Mohon tunggu...
Syifa Luthfiyah
Syifa Luthfiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Yes i'm Syifa Luthfiyah

I'm Syifa Luthfiyah, I'd like to write and reading

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salah Kaprah "Hidup Mulia atau Mati Syahid"

22 Maret 2021   07:29 Diperbarui: 22 Maret 2021   08:40 25210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ungkapan hidup mulia atau mati syahid ini banyak dilontarkan oleh umat muslim yang mempunyai girah atau semangat menjalankan prinsip keislaman di dalam hidupnya, semboyan ini juga di pegang teguh khususnya oleh hampir seluruh aktivis Islam di tanah air. Akan tetapi penyalah gunaan makna dari slogan ini oleh kalangan Islam liberal sangat disayangkan, karena pada implementasinya slogan tersebut digunakan dalam kegiatan ekstrim yang membahayakan orang lain.

Hidup mulia atau mati syahid atau dalam bahasa arabnya "Isy kariman au mut syahidan" merupakan ungkapan heroik yang bertujuan untuk memotivasi para muslimin mencapai kemuliaan dalam hidunya, jika tidak hidup mulia lebih baik mati dalam keadaan syahid, begitulah kiranya arti dari isy kariman au mut syahidan.

Adapun salah kaprah yang pertama dalam ungkapan ini adalah hidup mulia atau mati syahid sering dikaitkan dengan suatu hadits yang tidak ada dalam kitab hadits atau tarikh manapun. Dilansir daridutaislam.com, penulis yang seorang dosen dari IAIN Sunan Kalijaga Yogakarta dan seorang pengamat Terorisme dan Ideologi Transnasional dalam tulisannya yang berjudul "Kritik Slogan Hidup Mulia atau Mati Syahid" mengatakan bahwa isy kariman au mut syahidan bukanlah sebuah hadits akan tetapi semacam slogan yang dilontarkan oleh seorang shahabiat Asma bin Abu Bakar kepada anaknya Abdullah bin Zubair. Dengan diksi yang berbeda yaitu "isy kariman wa mut kariman" yang artinya hiduplah menjadi orang yang mulia dan mati juga dalam keadaan yang mulia. Tanpa adanya opsi pilihan hidup mulia atau mati dengan cara yang syahid.

Walau bagaimanapun slogan yang berkembang saat ini adalah hidup mulia atau mati syahid. Mari kita ulas sedikitnya slogan yang satu ini. Dalam islam para syuhada atau orang yang mati dalam keadaan syahid sangatlah tinggi kemuliaanya dan sangat besar pula kedudukannya. Tidak ada yang salah jika seseorang menginginkan kematian disaat memperjuangkan agama Allah dan dalam keadaan jihad fii sabilillah. Akan tetapi dalam mencapainya harus dengan jalan yang juga diridhai oleh Allah dan sesuai dengan syariat agama Islam.

Kemuliaan dalam hidup bisa diperoleh dengan berbagai hal seperti senantiasa berbuat kebaikan pada sesama, tidak korupsi, menebarkan manfaat pada yang lain, mendahulukan kehidupan akhirat dari pada dunia, segera bertaubat apabila berbuat dosa, bahkan dengan kebaikan kecil yang dilakukan seperti menuntun orang tua menyebrang, memberi minum anjing yang kehausan, memungut daun pisang ditengah jalan, memberi makanan pada tetangga yang memusuhi kita dan kebaikan lain yang bisa kita perbuat. 

Dalam kehidupan seorang muslim makna kemuliaan hidup hanya bisa dicapai ketika seseorang memenuhi fungsi dan esensinya sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT., yaitu menjadi abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah (khalifah Allah). Sesuai dengan dalil Allah dalam Al-Qur'an :

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS Adz Dzaariyat (51) : 56)

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...". (QS Al Baqarah (2) : 30)

Orang muslim percaya jika kita berbuat baik selama masa hidup, baik itu kepada manusia terutama kepada Allah dengan menjadi hamba-Nya yang ta'at maka akan mendapatkan akhir kehidupan yang baik pula, atau yang biasa dikenal dengan husnul khotimah (akhir yang baik dalam hal ini kematian) dalam hubungan dengan ungkapan ini pasti orang yang berbuat kebaikan mendambakan kematian yang baik pula, salah satunya dengan cara jihad atau mati syahid.

Akan tetapi pada prakteknya sekarang ungkapan itu digunakan untuk memotivasi kegiatan miltansi islam liberal bahkan kegiatan terorisme yang sama sekali tidak diajarkan oleh Islam. Menganggap bahwa non muslim layak dibunuh dengan melakukan bom bunuh diri dan menganggap bahwa apa yang dilakukan mereka adalah jihad atau mati syahid. 

Saya sebagai muslimah sangat menyayangkan penyalah gunaan dan salah arti dari semboyan heroik ini. Jihad atau mati syahid dengan bom bunuh diri jelas cara yang keliru, karena jalan jihad pada masa sekarang tidak tepat jika dilakukan dengan perlawanan fisik. Jihad saat ini akan lebih sesuai jika dengan menggunakan segala kemampuan yang ada pada diri kita untuk tetap berada dalam jalur yang benar menurut hukum Allah itu merupakan jalan jihad yang bisa ditempuh, contoh lain juga seperti tetap menghormati orang tua ditengah pertentangannya dengan prinsip kita, menuntut ilmu dengan sabar, bahkan melahirkan bagi seorang ibu merupakan jalan jihad dan besar pula kemuliaannya. (Syifa Luthfiyah 24071118185)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun