Mohon tunggu...
Syifa Muhammad Nurzen
Syifa Muhammad Nurzen Mohon Tunggu... Mahasiswa - syifamnurzen

Fakultas Ilmu Komunikasi dan Massa Akademi Televisi Indonesia Jurusan Jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal "Sleep Paralysis" dalam Dunia Medis

4 Maret 2022   11:46 Diperbarui: 21 Maret 2022   09:07 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahli medis berpendapat bahwa ketika manusia sulit untuk bergegas bangun dari tidur disebut dengan sleep paralysis. (courtesy image: alodokter.com)

Ketika kita bangun dari tidur malam yang panjang dan badan terasa sulit untuk bergerak, hal yang terpikirkan dalam benak kita yaitu pasti terkena "rep-repan" atau sering disebut dengan "ketindihan". Bagi sebagian masyarakat, ketindihan ketika hendak bangun tidur disebabkan karena adanya makhluk halus yang menghampiri diri manusia. Namun, ada penjelasan yang masuk akal untuk mengatasi permasalahan ketika sulit bangun dalam tidur. Menurut ahli medis yang dilansir dari klikdokter.com, kesulitan ketika hendak bangun dari tidur disebut sebagai "sleep paralysis".

Ahli medis berpendapat bahwa ketika manusia sulit untuk bergegas bangun dari tidur disebut dengan sleep paralysis. (courtesy image: alodokter.com)               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Ahli medis berpendapat bahwa ketika manusia sulit untuk bergegas bangun dari tidur disebut dengan sleep paralysis. (courtesy image: alodokter.com) googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Sleep paralysis (kelumpuhan tidur) adalah suatu kondisi yang pada dasarnya disebabkan karena proses sinkronisasi otak dan tubuh yang sempat terganggu ketika sewaktu tidur. Dalam waktu tidur, terdapat dua fase yaitu rapid eye movement (tidur bermimpi), ketika memasuki fase ini pernapasan akan terasa lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Selain itu, pada fase tersebut tubuh akan terasa rileks tetapi mata bergerak lebih cepat. Selanjutnya, yaitu fase non-rapid eye movement, pada fase ini kondisi dalam keadaan tertidur namun pikiran, mental, dan tubuh berada di tengah-tengah antara tidur terlelap dan setengah sadar.

ketika tidur manusia pengalami fase rapid eye movement dan non-rapid eye movement. (courtesy image: livescience.con)
ketika tidur manusia pengalami fase rapid eye movement dan non-rapid eye movement. (courtesy image: livescience.con)

Pada saat tidur tubuh kita akan mengalami fase non-rapid eye movement, ketika hendak terbangun dalam kondisi peralihan ini, otak manusia masih dalam keadaan tidur serta otot juga masih dalam keadaan lumpuh karena dalam keadaan tertidur. Alhasil, ketika hendak bangun dari tempat tidur, kondisi otak dan kinerja otot belum mampu merespon dengan baik. Kemudian, inilah yang dapat menyebabkan ketindihan "sleep paralysis". Nantinya, beberapa saat setelah mengalami kondisi sleep paralysis, kinerja otak dengan tubuh akan dapat sinkron kembali secara perlahan sampai benar-benar terbangun dari ketindihan.

kelumpuhan tidur bukanlah hal berbahaya, ketika otak dan tubuh sudah kembali sinkron kita sudah terbangun tenang. (courtesy image: klikdokter.com)
kelumpuhan tidur bukanlah hal berbahaya, ketika otak dan tubuh sudah kembali sinkron kita sudah terbangun tenang. (courtesy image: klikdokter.com)

Tidak semua orang mengalami sleep paralysis, akan tetapi juga ada beberapa orang yang mengalami ketindihan. Namun bukan dikarenakan hal mistis, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang ketindihan. Beberapa faktor tersebut bisa disebabkan karena mengalami gangguan mental, orang yang mengalami gangguan mental biasanya memiliki kecemasan yang dialami ketika ada permasalahan dalam hidupnya. Orang yang mengalami gangguan mental cenderung meminum minuman beralkohol dan bisa menjadi pemicu ketindihan. Kemudian, salah posisi tidur juga dapat beresiko menyebabkan ketindihan. Saat posisi tidur kita telentang dan berbaring dapat menyebabkan ketindihan. Selanjutnya orang yang mengidap Narkolepsi, orang yang memiliki gangguan tidur narkolepsi biasanya akan mengalami mimpi atau halusinasi. Penderita narkolepsi sering mengalami kesulitan bicara atau bergerak seperti ketindihan.

seseorang yang mengalami narkolepsi memiliki kesulitan berbicara atau bergerak dan bisa menyebabkan ketindihan. (courtesy image: orami.co.id)
seseorang yang mengalami narkolepsi memiliki kesulitan berbicara atau bergerak dan bisa menyebabkan ketindihan. (courtesy image: orami.co.id)

Umumnya tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi gejala sleep paralysis, namun ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegahnya yaitu usahakan tidur secara teratur, hindari bekerja, belajar, dan menonton tv di atas tempat tidur, hindari mengonsumsi makanan berat dalam dua jam menjelang tidur, dan melakukan hal yang dapat menenangkan pikiran dan badan menjadi rileks semisal mendengarkan lantunan musik, meditasi atau berdoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun