Mohon tunggu...
Syifa Susilawati
Syifa Susilawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Mahasiswi Sarjana - Sejarah Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Materialisme : Gerbang Keruntuhan Peradaban Islam

20 November 2022   20:17 Diperbarui: 20 November 2022   20:29 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: rumahmillennials.com

Peradaban Islam terbentuk dari pilar-pilar norma sosial kemasyarakatan yang mapan. Didalamnya memuat segala aspek kehidupan manusia yang sangat kompleks, yang disangga oleh dua kekuatan etis -- Alquran dan Sunnah yang mengandung dimensi profetik dan profan. Kemapanan tata peradaban ini sejalan dengan makna Islam sebagai Ad-Diin. Yakni suatu tatanan sistem kepercayaan, juga sistem kehidupan. 

Diin Islam yang memuat aqidah dan syariat merupakan perangkat kehidupan yang sudah didesain oleh Allah agar cocok dengan fitrah manusia. Sebagaimana Rasulullah sebagai pembawa risalah terakhir ini diutus untuk menyempurnakan risalah nabi-nabi sebelumnya dengan tujuan untuk membawa rahmat bagi semesta alam.

"Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia"  (QS. Al Anbiya: 107)

Secara historis, materialisme merupakan suatu  institusi sosial atau ideologi yang dikandung dalam rahim peradaban barat, yang eksistensinya sudah ada sejak era Yunani Kuno. 

Tetapi eksistensinya semakin menguat dan mengalami globalisasi ketika peradaban Barat mencapai renaissance alias zaman pencerahannya, yakni masa dimana barat yang telah bebas dari dogma-dogma gereja dan melancarkan serangan balik terhadap peradaban Islam yang pada masa sebelumnya berhasil mencapai puncak keemasannya pada masa Islamic Golden Age - Dinasti  Abbasyiah. Hegemoni barat atas hal ini menjadi faktor eksternal yang paling utama dari mencuatnya ideologi materialis ini.

Materialisme ialah suatu aliran yang menganggap kebutuhan materi di atas kebutuhan spiritual, ideologi, sosial, budaya dan agama. Artinya, seorang yang materialistik akan menempatkan pemenuhan kebutuhan materi mereka sebagai sumber substansial dari kesenangan hidupnya. 

Orang berlomba-lomba mencapai kepuasan materi untuk memenuhi standar kelayakan hidup. Pemikiran materialisme ini lebih jauh akan membawa pada sifat konsumerisme, hedonisme, dan cinta dunia berlebihan (wahn). Hal ini senada dengan jargon utama ghazwul fikr yang diantaranya adalah fun, food, fashion, dan film.

Sifat dari ideologi materialisme ini akan menggiring manusia untuk mengingkari eksistensi kesempurnaan Allah sebagai Rabb, Malik, Ilah menuju satu paradigma berfikir yang cenderung sekuler yang jauh dari visi misi akhirat. Padahal materialisme adalah perangkat pemikiran yang sudah Allah notice dalam Alquran agar kaum muslimin senantiasa waspada dan hati-hati terhadap godaannya.

Artinya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Surat Ali 'Imran Ayat 14)

Lebih jauh, Amri Fatmi, seorang doktor peraih gelar "Summa Cumlaude" Prodi Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar menjelaskan bahwa para penganut paham materialisme ini menolak agama sebagai hukum kehidupan manusia. Mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum. Tentu hal ini sangat berbahaya.

Sesuatu paling vital yang hanya sanggup disangga oleh peradaban Islam yang ideal adalah jaminan terselenggaranya segala perintah Allah secara total dan mapan. Dan hari ini kita menghadapi kenyataan bahwa peradaban Islam kian rapuh dan hampir runtuh secara total.

