Mohon tunggu...
syifa noor
syifa noor Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi Universitas Airlangga

Saya Syifa Noor Zuleycha, mahasiswi fakultas kedokteran gigi Universitas Airlangga. Saya memiliki minat terhadap pengembangan diri dan pengabdian kepada masyarakat. Saya merupakan orang yang antusias dan suka mencoba berbagai pengalaman baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Globalisasi dan Gen Alpha: Apakah Masih Ada Rasa Antusias atau Justru Merasa Malu Terhadap Kekayaan budayanya?

30 Desember 2024   20:20 Diperbarui: 30 Desember 2024   20:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sekolah dasar bermain engkle. Sumber gambar: Dokumen pribadi

     Warisan budaya Indonesia merupakan identitas bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan, terlebih di tengah arus globalisasi yang semakin menguat. Kini permainan dan jajanan tradisional mulai ditinggalkan, terutama pada anak seusia Sekolah Dasar yakni Generasi Alpha. Generasi Alpha merupakan generasi yang lahir pada tahun 2010 keatas (2010-2025). Menurut Yeni (2015) Mereka adalah anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 dan menjadi generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. Globalisasi dapat mengancam keberlanjutan permainan tradisional dengan menggantikannya pada video games (Ziatdinov, R., & Cilliers, J. 2022). Dalam penelitian menunjukkan bahwa mereka Generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang didominasi oleh gadget dan video game, yang membuat mereka lebih terbiasa dengan bentuk hiburan digital. Jurnal ini juga menggarisbawahi bahwa Generasi Alpha adalah "digital natives" yang memiliki kemampuan tinggi dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sejak usia dini.

     Tujuan dilakukannya pelestarian permainan dan jajanan tradisional untuk melihat dan mengukur seberapa mereka mengetahui dan berminat terhadap permainan dan jajanan tradisional. Teknologi yang semakin pesat perkembangannya menutupi budaya bangsa sendiri. Peradaban manusia saat ini memasuki zaman gawai atau gadget. Melestarikan permainan dan jajanan tradisional sebagai bentuk bela negara merupakan kewajiban generasi muda. Melalui studi lapangan ini, diharapkan dapat ditemukan pemahaman mengenai pentingnya peran edukasi dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia.

     Pelestarian permainan dan jajanan tradisional pada generasi Alpha tidak hanya mempertahankan nilai-nilai budaya, tetapi juga memperkuat rasa nasionalisme mereka. Salah satu cara efektif untuk mempertahankan warisan budaya tersebut adalah melalui pendidikan dan pengenalan langsung kepada generasi Alpha. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi, permainan dan jajanan tradisional kehilangan popularitasnya, banyak dari mereka tidak mengenal permainan dan jajanan tradisional. Aktivitas fisik mereka sebagian besar terbatas pada kegiatan yang diwajibkan dalam kurikulum sekolah. Selain itu, kini mereka lebih terbiasa dengan bermain gawai daripada bermain permainan tradisional.

     Sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya, edukasi tentang permainan dan jajanan tradisional menjadi langkah penting untuk mengenalkan generasi Alpha. Selain itu, penelitian Sudrajat dkk (2015) menunjukkan bahwa permainan dan jajanan tradisional dapat menjadi wadah penanaman berbagai nilai penting, termasuk semangat kolaborasi, rasa kebersamaan, kreativitas, tanggung jawab, prinsip demokrasi, kepercayaan diri, komitmen, serta kejujuran.

     Generasi Alpha tumbuh di era digital yang serba canggih, di mana teknologi informasi mendominasi kehidupan sehari-hari. Hal ini mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia sekitar, termasuk dalam hal budaya. Kebanyakan anak-anak di generasi ini lebih mengenal permainan digital dan makanan cepat saji daripada permainan tradisional atau jajanan khas daerah. Oleh karena itu, edukasi tentang permainan dan jajanan tradisional menjadi hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di sekolah sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai budaya yang kian terlupakan.

     Permainan tradisional Indonesia seperti congklak, gasing, dan kelereng memiliki makna dan nilai sosial yang dapat memperkaya karakter anak-anak. Selain itu, jajanan tradisional seperti kue cubit, klepon, atau putu juga merupakan bagian dari budaya yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga memberi kesempatan bagi anak-anak untuk mengenal berbagai jenis makanan yang terbuat dari bahan-bahan lokal.

     Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan (mixed method), yakni kualitatif dan kuantitatif. Pada teknik pengumpulan data kualitatif, instrumen penelitian yang digunakan berupa observasi. Sementara itu, instrumen penelitian pendekatan kuantitatif yang digunakan berupa kuesioner (pre-test dan post-test).

Siswa- siswi Sekolah dasar melaksanakan pre-test. Sumber: Dokumen pribadi
Siswa- siswi Sekolah dasar melaksanakan pre-test. Sumber: Dokumen pribadi

     Observasi dilakukan selama kegiatan edukasi yang melibatkan permainan dan jajanan tradisional, sedangkan wawancara mendalam dilakukan untuk menggali pengetahuan dan pandangan siswa mengenai kedua elemen budaya tersebut.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun