Mohon tunggu...
Syifa Maulida Hajiri
Syifa Maulida Hajiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada

Syifa tertarik dengan dunia jurnalistik dan media kreatif, terutama dalam serba-serbi perfilman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mengingat 25 Tahun Reformasi", Dokumentasi Sejarah dalam Karya Seni

14 April 2023   08:28 Diperbarui: 14 April 2023   08:33 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Taring Padi dalam pameran "Mengingat 25 Tahun Reformasi", Gambar: Dokumentasi Pribadi

Pada Sabtu, 8 April 2023 saya berkunjung ke sebuah pameran bertajuk "Mengingat 25 Tahun Reformasi". Pameran ini diselenggarakan oleh Cemeti Institute for Art & Society dan berlangsung di 5 galeri. Salah satu yang sempat saya kunjungi adalah pameran di Krack! Studio yang terletak di daerah Mantrijeron, Yogyakarta. Pameran yang berlangsung di Krack! Studio ini akan berakhir pada 15 April 2023, jadi jika Anda tertarik berkunjung silakan mampir sejenak ke Krack! Studio. Untuk berkunjung ke pameran ini, Anda tidak dipungut biaya alias gratis.

Terdapat 4 karya seni yang dipamerkan di Krack! Studio, yaitu karya dari FX Harsono, Taring Padi, Theresia Agustina Sitompul, serta Titarubi. Karya-karya tersebut merupakan karya seni kontemporer dengan medium yang berbeda-beda.

1. Karya Taring Padi

Karya pertama yang dapat Anda nikmati di pameran ini adalah karya dari Taring Padi. Terdapat 10 karya cetak yang dibuat dengan teknik cukil dan menggunakan medium kertas coklat. Setiap cetakan memiliki judulnya masing-masing, yaitu:

  • We Are All Brothers and Sisters (Semua Bersaudara)

  • Give Love to Others - Stop Violent Action (Berikan Cinta pada Sesama)

  • Weapons Don't Solve Problems (Senjata Tak Selesaikan Masalah)

  • Build the Nusantara without Drops of Blood (Bangun Nusantara Tanpa Tetes Darah)

  • A cup of Revolution Spirit (Secangkir Api Revolusi)

  • Peace among Faith Believers (Perdamaian Antar Umat)

  • Stop the Act of Violence (Hentikan Tindak Kekerasan)

  • War only Complicates Circumstance (Perang Hanya Mempersulit Keadaan)

  • Harmony Brings Tranquility - Weapons Don't Rule Over Human (Rukun Agawe Sentosa - Senjata Tidak Berkuasa Atas Manusia)

  • Establish the Peace (Jalin Perdamaian)

2. Karya FX Harsono

"Republik Indochaos" menjadi tajuk dari karya instalasi FX Harsono yang dipajang dalam pameran ini. FX Harsono menggunakan medium kertas dengan teknik photoetching yang menghasilkan 5 panel karya. 

"Republik Indochaos" karya FX Harsono, Gambar: Dokumentasi Pribadi

Dalam "Republik Indochaos", FX Harsono menyorot kekerasan serta kerusuhan yang terjadi menjelang salah satu peristiwa sejarah terbesar di Indonesia, yaitu lengsernya Soeharto. Isu kekerasan itu tampak pada 4 panel di sebelah kanan, sedangkan 1 panel paling kiri menunjukkan gambar wajah Soeharto dengan tulisan "lengser". 

Jika Anda berkunjung langsung ke pameran dan mengamati karya ini, Anda akan menemukan detail yang cukup menarik. Salah satunya adalah, bentuk perangko yang diparodikan. Salah satu gambaran perangko dalam pameran ini dulunya juga merupakan perangko yang benar-benar ada dan beredar pada zaman orde Baru.

3. Karya Theresia Agustina Sitompul

Theresia Agustina Sitompul mengangkat memori yang cukup pribadi dari kehidupannya pada era Orde Baru, dalam karyanya bertajuk "IMPRINTED". Karya ini terdiri dari 2 panel yang menggunakan medium stempel dan kertas. There bercerita tentang pengalaman masa kecilnya ketika selalu diingatkan bapaknya untuk makan ikan, padahal mereka tinggal di daerah sekitar gunung yang sulit sekali untuk menemukan ikan. There juga mengingat hal lain yang dikatakan bapaknya yaitu untuk selalu memilih Partai Golkar karena saat itu memilih Partai Golkar sudah seperti kewajiban bagi beberapa kalangan, salah satunya PNS. 

"IMPRINTED" karya Theresia Agustina Sitompul, Gambar: Dokumentasi Pribadi

4. Karya Titarubi

"Missing and Silent I" merupakan karya instalasi dari Titarubi. Karya ini menggunakan medium keramik, lampu, dan cetakan yang menampilkan foto-foto 13 orang yang hilang pada era Orde Baru. Titarubi mengaitkan insiden orang hilang tersebut dengan perasaan para ibu yang kehilangan anaknya. Oleh karena itu, Anda akan menemukan keramik-keramik berbentuk bayi di bagian atas karya ini.

"Missing and Silent I" karya Titarubi, Gambar: Dokumentasi Pribadi

Jika Anda sangat tertarik degan isu reformasi ataupun ingin mengingat kembali sejarah reformasi Indonesia, berkunjung ke pameran ini dapat menjadi salah satu cara yang menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun