"mukbang adalah lapar relief aku, merasa diwakilkan makannya" ujar salah satu mahasiswa di Universitas x.Â
Saat ini, berbagai aktivitas online semakin meningkat, contohnya adalah menonton siaran makan orang lain (Mukbang). Mukbang merupakan istilah Korea Selatan yang terdiri dari "meokneun" (makan) dan "bangsong" (siaran). Mukbang awalnya disiarkan secara online di saluran Afreeca TV di Korea Selatan pada tahun 2008, dan menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2015. Mukbang adalah program siaran langsung atau pra-rekam di mana pembawa acara mengonsumsi sejumlah makanan yang sangat banyak sambil berinteraksi dengan penonton mereka. Berbagai jurnal dan kritikus percaya bahwa Mukbang dapat meningkatkan kebiasaan makan berlebihan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan merumuskan sistem pemantauan Mukbang pada tahun 2018 untuk mencegah penyebaran obesitas.
Menurut data survei dari APJII, YouTube merupakan media sosial yang sering diakses oleh pengguna internet di Indonesia sebanyak 61,0% dari populasi. Kemudian, salah satu konten yang sering ditonton yaitu konten kuliner yang menduduki urutan ke-4 dengan persentase 7,7%. Konten kuliner khususnya mukbang saat ini didominasi oleh remaja. Mahasiswa sebagai remaja termasuk salah satu kelompok yang kerap menonton mukbang. Sayangnya sebuah penelitian menunjukkan bahwa mukbang dapat meningkatkan kebiasaan makan yang berlebihan. Menurut sebuah penelitian kebiasaan makan itu sendiri dipengaruhi oleh persepsi seseorang.
Setelah dilakukan penelitian terhadap beberapa mahasiswa di universitas x terkait persepsi mereka terhadap mukbang, ditemukan hasil yang berbeda. Ternyata mukbang ini tidak merubah kebiasaan makan mereka. Persepsi mahasiswa terhadap mukbang lebih fokus sebagai hiburan saat makan atau saat lapar. Faktanya bahwa penonton menentukan tontonan mukbang tidak semata mata karena apa yang ditampilkan, tetapi penonton memilih tontonan sesuai selera. Secara garis besar, penonton mukbang memilih konten makan yang bersih dan menarik. Menurut penonton mukbang yang didominasi oleh remaja, makanan merah pedas dan makanan manis masih menjadi favorit mereka saat memilih jenis makanan dalam konten mukbang. Selain itu, penonton menyatakan lebih nyaman menonton mukbang sendiri tanpa harus ditemani oleh keluarga ataupun teman.
Walaupun terdapat preferensi makanan yang ditonton, masih belum diketahui bagaimana preferensi makanan mahasiswa saat menonton mukbang. Perlu dicatat bahwa maraknya mukbang menjadi sebuah fenomena lingkungan obesogenik sehingga penonton tetap harus berhati hati dalam memilih makanan dan tidak serta merta tersugesti konten yang ditonton. Dengan pencegahan dan kesadaran kesehatan diharapkan penonton hanya melihat mukbang sebagai hiburan bukan sebagai media yang dapat mengubah perilaku makan menjadi buruk.Â
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Metodologi Penelitian Kualitatif Kesehatan 2023
Kelompok 4
Bintang Sukma D.F.E, Made Della Riskita Dewi, Niesha Alifia Zahra, Syahna Amalia Putri, Syifa Nur Azizah, Tazmirah Asmarani, Vania Nabiyla Z
Referensi:
Amalia, D.S. et al. (2021) 'Hubungan Kebiasaan Menonton Mukbang, Pengetahuan Gizi Dan
Tingkat stres Dengan Perubahan Perilaku makan Negatif Pada penggemar mukbang di media sosial Instagram', Journal of Nutrition College, 10(2), pp. 105--111.
doi:10.14710/jnc.v10i2.29142.Â
Krippendorff, K. (2018). Content analysis: An introduction to its methodology (4th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Nick, B., & Bovet, P. (2023) Noncommunicable Diseases: A Compendium. https://doi.org/DOI: 10.4324/9781003306689
WHO (2021) Obesity and overweight, www.who.int. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H