Drama Korea telah menjadi bagian integral dari budaya populer yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk di Indonesia. Salah satu drama terbaru yang menarik perhatian adalah Twinkling Watermelon, yang mengisahkan perjalanan seorang remaja dengan orang tua tunarungu yang menemukan jati dirinya melalui musik dan perjalanan waktu. Drama ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap interaksi sosial dalam masyarakat, khususnya dalam konteks Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Sinopsis Singkat Twinkling Watermelon
Twinkling Watermelon adalah drama Korea yang tayang pada tahun 2023, berkisah tentang Eun Gyeol, seorang remaja berbakat dalam musik yang tumbuh dalam keluarga tunarungu. Ia menjalani kehidupan yang kontras di mana ia menjadi siswa teladan di siang hari dan gitaris band di malam hari. Kisahnya berubah drastis ketika ia menemukan toko alat musik misterius yang membawanya ke tahun 1995. Di sana, ia bertemu dengan ayahnya yang masih muda dan membentuk band bernama Watermelon Sugar. Drama ini menampilkan konflik, cinta, dan perjalanan waktu yang mengajarkan pentingnya keluarga, persahabatan, dan kolaborasi.
2. Peningkatan Empati dan Kesadaran terhadap Difabel
Salah satu pesan utama drama ini adalah penggambaran kehidupan keluarga dengan anggota tunarungu. Eun Gyeol, meski tumbuh dalam keluarga difabel, tidak pernah melihat kekurangan orang tuanya sebagai hambatan. Sebaliknya, ia belajar berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa isyarat, yang menunjukkan pentingnya inklusi dan penerimaan terhadap perbedaan.
Banyak penonton mengaku bahwa drama ini membuka mata mereka terhadap tantangan yang dihadapi komunitas difabel. Dalam konteks IPS, ini merupakan pelajaran penting tentang empati dan kesadaran sosial. Masyarakat diajak untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu, terlepas dari keterbatasannya, dapat berkontribusi secara penuh.
3. Pentingnya Komunikasi Antargenerasi
Drama ini juga menyoroti konflik yang sering terjadi antara generasi muda dan tua. Eun Gyeol, yang awalnya merasa kesal dengan kerasnya aturan orang tuanya, mulai memahami perjuangan mereka setelah berinteraksi dengan ayahnya yang masih muda di masa lalu. Proses ini menggambarkan bagaimana dialog yang baik dapat mengatasi kesenjangan antar generasi.
Dalam masyarakat, konflik antargenerasi sering kali terjadi akibat perbedaan pandangan, nilai, dan pengalaman hidup. Drama ini mengajarkan bahwa komunikasi adalah kunci untuk menjembatani perbedaan tersebut. Hal ini relevan dalam pembelajaran IPS, yang mendorong siswa untuk memahami dinamika sosial dan pentingnya menghormati pengalaman generasi sebelumnya.
4. Musik sebagai Media Penyatuan Sosial
Seni, khususnya musik, menjadi elemen penting dalam Twinkling Watermelon. Musik tidak hanya menjadi medium ekspresi bagi Eun Gyeol, tetapi juga alat untuk menyatukan individu dari latar belakang yang berbeda. Melalui musik, tokoh-tokoh dalam drama ini membangun hubungan yang lebih erat dan mengatasi berbagai konflik.
Dalam konteks IPS, musik dapat dilihat sebagai bagian dari budaya yang memiliki peran penting dalam menyatukan masyarakat. Drama ini menunjukkan bagaimana seni dapat menciptakan ruang untuk kolaborasi, dialog, dan pemahaman yang lebih baik antarindividu. Inspirasi dari drama ini mendorong munculnya komunitas-komunitas musik yang bertujuan untuk memperkuat solidaritas sosial.
5. Dampak pada Interaksi Sosial di Kehidupan Nyata
Sejak penayangannya, Twinkling Watermelon memberikan pengaruh nyata terhadap cara masyarakat berinteraksi. Banyak penonton mulai lebih menghargai pentingnya komunikasi, terutama dengan keluarga. Mereka juga menjadi lebih sadar akan pentingnya inklusivitas dan keberagaman dalam hubungan sosial.
Diskusi tentang tema-tema yang diangkat dalam drama ini juga berkembang di media sosial, mendorong masyarakat untuk berbagi cerita dan pengalaman serupa. Hal ini menunjukkan bahwa media hiburan seperti drama Korea dapat menjadi katalisator perubahan sosial.
6. Relevansi dalam Pendidikan IPS
Drama ini sangat relevan dalam pembelajaran IPS, yang berfokus pada memahami interaksi sosial, nilai-nilai budaya, dan dinamika masyarakat. Melalui Twinkling Watermelon, siswa dapat belajar tentang pentingnya empati, komunikasi, dan seni sebagai alat penyatuan sosial. Drama ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk menggambarkan konsep-konsep sosial yang abstrak menjadi lebih nyata dan mudah dipahami.
Twinkling Watermelon bukan hanya drama hiburan, tetapi juga alat yang kuat untuk menyampaikan nilai-nilai sosial. Dengan menampilkan isu-isu seperti kehidupan difabel, hubungan antargenerasi, dan peran seni dalam membangun hubungan sosial, drama ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman masyarakat tentang interaksi sosial. Dalam lingkup IPS, Twinkling Watermelon menjadi refleksi nyata tentang pentingnya empati, komunikasi, dan keberagaman dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H