahudi yang letaknya persis di Masjidil Aqsa, Palestina. Meskipun gerakan Zionisme bukanlah gerakan murni Agama Yahudi, namun untuk mewujudkan ideologinya, Zionisme mengandung cita-cita agama yang diwujudkan melalui gerakan politik dan peperangan. Peta bumi Israel yang mereka cita-citakan sejak tahun 1897, garis demakrasinya membentang dari sebelah Barat yang dibatasi Sungai Nil hingga sebelah Timur yang dibatasi sungai Eufrat sampai Baghdad, termasuk Madinah didalamya, karena terdapat leluhur mereka yakni Bani Nadhir dan Quraidzah.

Kronologi Sejarah dan Nubuat Masa Depan

Sejarah selalu menjadi bukti empirik. Perjalanan sejarah jatuh bangunnya para penguasa Palestina sepanjang sejarah membuktikan bahwa Palestina dapat dinilai sebagai ekspresi keberhasilan pelaksanaan sistem politik islam dan kegagalan sistem politik selain Islam dalam menciptakan peradaban ideal. Sebagaimana yang diterangkan oleh Karen Amstrong, sejak ditaklukkan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada abad ke- 7 Masehi hingga masa pemerintahan dinasti Umayyah dan Abbasyiah. Palestina menjadi negeri yang aman, damai dan toleran. Gejolak kekacauan di Palestina baru mulai terjadi pada akhir masa kekuasaan Dinasti Abbasyiah (abad ke 10) yang mana Palestina menjadi wilayah yang terdampak akibat pergolakan politik Dinasti Fatimiyyah dan Abbasyiah yang saling berebut pengaruh hingga pada masa Reconquista, orang-orang Barat mulai melakukan penaklukkan negeri-negeri yang diklaim merupakan tanah yang harus mereka kuasai. Palestina jatuh kepada Pasukan Salib dibawah Paus Urbanus dalam perang salib pada tahun 1099 M (abad ke 11). 40.000 orang Islam bahkan sebagian orang Yahudi dibantai dengan cara yang keji. Lalu tak lama kemudian, Palestina kembali ke pangkuan ummat Islam, dibawah kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi pada tahun 1187 M. Selama 800 tahun, sejak ditaklukkan oleh Shalahuddin Al Ayyubi hingga masa kekhalifahan Utsmani pada 1917 Palestina berada dalam keadaan aman, damai dan stabil.

Dibawah kepemimpinan pemerintahan Islam, dibawah pemimpin yang beriman dan bertaqwa, perdamaian, kesejahteraan, dan toleransi antar beragama selalu terwujud dengan purna. Dan ketidakseimbangan, kesewenang-wenangan, kehancuran tatanan politik dan kemasyarakatan yang menimbulkan banyak kegundahan selalu disebabkan oleh sistem kekuasaan dan pemimpin selain Islam, sebagaimana sejarah penguasa-penguasa Palestina sebelumnya, seperti Kekaisaran Persia, Romawi, Salibis Gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun