Bertahun-tahun tak merasakan cinta
Beribu malam ditemani air mata
Mati rasa sudah karena luka yang lalu
Menetap di hati seperti benalu
Dan kau datang dengan senyuman
Meraih tanganku membuat nyaman
Menarik diri ini dari keterpurukan
Kau bagikan obat yang menyembuhkan
Hadirmu melukis senyum bahagia
Membawa tawa yang terus menggema
Besyukur aku dibuatnya
Entah bagaimana hidup tanpanya
Tapi badai tak pernah lelah
Menerpa hubungan yang baru melangkah
Memberi ujian yang tak kunjung henti
Akhir kisah apa yang kini menanti?
“Percaya” katanya berbisik meyakinkan
Saling merangkul berusaha menguatkan
Tangan yang bertaut sembari menahan pilu
Mengharapkan badai ‘tuk cepat berlalu
Tapi badai yang terakhir sangatlah besar
Mengluluhlantahkan semua sampai ke dasar
Pondasi yang tak cukup kokoh ternyata penyebabnya
Membuat yang t’lah dibangun seolah tak ada harga dirinya
Kita tak mampu menahan pilunya
Tak cukup kuat untuk bertahan selamanya
Kini kata “kita” pun telah sirna
Membuat semua hal tak lagi bermakna
Akhirnya kita bertemu dengan akhir kisah
Dalam keadaan hanya bisa berpasrah
Menemui perpisahan yang tak pernah diharapkan
Melihat cinta pergi begitu saja tanpa usaha mempertahankan
Tapi tak apa, cinta memang pada dasarnya tak menetap kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H