Sebagaimana sifatnya, ideologi materialisme akan melalaikan manusia dari hakikat penciptaannya sebagai seorang makhluk yang tugasnya ialah tunduk patuh pada sang Khaliq. Dan di saat yang sama, tatkala ummat Islam tidak menyadari dan tidak memahami hakikat dari bangunan peradaban Islam yang mana sangat dekat dengan hakikat penciptaan dirinya sendiri, ini akan menjadi sebuah malapetaka yang amat besar, karena ummat Islam hari ini telah maujud sebagai subjek dari apa yang telah disabdakan Rasulullah 14 abad yang lalu,

: : :

"Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya'. Mereka berkata : Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : 'Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn'. Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab :'Cinta dunia dan takut akan mati". 

HR. Abu Daud (4297), Ahmad (5/287), dishahihkan oleh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah (958).

Hadits tersebut sudah dengan sangat terang menggambarkan kondisi ummat Islam dewasa ini. Ideologi materialisme telah merasuk kedalam tubuh kaum muslimin yang akhirnya menjadikan mereka jauh dari semangat untuk menjaga keutuhan peradaban Islam.

Maka untuk membendung arus materialisme ini, ummat muslim harus memiliki pertahanan yang sepadan untuk menegakkan peradaban Islam sebagaimana Rasulullah telah menggariskannya secara jelas dan terang dalam panggung riwayat sejarah. Adapun tahapan untuk membendung arus materialisme ini pertama sekali ialah dengan membentuk pribadi muslim yang kaffah yang kuat secara aqidah, yang takwin dan senantiasa berusaha untuk menyempurnakan akhlaqnya kepada Allah dengan sifat-sifat yang Allah sebutkan dalam Alquran surah At-Taubah ayat 111-112:

  • At Taibun; menjadi manusia yang senantiasa bertaubat
  • Al 'Abidun; menjadi hamba yang senantiasa mengabdi kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun
  • Al Hamidun; menjadi hamba yang senantiasa memuji keagunganNya
  • As Saihun; menjadi hamba yang senantiasa mengembara untuk mencari ilmu menuju derajat ketaqwaannya
  • Ar Raki'un; menjadi hamba yang senantiasa rukuk, merendah dihadapanNya
  • As Sajidun; menjadi hamba yang senantiasa bersujud, bergantung hanya kepadaNya
  • dan puncaknya menjadi hamba yang Al Aamirun yang beramar ma'ruf nahyi munkar
  • disempurnakan menjadi hamba yang Al Hafidzun, yang memelihara hukum-hukum Allah

.

"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman."

--- QS At-Taubah ayat 111-112.

Beberapa poros pembuka inilah yang akan mampu menyangga dan mengembalikan kedudukan Islam sebagai suatu peradaban yang gemilang, yang wujudnya terdapat pada baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Lantas kenapa materialisme adalah gerbang keruntuhan peradaban Islam?

Karena keruntuhan peradaban yang sesungguhnya ialah disebabkan oleh ulama dan umara yang rusak moralnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah hadits, sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Al Ghazali dalam kitab Ihya-nya.

Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, menegaskan bahwa keruntuhan peradaban itu besar sebabnya ialah diakibatkan oleh faktor internal, disamping faktor eksternal yang berasal dari budaya lain menjadi faktor sekundernya.

Keruntuhan peradaban Islam adalah bencana terbesar dalam sejarah umat manusia. Karena standar keseimbangan kehidupan dunia yang sudah dirancang sedemikian sempurnanya oleh Allah -- Yang Maha Mengetahui hakikat dan tabiat ciptaanNya, tidak lagi menjadi kerangka utama dalam keberjalanannya.

Ideologi materialisme ini memang tidak di deklarasikan, karena ideologi merupakan suatu kredo abstrak yang dinyatakan melalui pelaksanaan hidup. Maka ada baiknya kita merefleksikan diri, apakah kita telah selamat dari ideologi materialisme dan hidup sesuai dengan manhaj risalah atau secara tidak sadar, sudah terperangkap dalam jaring malapetaka dan menjadi penyumbang bola api atas keruntuhan peradaban -- Islam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun