Mohon tunggu...
Syifa Nurjanah
Syifa Nurjanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya adalah Mahasiswa semester 5 dari suatu Universitas di Bandung. Saya suka membaca dan mengeksplor berbagai hal. Saya juga aktif berorganisasi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Kampus.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Tak Pernah Menetap

29 Oktober 2024   13:00 Diperbarui: 29 Oktober 2024   13:48 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertahun-tahun tak merasakan cinta

Beribu malam ditemani air mata

Mati rasa sudah karena luka yang lalu

Menetap di hati seperti benalu

Dan kau datang dengan senyuman

Meraih tanganku membuat nyaman

Menarik diri ini dari keterpurukan

Kau bagikan obat yang menyembuhkan

Hadirmu melukis senyum bahagia

Membawa tawa yang terus menggema

Besyukur aku dibuatnya

Entah bagaimana hidup tanpanya

Tapi badai tak pernah lelah

Menerpa hubungan yang baru melangkah

Memberi ujian yang tak kunjung henti

Akhir kisah apa yang kini menanti?

“Percaya” katanya berbisik meyakinkan

Saling merangkul berusaha menguatkan

Tangan yang bertaut sembari menahan pilu

Mengharapkan badai ‘tuk cepat berlalu

Tapi badai yang terakhir sangatlah besar

Mengluluhlantahkan semua sampai ke dasar

Pondasi yang tak cukup kokoh ternyata penyebabnya

Membuat yang t’lah dibangun seolah tak ada harga dirinya

Kita tak mampu menahan pilunya

Tak cukup kuat untuk bertahan selamanya

Kini kata “kita” pun telah sirna

Membuat semua hal tak lagi bermakna

Akhirnya kita bertemu dengan akhir kisah

Dalam keadaan hanya bisa berpasrah

Menemui perpisahan yang tak pernah diharapkan

Melihat cinta pergi begitu saja tanpa usaha mempertahankan

Tapi tak apa, cinta memang pada dasarnya tak menetap kan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun